Ekonomi Jepang Pasca PD 2 International trade & trade policy Dr. Iskandar Panjaitan Pasca Sarjana Kawasan Wilayah Jepang Univesitas Indonesia
Periode perkembangan Topik berikut bahas evolusi kebijakan perdagangan serta perdagangan internasional Jepang PD 2 serta dampaknya terhadap ekonomi Pembahasan dibagi dalam 3 periode: 1955-1967 : anggota GATT, industri kecil 1967-1975 : transisi 1976- current (?) : ekonomi industri besar
Anggota GATT, 1955-1967 Periode dgn nilai ekspor yang kecil, 2.4 % dr total dunia dgn labor-intensive-products dan peralatan yang tua Pada tahun 1955 Jepang menjalankan Repelita untuk economic independence (keizai jiritsu 5-ka-nen keikaku)
Tujuan kebijakan: moderenisasi peralatan industri, promosi perdagangan, penguatan swasembada, dan pengurangan konsumsi Penetapan nilai yen sebesar 360 adalah overvalue dengan hadir restriksi impor. Pemerintah mainkan disequiibrium sistem
Pada tahun 1950, promosi ekpor (perdagangan) adalah pilar pertama kebijakan sistem perdagangan. Ekspor dipromosi dengan berbagai policy measures: subsidies, pinjaman dengan bunga lunak, preferential tax treatment of income, dll Pada impor diperlakukan 2 tiers policies. Impor bahan mentah untuk produksi domestik diberi prioritas, sementara barang konsumsi dibatasi
Pilar kedua, pengembangan industri manufaktur seperti AS & Eropa Pilar kedua, pengembangan industri manufaktur seperti AS & Eropa. Pada Repelita: tujuan prioritas: penguatan dasar industri, pengayaan struktur industri, dan heavy & chemical industrialisation Pemerintah memperlakukan industri sebagai infant industri & memberikan proteksi dengan berbagai subsidi, preferential tax treatment for depreciation, low interest bank, and by border policies
Pertama kali Jepang masuk GATT ditentang anggota yang sudah ada karena memiliki pengalaman buruk atas ekspansi ekspor Jepang pada textiles, sundries, chinaware dan produk lain yang labor intensive US menginginkan hubungan ekonomi yang normal dengan Jepang. Dengan kuatnya ekonomi Jepang maka mengurangi beban bantuan ekonomi serta menjadi jembatan demokrasi barat ke Asia Timur
Pada tahun 1961, Pemerintah menyepakati suatu outline untuk peningkatan tingkat liberalisasi perdagangan dengan jalan menghilangkan hambatan pada transaski foreign exchange, import quota. Dengan cara ini, perusahaan dan industri jepang harus berkompetisi di open market. Namun ada situasi yg disebut: soron sansei, kakuron hantai.
Sistem administrasi Jepang merupakan sumber konflik bagi prinsip2 GATT Sistem administrasi Jepang merupakan sumber konflik bagi prinsip2 GATT. Setiap industri memiliki corresponding kantor pemerintah yang disebut genkyoku. Setiap genkyoku cenderung memperkenalkan berbagai measures dan memelihara sistem yang teratur. Kecendrungan pemerintah ikut dlm organisasi internasional bkn krn penganit sistem pasar tetapi karena ingin menjamin export market
Improving BOP, 1968- 1975 Sejak tahun 1960 an, ekonomi Jepang mengalami perumbuhan dgn ekpansi yang cepat pada ekspor dan impor Ada 3 perubahan dlm perdagangan intl: 1. sumbangan Jepang meningkat; 2. komposisi ekspor berubah dr yang labor intensif ke capital intensive; 3. balance of payment berubah dr defisit menjadi surplus
Ketika BOP Jepang positif maka permintaan terhadap Jepang untuk peningkatan impor barang manufactur dan pertanian sehingga dihilangkan beberapa hambatan Jepang kemudian menetapkan kebijakan Yen-defence melalui penghilangan hambatan kuantitaif, import quota, pemberian GSP, dan penurunan tarif. Penurunan tarif diikuti dengan peningkatan eskalasi tarif
Periode post oil crisis, 1976-1984 Setelah oil crisis krn kenaikan harga minyak terjadi stagflasi dimana2, namun dpt cepat pulih TOT Jepang memburuk setelah krisis dengan BOP negatif, namun setelah itu menjadi positif. Sejak 1982 tercatat surplus current account yang besar
Sejak 1975 terjadi perubahan struktur ekspor dengan karakter: 1 Sejak 1975 terjadi perubahan struktur ekspor dengan karakter: 1. processing industries, 2. use of technology for mass production, 3. strict quality control, 4. differentiated products, 5. contious cost reduction by small improvement in production process & design, 6. cooperation & coordination
Product-product yang terkait dgn karakter ini: otomobil, elektronik, motocycle, kamera, piano, peralatan audio, perlatan komunikasi, machine tools, machinery with electronic controls
Jepang tdk memiliki comparative advantage pada 1 Jepang tdk memiliki comparative advantage pada 1. fields dimana R&D memainkan peran penting, 2. industri butuh fixed plant atau aparatus besar, 3. industri terkait natural resources, 4. industri consuming large energy, 5. industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja tak terlatih
Contoh produk semacam itu: airplane, industri kimia, farmasi, petrokimia, paper & pulp, non-ferrous metals
Sejak 1970-1980 terjadi perubahan filosofi kebijakan perdagangan di Jepang. Jika sebelumnya Jepang cenderung merkantilis, maka berubah menjadi perdagangan lebih bebas
Pada tahun 1955 Jepang menjalankan Repelita untuk economic independence (keizai jiritsu 5-ka-nen keikaku) Tujuan kebijakan: moderenisasi peralatan industri, promosi perdagangan, penguatan swasembada, dan pengurangan konsumsi Penetapan nilai yen sebesar 360 adalah overvalue dengan hadir restriksi impor. Pemerintah mainkan disequiibrium sistem