VITREORETINA Prof. Dr. KHALILUL RAHMAN, SpM(K) Dr. HEKSAN, SpM(K)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TRAUMA TAJAM PADA MATA DAN KORPUS ALIENUM
Advertisements

Diskusi Topik Mata Tenang dan Visus Turun Mendadak
HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
Hipertensi (Darah Tinggi)
Rokok Bisa Tingkatkan Risiko Katarak
Diabetes Melitus Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan.
TRAUMA TUMPUL MATA Dr.SRI HANDAYANI MP,SpM BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
ASKEP PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA
PSSS 3 : Mata Tenang Visus Turun Perlahan
ASKEP PADA KLIEN DENGAN RETINOBLASTOMA & ABLASIO RETINA
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
Kelainan/Gangguan Pada SistemPeredaran Darah
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PEMBULUH DARAH DAN DARAH
ANGINA PECTORIS.
KELOMPOK 6 B ARUHUL AMINI INTEN NUR RASADINA LICY MAYA RAMADANI M.HABIB HIDAYAT NAZARRUDIN NUR NEFRI YOGI ERSANDI WELLY ELVANDARI.
TRAUMA KIMIA PADA MATA Dr. ANDRINI ARIESTI SpM
Sistem Kardiovaskular dan Gizi
Uveitis Posterior.
Akibat Gangguan Sirkulasi Perifer dan Akibat Kelainan Darah
TUGAS AA “ PENYAKIT JANTUNG KORONER ( PJK ) “
SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA
Gangguan Sirkulasi dan Cairan Tubuh
GLAUKOMA AKUT Kelokmpok 1B: Alisya Putri Hannani Desi Kartika Sari
Presentasi Kasus: Retinopati Diabetik Proliferatif
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
DIACONT.
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
LANJUTAN GANGGUAN SIRKULASI
PENGKAJIAN OFTALMIK.
Irma Nur Amalia, S.kep.,Ners., M.Kep
Hipoksia Maryunis, S.Kep. Ns. Yunis- PSIK UH.
THROMBOLYSIS FOR CENTRAL RETINAL ARTERY OCCLUSION
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
DIABETES MELLITUS.
FIBRIO ADENOMA. Asuhan kebidan pada ibu dengan gangguan sistim reproduksi BY: VANITRA IRMA
Penyakit Pembuluh Darah Perifer
JANTUNG KORONER Tessa Ayu Koropit.
GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
RETINOBLASTOMA.
Di susun oleh : Abdull Rahim Mokodompit
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 12.
Pengkajian Luka.
Almas Mafazi M. Faza Fadhilah XII – IPA 2
PENYAKIT MATA PERMASALAHAN KESEHATAN MASYARAKAT
Fibroadenoma mammae, sarcoma filodes dan sarcoma
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
RETINOPATI.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
TRAKOMA Disebabkan mikroorganisme Chlammydia trachomatis, ditularkan melalui handuk, jari, saputangan, dsb. serta melalui lalat Menyebabkan rusaknya pelupuk.
G L A U K O M A Dr. Titi Aslijati, Sp.M.
Glaukoma By Ronalda.
ASKEP PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA
HUBUNGAN PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
Dr. Yusmardiati Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg. Meningkatnya.
HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
SISTEM DERIA UTAMA OFTALMOLOGI SIMPTOMATOLOGI SISTEM OFTALMOLOGI
DIABETES MELITUS.
GANGGUAN BERKAITAN DEFEK PADA STRUKTUR GLAUKOMA
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Ns. Yanti Rostianti, S.Kep, M.SI
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Puteri Nashuha Shobirin dr. Nur Takdir Setiawan, Sp.S. M. SC
dr. Denny Armin Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah lebih dari 140/90 dalam 2 waktu pengukuran Meningkatnya tekanan darah.
Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Meningkatnya tekanan darah.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
Hipertensi Geriatrik. Definisi Hipertensi didefinsikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial. Pasien dengan nilai diastolic blood presure (DBP) 140.
DEFINISI  Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan.  Kematian karena syok terjadi bila kejadian ini.
Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg. Meningkatnya tekanan darah.
Transcript presentasi:

VITREORETINA Prof. Dr. KHALILUL RAHMAN, SpM(K) Dr. HEKSAN, SpM(K) Dr. WENI HELVINDA, SpM SUB-BAGIAN VITREORETINA ILMU KESEHATAN MATA FK UNAND/RSUP Dr M JAMIL PADANG

RETINA The innermost layer of the eye, comparable to the film inside of a camera.  It is composed of nerve tissue which senses the light entering the eye. 

PENAMPANG BOLA MATA

STRUKTUR BOLA MATA

RETINA 2/3 Posterior Tipis dan transparan Tdd 2 struktur : Neurosensoris retina Epitel pigmen retina Ruang subretina→ ruang potensial Ketebalan berbeda Makula

RETINA NEUROSENSORIS RETINA Dibedakan 3 lapis : Eksternal : Fotoreseptor Intermediate : Lapisan nuklear dalam Inner : Lapisan sel gangglion 2 Sinaptic atau plexiform Lapisan plexiform luar Lapisan plexiform dalam Perdarahan : 1/3 luar → khoriokapilaris 2/3 dalam → a. centralis retina

RETINA Fotoreseptor Rod Cone Penglihatan remang-remang Penglihatan perifer Sensitifitas yang besar untuk blue-green Cone Penglihatan sentral Penglihatan warna Tajam penglihatan Penglihatan pada cahaya terang

Cones Rods Concentrated in the fovea Most active in daylight Central vision Rods Mostly in the peripheral retina Most active in night vision Peripheral vision

RETINA Epitel pigmen retina Fungsi : 1 lapis sel kuboid Kaya dengan melanin Mengandung 3.5 juta sel Kepadatan berkurang dari fovea sentral ke perifer Fungsi : Fagositosis Metabolisme retinol Outer retinal barrier Absorbsi cahaya Sintesis matrix ekstraseluler Regulasi transport ion dan bahan-bahan metabolite

RETINA Ruang subretina Mikrovili EPR Matrix ekstraseluler (matrix fotoreseptor) Tekanan hidrostatik pada EPR dari vitreous Transport aktif cairan subretina oleh EPR Tekanan osmotik plasma

RETINA Vaskularisasi A. centralis retina → 2/3 dalam Cabang a. opthalmica dari A Carotis interna Masuk ke retina via Papil nervus optikus Cabang Superior dan Inferior Mendarahi sampai Lapisan nuklear dalam Inner blood retinal barrier Khoriokapilaris → 1/3 luar Berasal dari Koroid Cabang dari a ciliaris posterior brevis A cilioretina (20 %)

MAKULA Sentral retina Fotoreseptor Cone Mengandung Lutein dan Zeaxanthin Diameter 6 mm Sentral → foveola (1.5 mm) Fovea daerah melingkari foveola 3.5 mm lateral diskus optikus Avaskular zone Warna agak gelap RETINA

JALUR VISUAL

RETINA & GGN PENGLIHATAN ABLATIO RETINA RETINOPATI DIABETIKA RETINOPATI HIPERTENSI OKLUSI VENA RETINA CABANG/SENTRAL ARMD CSCR

ABLATIO RETINA Terpisahnya neurosensoris retina dari RPE akibat adanya cairan subretina Ada 4 tipe Rhegmatogen Traksional Rhegmatogen traksional Eksudatif (serous)

GAMBAR ABLATIO RETINA

ABLATIO RETINA Rhegmatogen Faktor etiologi Full-thickness Hole atau robekan Faktor etiologi Pencairan vitreous Traksi

ABLATIO RETINA Patogenesis Faktor presipitasi Degenerasi kronis Robekan retina Gangguan adhesi korioretinal normal Inertial force Faktor presipitasi Miopia Membran epiretina Perdarahan vitreous Peradangan khorioretina Operasi intraokuler

ABLATIO RETINA Klinis Gejala Tanda Floaters Photopsia Defek lapangan pandang Visus ↓ mendadak (tertutup tirai) Nyeri (-) Tanda RAPD (+) TIO ↓ (5 mmHg lebih rendah dari mata normal) Iritasi ringan Tobacco dust (shafer’s sign)

ABLATIO RETINA PENATALAKSANAAN Prinsip Temukan robekan atau hole Tutup robekan atau hole Scleral buckle Pneumatic retinopexy Vitrektomi Punctie SRF Buat iritasi korioretinal disekitar hole atau robekan

ABLATIO RETINA Perawatan pasca operasi Posisi tidur Gas intraokuler Silicon oil Perawatan kornea dan luka

RETINOPATI DIABETIKA Diabetes melitus → gangguan metabolisme 2% - 4% populasi Defisiensi relatif atau absolut atau resistensi jaringan sasaran → insulin Microangiopathy → diabetes Kebutaan IDDM (>20 tahun → 99 % RD) NIDDM ( > 20 tahun → 60 % RD)

RETINOPATI DIABETIKA Umur 5 tahun 15 tahun < 30 tahun 17 % 98% 29 % 80%

RETINOPATI DIABETIKA Patogenesis Belum diketahui Hiperglikemia jangka lama Kerusakan endotel kapiler Hilangnya perisit Penebalan membran basal Perubahan lumen vaskuler Dekompensasi endotel

RETINOPATI DIABETIKA Klasifikasi Berdasarkan stadium atau perjalanan penyakit 1. Non Proliferative Diabetic Retinopathy 2. Pre Proliferative Diabetic Retinopathy 3. Proliferative Diabetic Retinopathy 4. Diabetic Maculopathy

RETINOPATI DIABETIKA NPDR Ringan Sedang Berat : (4:2:1) rule Mikroaneurisma minimal 1 Perdarahan intra retina berupa dot dan blot Eksudat keras Sedang + Cotton wool spot Dan/ atau IRMA Berat : (4:2:1) rule Adanya 1 dari 3 karakter dibawah Perdarahan blot 4 kuadran Venous beading >2kuadran IRMA > 1 kuadran Sangat berat Adanya 2 atau lebih dari 3 karakter diatas

RETINOPATI DIABETIKA Pre PDR Pelebaran vena retina, venous turtuosity- venous beading IRMA Arteriolar abnormality Nerve fibre layer infarcts- cotton woo; spots Mikroaneurisma dan perdarahan retina berat Daerah-daerah non perfusi

RETINOPATI DIABETIKA PDR Diabetic Maculopathy (CSME) Awal NVD /NVE Perdarahan preretina dan atau vitreous Risiko tinggi NVD ¼ - 1/3 DD + perdarahan vitreous NVD sedang-berat dengan/tanpa perdarahan NVE ½ DD _ perdarahan vireous Lanjut Perdarahan vitreous ekstensif Ablatio retina yang mengenai makula Diabetic Maculopathy (CSME) Edema makula ≤ 500 µm dari makula Eksudat keras ≤ 500 µm dari makula dengan penebalan retina didekatnya Penebalan retina >1 DD jika lokasinya ≤ 1 DD dari makula

RETINOPATI DIABETIKA Penatalaksanaan Kontrol gula darah Fotokoagulasi laser Fokal PRP Vitrektomi Pars plana

RETINOPATI DIABETIKA Follow-up Onset Waktu dianjurkan utk pemeriksaan pertama Follow-up <30 tahun >30 tahun Sebelum kehamilan 5 tahun setelah onset Saat diagnosis Sebelum atau sesudah konsepsi 1 tahun 3 bulan

RETINOPATI DIABETIKA Follow-up Status Retinopati Follow-up(bln) Tidak ada retinopati (hanya mikroaneurisma) NPDR ringan/sedang tanpa edema makula NPDR ringan/sedang dengan non CSME NPDR ringan/sedang dengan CSME NPDR berat/sangat berat PDR 12 6-12 4-6 3-4 2-3

NPDR SANGAT BERAT DENGAN EDEMA MAKULA

OKLUSI ARTERI RETINA Kelainan vaskuler retina Diskontinuitas sirkulasi Ada 2 : Oklusi arteri retina sentralis (CRAO) Oklusi arteri retina cabang (BRAO) Insiden : Usia pertengahan Tua

OKLUSI ARTERI RETINA Faktor risiko Hipertensi (tipe esensial) Kebiasaan merokok Dislipidemia Diabetes melitus Penyakit vaskuler karotis Pemakai kontrasepsi estrogen (usia muda) Pasca menopause dgn terapi sulih estrogen

OKLUSI ARTERI RETINA Etiologi dan Patofisiologi Trombosis akibat aterosklerosis lokal pd arteri di lamina kribrosa Bisa akibat embolisasi krn perdarahan plak aterosklerotik, trombosis, spasme Giant cell arteritis (1-2% kasus CRAO)

OKLUSI ARTERI RETINA Klinis Visus turun mendadak tanpa nyeri Retina edema (opak) Cherry-red spot Kerusakan retina irreversibel setelah 90 menit

GAMBAR CRAO

OKLUSI ARTERI RETINA Penatalaksanaan Prognosis Penyakit dasar Okuler Massase okuler TIO turunkan dgn mendadak Pemberian streptokinase (trombolitik) atau tissue plasminogen activator (tPa) Pemberian aspirin/persantin untuk jangka panjang Prognosis Buruk karena keterlambatan

OKLUSI VENA RETINA Sumbatan vena retina dgn karakteristik Insiden Dilatasi dan turtositas vena retina Edema papil Perdarahan intraretina Edema retina Insiden Usia > 50 than (90%)

OKLUSI VENA RETINA Faktor risiko Penyakit kardiovaskuler Hipertensi arterial sistemik Diabetes melitus Glaukoma sudut terbuka Dislipidemia Tekanan intra orbita (jarang) Body mass index at 20 years old > Panjang aksial bola mata <

OKLUSI VENA RETINA Etiologi Patofisiologi Trombosis vena Lokal Sitemik Di posterior lamina kribrosa Di persilangan arteri vena Patofisiologi Lokal Blokade secara fisik di darah lamina kribrosa Sitemik Sumbatan karena faktor hemodinamik

OKLUSI VENA RETINA Green dkk, Penyempitan vena di lamina kribrosa Terjadi aliran turbulensi Kerusakan endotel vena retrolaminer Kolagen terpapar Reaksi agregasi trombosit Trombosis Trombus menempel pada endotel yang rusak Proliferasi sel endotel dan rekanalisasi

OKLUSI VENA RETINA Klasifikasi Non iskemik Iskemik Partial, perfused or venous stasis retinopathy (ringan) Iskemik Nonperfused, complete or haemorrhagic

OKLUSI VENA RETINA Klinis Penurunan visus mendadak tanpa nyeri Kadang2 penglihatan normal dlm beberapa dtk/mnt Kadang2 mata merah dan fotofobia RAPD (+) menunjukan tipe iskemik Injeksi siliar dan pelebaran pembuluh darah iris Tahap lanjut bisa nyeri, neovaskularisasi iris dan glaukoma neovaskuler- 90-day glaucoma

OKLUSI VENA RETINA Komplikasi Penatalaksanaan Visus buruk Glaukoma neovaskuler Penatalaksanaan Obati penyakit dasar Deteksi komplikasi Fotokoagulasi laser Anti inflamasi atau anti VEGF

GAMBAR CRVO

GAMBAR BRVO

CSCR Central serous chorioretinopathy Etiologi Penimbunan cairan diantara epitel pigmen retina (EPR) dan lapisan neurosensoris retina di daerah makula Sinonim : Idiopathic central serous chorioretinopathy Central serous retinopathy Etiologi Belum diketahui Faktor psikis Hipokondriasis, histeria Personalitas tipe A Stress – kortisol dan epinefrin

CSCR Epidemiolgi Patogenesis 90% pria sehat Usia 30 – 50 tahun Ras hispanik dan asia Patogenesis Hipermeabilitas vaskular koroid – eksudasi Peningkatan tekanan hidrostatik koroid Pelepasan EPR dan kerusakan EPR Penimbunan cairan subretina

CSCR Jenis CSCR CSCR tipikal (akut) Tipikal (akut) Kronis (dekompensated CSR) Bulosa CSCR tipikal (akut) Unilateral, asimptomatik Penurunan visus akut (6/9 – 6/18) Metamorfopsia, skotoma sentral Mikropsia Penurunan penglihatan warna Elevasi makula oval– dome-shaped FFA : expansile dot atau smoke-stack

CSCR Penatalaksanaan Observasi 3-4 bulan Terapi medikamentosa Tranquilizer Beta-blocker acetazolamide Fotokoagulasi laser Anti VEGF

CSCR Fotokoagulasi laser Menetapnya cairan subretina setelah 3-4 bulan Rekurensi pada mata dengan penurunan tajm penglihatan akibat serangan sebelumnya Timbulnya penurunan tajam penglihatan yang permanen pada fellow-eye akibat serangan sebelumnya Munculnya tanda kronik seperti perubahan kistik neurosensorik retina atau kelainan luas RPE Penderita yang bekerja atau yang memerlukan kembalinya penglihatan dan stereopsis

CSCR Fotokoagulasi laser Dilakukan pada tempat kebocoran Dapat mempersingkat masa sakit Penyerapan sempurna cairan subretina dapat terjadi dalam 4 mingu pasca terapi Bila setelah 4 minggu pasca terapi, cairan masih ada, visus tidak membaik dan kebocoran masih terjadi, perlu dipertimbangkan terapi laser ulang

CSCR Prognosis Baik pada sebagian besar kasus Kurang baik pada kasus kronis dan rekuren Resolusi spontan bisa terjadi dalam 3-4 bulan Rekurensi Timbul pada 20 – 30 % kasus Umumnya 1 tahun setelah serangan sebelumnya Dapat pada tempat yang sama atau 0.5 – 1.0 mm dari tempat sebelumnya

ARMD Age Related Macular Degeneration Penurunan tajam penglihatan pada satu atau kedua mata pada usia diatas 50 tahun akibat kerusakan lapisan luar retina, RPE, membrana Bruch’s dan koriokapilaris Perubahan yangterjadi : Berkurangnya ketebalan dan distribusi fotoreseptor RPE : hilangnya melanin, lipofuchsin dan penumpukan residual bodies Deposit lamina basal

ARMD Insiden Klasifikasi Umur : Kelamin 43 - 54 tahun : 3.9% >75 tahun : 22.8 % Kelamin Tidak ada perbedaan Tipe exudative : > 75 tahun wanita >> Klasifikasi Dry : nonneovascular/noneexudative Wet : neovasculer/exudative

ARMD Tipe Dry Klinis : penurunan visus perlahan, simptomatik fundus : drusen berbentuk bulat, kuning Terapi : Roborantia mengandung vitamin antioksidan

ARMD Tipe Wet Kilnis Terapi Visus menurun mendadak, metamorphopsia, skotoma sentral Fundus Neovasculer dari koriokapilaris Sikatrik fibrovaskuler disiformis Perdarahan subretina Perdarahan vitreous Ablatio retina eksudatif Terapi Roborantia Kacamata pelindung Anti VEGF PDT