Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan PERTEMUAN 5
Distribusi Pendapatan Ketimpangan dalam distribusi pendapatan (baik antar kelompok berpendapatan, antar daerah perkotaan dan pededaan, atau antar kawasan dan propinsi) dan kemiskinan merupakan dua masalah yang masih mewarnai perekonomian Indonesia. Pada awal pemerintahan Orde Baru, perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia masih sangat percaya bahwa apa yang dimaksud dengan trickle down effect akan terjadi: namun setelah sepuluh tahun sejak Pelita I dimulai, mulai kelihatan bahwa efek yang dimaksud itu mungkin tidak tepat dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses mengalirnya ke bawahnya sangat lambahn. (Tulus Tambunan, 1996).
Masalah distribusi pendapatan menyangkut kemiskinan, baik kemiskinan absolut maupun ktimpangan relatif. Distribusi pendapatan dan kemiskinan hendaknya dilihat dalam kerangka acuan suatu analisis, bersamaan dan berkaitan dengan proses akumulasi dan alokasi. Dengan kata lain, akumulasi, alokasi dan distribusi harus dilihat dalam saling keterkaitannya dan dalam kerangka acuan yang kencakup dinamika dalam proses transformasi secara menyeluruh selama masa transisi. (Soemitro Djojohadikusumo, 1993). Kemiskinan Absolut Tahun 1976: jumlah penduduk 137 juta jiwa, 54 juta jiwa (40%) hidup di bawah garis kemiskinan. Tahun 1990 : jumlah penduduk 179 juta jiwa, yang hidup di bawah garis kemiskinan tinggal 27 juta jiwa (15,%).
Masalah kemiskinan ini diperlihatkan melalui analisa sensivitas,yaitu apabila poverty line (garis batas kemiskinan) dirubah dari konsumsi per hari Rp 930 untuk kota dan Rp 608 untuk desa menjadi RP 1.000 maka jumlah orang miskin akan meningkat dari 25,6 juta (1993) menajdi 77 juta. Itu berarti terdapat indikasi bahwa walaupun jumlah penduduk di bawah poverty line turun dari 27 juta (1990) ke 25,5 juta (1993), penduduk yang hidup dalam kondisi nyaris miskin atau hidup pada poverty line di 1993 makin banyak (Sjahrir, 1996).
77 juta (yang nyaris miskin) itu meliputi 67 juta manusia yang hidup di desa dan 10 juta yang hidup di kota. Pandangan Michael Lipton (176) bahwa : konflik kelas yang paling penting di negara msikin di dunia kini bukanlah antara buruh dan modal, juga bukan antara kepentingan asing dan nasional. Konflik yang paling penting justru antara kelas pedesaan dan kelas kota. Sekarang ini tingkat pendapatan rata-rata per kapita di Indonesia sudah jauhlebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, yakni sekitar US$880. namun, apa artinya jika hanya 10% saja dari jumlah penduduk ditanah air yang menikmati 90% dari jumlah pendapatan nasional, sedang sisanya (90%) hanya menikmati 10% dari pendapatan nasional atau kenaikan pendapatan nasional selama ini hanya dinikmati oleh kelompok 10% tersebut.
b.Ketimpangan Relatif Tahun 1976: 40% dari jumlah penduduk yang termasuk golongan berpendapatan rendah hanya menerima kurang dari 12% dari pendapatan nasional, yang menunjukkan ketimpangan mencolok (gross inequality). Tahun 1990 : golongan berpendapatan rendah yang dimaksud menerima 21% lebih dari pendapatan nasional yang berarti ketimpangan menjadi lumayan kecil (low inequality).
Disisi berlaku satu kaidah dalam statistik yang disebut the importance of being unimportant. Artinya ada satu kelompok yang jumlhanya sangat kecil tetapi berpendapatan sangat tinggi, yang mengakibatkan tertariknya angka konsumsi rata-rata ketingkat 82.226 ruiah (1993), walauun lebih dari 82% penduduk sebenarnya berpendapatan di bawah Rp 60.000 per bulan per kapita
Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan atau kesenjanganekonomi dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negaraberkembang, tak terkecuali di Indonesia. Berawal dari distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya ketimpangan pendapatan sebagai dampak darikemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensipolitik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.
Proses Perubahan Institusional/ Kelembagaan Dimensi Ekonomis – Sosiologis : menyangkut ketimpangan pada perimbangan kekuatan di antara golongan-golongan pelaku ekonomi, secara spesifik: antara saudagar besar di bidang niaga dan industri, golongan pedagang perantara (tengkulak) dan golongan produsen kecil (petani rakyat, pengrajin, pengusaha industri kecil/ menengah, pedagang eceran).
Golongan produsen kecil/ menengah meliputi sebagian besar penduduk sebagai produsen dan sekaligus sebagai konsumen. Kedudukan ekonominya sangat lemah dihadapkan dengan kekuatan saudagar besar dan para pedagang perantara dala jaringan mata rantai niaga dan industri. Salah satu sasaran pokok kebijaksanaan pembangunan mewujudkan perubahan struktural di bidang ekonomi-sosiologis transformasi dari ketimpangan menjadi keseimbangan di antara kekuatan-kekuatan golongan saudagar besar, golongan pedagang perarntara, golongan produsen kecil. Kepentingan produsen-kecil dan menengah itu ada di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan maupun di bidang perindustrian, pengangkutan dan perdagangan.
Kesempatan usaha lebih banyak dimanfaatkan oleh kaum saudagar dengan konglomeratnya. Hal ini cenderung menambah lagi pemusatan kekayaan dan kekuatan ekonomi yang pada gilirannya mengganggu pembagian pendapatan secara lebih merata. Dalam hubungan dengan ketimpangan pada perimbangan kekuatan pelaku ekonomi harus dilihat peran gerakan koperasi sebagai alat perjuangan ekonoi bagi kaum produsen kecil.
Dimensi Ekonomis Regional Adanya perbedaan dan ketimpangan pola dan laju pertumbuhan di antara berbagai kawasan dalam batas suatu nwegara (atau secara regional dan internasional di berbagai belahan dunia) Perbedaan tersebut tidak semakin berkurang, melainkan cenderung menjadi semakin besar. Kesemuanya itu disebabkan karena adanya apa yang dikenal sebagai cumulative causation, yaitu proses sebab-akibat yang mengandung dampak secara kumulatif. Kalau hal itu dibiarkan tanpa intervensi kebijaksanaan negara, maka perkembangan proses cumulative causation selanjutnya akan menciptakan dua lingkaran kegiatan sekaligus : Lingkaran kegiatan yang semakin bermanfaat (various circle) bagi kawasan yang sudah maju.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kurva Lorenz dan Indeks Gini
Bank Dunia mengelompokkan negara-negara di dunia ke dalam empat kelompok pendapatan. Kelompok ini diatur setiap tahun pada tanggal 1 Juli. Ekonomi yang terbagi menurut pendapatan nasional per kapita 2008 menggunakan tingkatan pendapatan berikut Negara pendapatan rendah memiliki PN per kapita US$975 atau kurang. Negara pendapatan menengah bawah memiliki PN per kapita antara US$976 dan US$3.855. Negara pendapatan menengah atas memiliki PN per kapita antara US$3.856 dan US$11.905. Negara pendapatan tinggi memiliki PN per kapita lebih dari US$11.906.
Karakteristik sebagian besar Negara Sedang Berkembang: PNB per-kapita yang rendah Ekonomi Agraris Kondisi Kesehatan yang memprihatinkan Tingkat Buta Huruf yang tinggi Tingginya angka pertumbuhan Penduduk Inti Permasalahan Kualitas SDM
Tolak Ukur Keberhasilan Pembangunan Ekonomi: Pendapatan Nasional Produk Nasional (PNB) Kesempatan Kerja Perekonomian yang stabil Neraca Pembayaran Luar Negeri Distribusi Pendapatan yang Merata
Masalah Kependudukan: Masalah² yang dihadapi dalam pelaksanaan Pembangunan ekonomi di Indonesia Masalah Kependudukan: Jumlah penduduk yg sangat besar Laju pertumbuhan penduduk yang pesat Komposisi penduduk menurut umur yg tidak menguntungkan Penyebaran penduduk yg tidak merata Arus urbanisasi yg relatif tinggi
Solusi: Mengendalikan tingkat kelahiran dg Program KB Menurunkan tingkat kematian ibu & anak melalui program Peningkatan gizi keluarga Mengadakan transmigrasi lokal maupun nasional sbg penyebaran penduduk Menyelenggarakan proyek² di daerah serta proyek padat karya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi arus urbanisasi
Faktor-faktor penyebab kemiskinan di indonesia 1. Tingkat pendidikan yang rendah 2. Produktivitas tenaga kerja rendah 3. tingkat upah yang rencah 4. distribusi pendapatan yang timpang 5. kesempatan kerja yang kurang 6. kualitas sumberdaya alam masih rendah 7. penggunaan teknologi masih kurang 8. etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah 9. kultur/budaya (tradisi) 10. politik yang belum stabil
Masalah Kemiskinan Kebijakan Trilogi Pembangunan Kebijakan Inpres Desa Tertinggal (IDT) Pemberian Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) Kebijakan Intensifikasi Khusus (Insus) Pemberdayaan Koperasi Pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) Pengembangan Kawasan Terpadu Program Bapak Angkat untuk Usaha Kecil
Keterbelakangan: Pendidikan Kesehatan Kemajuan Teknologi Sikap Mental Ekonomi KKN, kurang disiplin, pembajakan, dll Ekonomi
Lapangan Pekerjaan Peningkatan Pendidikan Pemberian Kursus-kursus Ketrampilan Pemerataan Pembangunan Proyek-proyek padat karya Pemberian Kredit-kredit Usaha Kecil
Pemerataan Pembangunan Delapan Jalur Pemerataan Pelaksanaan Pembangunan: Pemerataan Pemenuhan Kebutuhan Pokok Rakyat Banyak Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan Pemerataan pembagian pendapatan Pemerataan Kesempatan kerja Pemerataan Kesempatan Berusaha Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan Pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah tanah air Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keadilan
Dampak Pembangunan Ekonomi Dampak Positif: Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pendapatan masyarakat akan bertambah shg kesejahteraan masyarakat meningkat Fasilitas umum dapat terpenuhi Terjadi perubahan struktur ekonomi dari agraris ke industri Dampak Negatif Meningkatnya urbanisasi Terjadinya pencemaran lingkungan Perusakan lingkungan hidup karena industri yang tidak terkontrol