Bab 6 Perspektif Post Positivisme :Kritik Terhadap Positivisme Disusun Oleh : Raymond Kurniawan (915060010) Pondy Gunawan (915060015)
POSITIVISME Merupakan : penyamarataan ilmu-ilmu manusia dengan ilmu-ilmu alam mendapat tantangan keras dari filsuf-filsuf yang datang sesudahnya. Contoh : Seorang menebang pohon di musim dingin , lalu membawanya pulang, kita mengamati lalu berpendapat bahwa orang tersebut ingin membuatnya menjadi kayu bakar,padahal hal tersebut belum tentu benar.
Post-Positivisme Merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme. Pemikiran ini muncul dengan sejumlah tokoh , antara lain : Karl R. Popper , Thomas Kuhn , Frankfurt School (Mazhab Franfkfurt) , Feyerabend , dan Richard Rotry
Post-Positivisme Beberapa asumsi dasar post-positivisme: Pertama, Fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua, Falibilitas teori. Tidak satu teori pun yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. Bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali Ketiga, Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai Keempat, Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah
Ontologi post-positivisme Ada 3 bentuk ontologi post-positivisme : Realisme Nominalisme Konstruksionisme sosial
Realisme Realisme kalangan realis meyakini bahwa realitas yang diamati adalah realitas sebenarnya, yang mutlak benar.
Nominalisme Sementara kalangan nominalis mengajukan gagasan bahwa keberadaan fenomena sosial hanya terwujud dalam batas nama dan label yang subjek berikan pada realitas tersebut
Konstruksionisme Sosial Kalangan konstruksionis menekankan bahwa realitas itu dianggap ada atau tidak bergantung pada pengaruh makna sosial yang dimiliki subjek , makna sosial ini dibentuk melalui interaksi historis yang dialami subjek.
Ontologi post-positivisme Pandangan post-positivisme mirip dengan pandangan konstruksionisme sosial terutama dalam dua cara : Pertama, kaum post-positivis meyakini bahwa proses konstruksi sosial terjadi dalam berbagai cara dan terpola secara relatif pada kerja penelitian.
Ontologi Post-positivisme Kedua, banyak kalangan post-positivis meyakini bahwa konstruksi sosial tersebut dapat ditemukan secara objektif pada para pelaku dunia sosial.
1. Struktur teori perspektif post-positivisme Robert Dubin (1978) Dalam teori komunikasi empatik, unit terdasarnya berupa konsep-konsep tentang : Respons komunikatif Perhatian empatik Pengaruh emosional
Respons komunikatif Kita dapat mendefinisikan respons komunikatif sebagai “kecakapan” seorang pelaku interaksi dalam memahami dan merespons kebutuhan orang lain secara tepat
Perhatian empatik Merupakan respons emosional nonparalel dimana seseorang merasakan “untuk” yang lain.
Pengaruh emosional Merupakan respons emosional yang sejajar (paralel) dimana seseorang merasakan “dengan” yang lain.
Teori Komunikasi Empirik 1. Unit-unit teoretis 1.Respons komunikatif 2.Perhatian empatik 3.Pengaruh emosional 2. Hukum-hukum interaksi Hukum pertama: perhatian empatik akan meningkatkan kecakapan dan hasrat untuk menjadi responsif dalam komunikasi Hukum kedua: pengaruh emosional akan mencampuri/menggangu kecakapan dan hasrat untuk menjadi responsif dalam berkomunikasi
Teori Komunikasi Empirik 3. Batas-batas Unit – unit dan hukum –hukum ini hanya untuk keadaan komunikasi interpersonal orang yang sudah dewasa 4. Proposisi-Proposisi Proposisi pertama : level tertinggi dari perhatian empatik akan terhubung dengan level tertinggi respons komunikatif Proposisi kedua : level tertinggi dari pengaruh emosional akan terhubung dengan level terendah dari respons komunikatif
Teori Komunikasi Empirik 5.Indikator-indikator empirik Unit-unit teoretis bisa ditaksir lewat ukuran-ukuran catatan pribadi 6.Hipotesis Hipotesis pertama : korelasi positif akan eksis antara ukuran catatan pribadi tentang perhatian empatik dan kuran catatan pribadi tentang respons komunikatif Hipotesis kedua : korelasi negatif akan eksis antara ukuran catatan pribadi tentang pengaruh emosional dan ukuran catatan pribadi tentang respons komunikatif
Fungsi teori perspektif post-positifisme Ada 3 fungsi teori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni : fungsi –fungsi yang saling terkait antara penjelasan (explanation) , prediksi (prediction), dan kontrol control).
Kriteria Evaluasi dan perbandingan teori Ada beberapa cara untuk menilai dan mengevaluasi sebuah teori (Thomas Kuhn, dalam Miller.2002:43-44) Sebuah teori harus akurat Sebuah teori harus konsisten, baik secara eksternal maupun internal Sebuah teori harus memiliki ruang lingkup yang luas Sebuah teori harus sederhana atau dalam tema yang sering dipakai kalangan teoretis, teori bersifat parsimonous (terbatas) Sebuah teori harus menghasilkan (be frutiful)
Proses perkembangan teori Pada setiap proses pengujian dan pengembangan teori , kita harus merangkai observasi dengan metode ilmiah tertentu. Untuk dapat memahami metode ilmiah dan penelitian perspektif post-positivisme dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel proses perkembangan teori Seleksi konsep-konsep abstrak untuk merepresentasikan fenomena yang diselidiki Pendefinisian konsep-konsep baik secara konseptual maupun operasional Menghubungkan konsep-konsep tersebut lewat proposisi Pengujian teori dengan bukti penyelidikan Mengontrol penjelasan alternatif lewat desain studi Pengolahan definisi dan prosedur-prosedur umum untuk penelitian oleh komunitas ilmiah Penggunaan bukti-bukti yang tidak bersifat bias dalam membuat klaim kebenaran Rekonsiliasi teori dan observasi secara objektif
Proses Perkembangan Teori Metode ilmiah berbeda dengan metode Naif. Metode naif yang dimaksud adalah cara-cara kita meneliti suatu masalah yang hanya berdasarkan kebiasaan, atau tanpa metode yang jelas. Sementara metode ilmiah mensyaratkan adanya penggunaan konsep abstrak tertentu dalam mengamati kenyataan
Pemikiran Karl R.Popper “ilmu pengetahuan tidak hanya dihasilkan dan bekerja dengan logika induksi semata” Logika induksi adalah logika penarikan kesimpulan umum melalui pengumpulan fakta-fakta konkret. Fakta-fakta konkret yang terkumpul digunakan untuk membenarkan suatu teori
Pemikiran Karl R.Popper Oleh karena itu menurut Popper , daripada bersusah payah mencari fakta-fakta membenarkan, ilmuwan lebih baik menggunakan waktunya untuk mencari fakta anomali. “Daripada mengumpulkan sebanyak mungkin angsa berwarna putih (untuk mendukung gagasan bahwa semua angsa pasti berwarna putih) lebih baik mencari satu angsa berwarna hitam guna memfalsifikasi kesimpulan bahwa semua angsa berwarna putih
Pandangan rasionalistis beranggapan bahwa suatu teori baru akan diterima kalau sudah etrbukti bahwa ia dapat meruntuhkan teori lama yang ada sebelumnya. Pengujian teori tersebut menggunakan suatu tes empiris.
P1 TT EE P2 Keterangan : P1: problem pertama TT: Teori Tentatif EE: Error Elimination P2: persoalan baru
Pemikiran Thomas Kuhn Bagi Kuhn, Popper sangat dipengaruhi oleh idea of progress, yaitu keyakinan bahwa perkembangan pengetahuan akan berjalan secara linear dan bahwa setiap pergantian paradigma lama oleh paradigma baru selalu berarti kemajuan.
Pemikiran Thomas Kuhn Kuhn meyakini bahwa Idea Of Progress tidaklah benar. Berikut merupakan model pemikiran Kuhn P1 SN A K P2 P1 : Paradigma 1 SN : Ilmu pengetahuan Normal A : Anomali K : krisis P2 : Paradigma 2
Perbedaan Karl Popper dengan Thomas Kuhn Karl R. Popper Thomas Kuhn Ilmu pengetahuan bukan semata-mata produk kesepakatan sosial Ilmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan intersubjektif Ilmu pengetahuan berkembang secara evolusioner Ilmu pengetahuan berkembang secara revolusioner Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti dalam satu komunitas ilmu pengetahuan Rumus perkembangan ilmu pengetahuan P1TTTTEEP2 Rumus perkembangan ilmu pengetahuan P1SNAKP2 Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara sinambung Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung dalam ketidaksinambungan Antar teori dapat diperbandingkan walaupun asumsinya berbeda Antar teori tak dapat diperbandingkan bila asumsinya berbeda