PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF TUGAS B.INDONESIA PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Nama Kelompok: 1. Amelinda Islamey (03) 2. () 3. () 4. () 5 Nama Kelompok: 1. Amelinda Islamey (03) 2. () 3. () 4. () 5. () KELAS XI-A3 SMAN I WARU
INDIKATOR Menentukan kalimat utama Mendaftar gagasan pendukung tiap gagasan utama Menjelaskan ciri-ciri paragraph deduktik dan induktifMenentukan kalimat utama Perbedaan paragraph deduktif dan induktif Jenis-jenis penataran induktif Pola penalaran silogisme Menentukan kohesiPola penalaran silogisme Menentukan kohesi Menyimpulkan
Paragraf deduktif adalah paragraph yang diawali dengan pernyataan umum atau kalimat utama dan disusul dengan penjelasan khusus. Biasa dikenal dengan pola umum-khusus. Ciri-cirinya: Alur berpikir diawali dari simpulan atau pernyataan umum, selanjutnya dihadirkan contoh , kasus, ilustrasi, dan uraian khusus yang mendukung simpulan atau pernyataan. cara pengembangan kalimat jika paragraph terdiri dari lima kalimat, isi kalimat pertama harus dijabarkan atau diuraikan lebih lanjut dalam kalimat kedua sampai kelima cara memahami isi melalui membaca cepat, pembaca akan segera menemka bahwa kalimat yang diletakkan di awal paragraph, isinya dijabarkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat berikutnya.
Paragraph induktif adalah paragraph yang diawali dengan urutan atau penjelasan khusus dan diakhiri dengan dengan pernyataan umum. Biasa dikenal dengan pola khusus umum. Ciri-cirinya : letak kalimat uatama pada akhir paragraph. diawali dari contoh , kasus, ilustrasi, dan uraian-uraian khusus, diakhiri dengan simpulan atau pernyataan umum jika paragraph terdiri dari lima kalimat, kalimat1-4 secara bersama-sama mendukunga simpulan yang dirumuskan dalam kalimat kelima. cara memahami isi melalui membaca cepat, pembaca akan dapat merasakan bahwa kalimat-kalimat yang dihadirkan untuk mendukung kalimat utama diletakkan diakhir paragraph.
1. Generalisasi Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. a) Generalisasi sempurna Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: sensus penduduk b) Generalisasi tidak sempurna Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
2. Analogi Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama a. Analogi Induktif Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari. a. Analogi Induktif
b. Analogi Deklaratif Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai. Misalnya, untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Silogisme Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
Silogisme Katagorik Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh : Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor) ……………….M……………..P Akasia adalah Tanaman (premis minor) ….S……………………..M Akasia membutuhkan air (konklusi) ….S……………..P (S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti: Semua yang halal dimakan menyehatkan Sebagian makanan tidak menyehatkan, Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan (Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan). Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti: Semua korupsi tidak disenangi. Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi Sebagian pejabat tidak disenangi. (Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi) Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan. Beberapa politikus tidak jujur. Banyak cendekiawan adalah politikus, jadi: Banyak cendekiawan tidak jujur. Jadi: Beberapa pedagang adalah kikir. Kesimpulan yang diturunkan
dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti, oleh karena itu kesimpulan seperti: Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara bai Hasan adalah pelaut, jadi: Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik adalah tidak sah. Sembilan puluh persen pedagang pasar Johar juju Kumar adalah pedagang pasar Johar, jadi: Sembilan puluh persen Kumar adalah jujur 1) Dari dua premis yang sama-sama negatit, lidak men kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai ya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah. Kerbau bukan bunga mawar. Kucing bukan bunga mawar. ….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
2) Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup) 2) Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti: Semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin Jadi: Binatang ini adalah ikan. (Padahal bisa juga binatang melata) 3) Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan lenjadi salah, seperti Kerbau adalah binatang. Kambing bukan kerbau. Jadi: Kambing bukan binatang. (‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang- kan pada premis adalah positif) 4) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna mda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit. Januari adalah bulan Bulan itu bersinar di langit. Januari adalah bulan. Jadi: Januari bersinar di langit. (Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi). 5) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, preidkat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan komklsinya.
Variasi-variasinya adalah sebagai berikut: 1 Variasi-variasinya adalah sebagai berikut: 1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar. Semua yang baik itu haram. (salah) Semua yang memabukkan itu baik. (salah) Jadi: Semua yang memabukkan itu haram. (benar) 2. Prosedur invalid (tak sah) premis benar konklusi salah Plato adalah filosof. (benar) Aristoteles bukan Plato. (benar) Jadi: Aristoteles bukan filosof (salah) 3. Prosedur invalid, premis salah konklusi benar. Sebagian politikus adalah tetumbuhan. (salah) Sebagian manusia adalah tetumbuhan. (salah) Jadi: Sebagian manusia adalah politikus (benar) 4. Prosedur valid premis salah dan konklusi salah. Semua yang keras tidak berguna. (salah) Adonan roti adalah keras. (salah) Jadi: Adonan roti tidak berguna (salah)
b. Silogisme Hipotetik Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik: 1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: Jika hujan, saya naik becak. Sekarang hujan. Jadi saya naik becak. 2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti: Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang bumi telah basah. Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul. 4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan. Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah: 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c. Silogisme Disyungtif Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti: la lulus atau tidak lulus. Ternyata ia lulus, jadi la bukan tidak lulus. Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti: Hasan di rumah atau di pasar. Ternyata tidak di rumah. Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu: 1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti: la berada di luar atau di dalam. Ternyata tidak berada di luar. Jadi ia berada di dalam. Ia berada di luar atau di dalam. temyata tidak berada di dalam. Jadi ia berada di luar. 2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti: Budi di masjid atau di sekolah. la berada di masjid. Jadi ia tidak berada di sekolah. Budi di masjid atau di sekolah. la berada di sekolah. Jadi ia tidak berada di masjid.
Kohesi merupakan tingkat saling keterkaitan antara komponen-komponen(seperti data member dan member function) yang terdapat pada sebuah kelas(biasa juga disebut modul) dalam suatu pemrograman berorientasi objek(PBO). Sebuah kelas dalam PBO dibuat dengan tujuan merepresentasikan suatu objek, oleh karena itu semua komponen dalam sebuah kelas seharusnya menggambarkan komponen yang dimiliki objek tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi keterkaitan anatara komponen-komponen dlam sebuah kelas maka kan semakin baik pula kelas tersebut, semakin tinggi kohesi yang ada maka akan semakin baik. Kohesi dibagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain: >Kohesi berdasarkan kebetulan Saat bagian dari satu class dibagi-bagi secara acak dan bagian-bagian tersebut tidak mempunyai hubungan yang penting. >Kohesi berdasarkan logika Saat bagian-bagian dari satu class dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu karena secara logika bagian tersebut melakukan suatu fungsi/hal yang sama.
Kohesi berdasarkan waktu Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokkan berdasarkan waktu pemrosesan. Bagian-bagian yang diproses dalam waktu bersamaan dikelompokan dalam satu tempat. Kohesi berdasarkan cara/urutan Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena bagian-bagian tersebut pasti dieksekusi secara berurutan. Misal fungsi mengecek izin file selau dilakukan sebelum membuka file Kohesi berdasarkan pengelolaan data Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka mengelola data yang sama Kohesi berdasarkan sebab akibat/sambungan Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena output dari satu bagian adalah input dari bagian lainnya. Kohesi berdasarkan fungsi Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka semua berperan dalam sebuah tugas dari class
Kesimpulan