SELAMAT DATANG SELAMAT BERTAMBAH ILMU KIMIA ANALISIS MODERN SELAMAT DATANG SELAMAT BERTAMBAH ILMU
PENDAHULUAN
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember 2015 PENENTUAN KREATININ DALAM URIN SECARA KOLORIMETRI DENGAN SEQUENTIAL INJECTION-FLOW REVERSAL MIXING (SI-FRM) Oleh Tommy Dutika Indarto (121810301033) Itok Dwi Guro (121810301038) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember 2015
PENYEBAB KEMATIAN DI INDONESIA PENYAKIT GINJAL MASALAH UTAMA KESEHATAN MANUSIA PENYEBAB KEMATIAN DI INDONESIA KREATININ URIN DARAH
Analisis kadar kreatinin dalam tubuh merupakan indeks medis yang penting untuk mengetahui kondisi laju filtrasi glomerulus, keadaan ginjal, dan berfungsinya kerja otot . REAKSI JAFFER METODE BUTCH SI-FRM
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan gelas, neraca analitis, botol semprot, pipet mikro 1 mL dan 5 mL, seperangkat alat SI-VM yang tersiri dari syringe pump dengan kapasitas volume 2,5 mL, delapan selection valve, pompa dan detektor berupa RGB kolorimeter yang dikontro melalui komputer
Bahan Bahan yang digunakan dalam peneletian ini yaitu padatan kreatinin, kreatin, asam pikrat, natrium hidroksida, asam nitrat 65 %, sampel urin dan akuades
INSTRUMENTASI Valve Mixing Holding Coil Waste Detektor Sampel Waste Standart Kreatinin Akuades Pompa Asam Pikrat NaOH
TAHAP PENCUCIAN LINE Valve Mixing Holding Coil Waste Detektor Sampel Standart Kreatinin Akuades Pompa Asam Pikrat NaOH
TAHAP PENGISIAN LINE Holding Coil Standart Kreatinin Waste Pompa Asam Pikrat NaOH
Valve Mixing Holding Coil Waste Detektor Waste Akuades Pompa
PEMBAHASAN
Optimasi Parameter Fisik Parameter fisika yang digunakan yaitu laju alir produk ke detektor, waktu delay, dan volume reagen optimum. Parameter-parameter ini dioptimasi agar mendapatkan kondisi pembentukan senyawa kreatinin-pikrat yang sangat baik. nilai absorbansi kreatinin yang berbeda pada berbagai tingkatan laju alir. Semakin lama waktu kontak antara sampel dan reagen maka senyawa kreatinin-pikrat yang terbentuk akan semakin stabil, sehingga absorbansi yang diperoleh akan semakin tinggi. Namun waktu kontak yang terlalu lamapun dapat menurunkan absorbansi. Hal ini dikarenakan senyawa kreatinin-pikrat yang tadinya telah terbentuk dapat terdispersi ke dalam carrier (akuades) sehingga terjadi penurunan absorbansi
Sesuai dengan Gambar 2 maka laju alir 20 μl/s dipilih sebagai laju alir optimum ke detektor karena diperoleh sensitivitas yang paling tinggi.
Optimasi Parameter Kimia Parameter kimia yang dioptimasi pada penelitian ini adalah konsentrasi asam pikrat dan konsentrasi NaOH. Konsentrasi NaOH dan Asam pikrat yang digunakan akan mempengaruhi pembentukan senyawa kreatinin-pikrat.
Berdasarkan gambar 3 maka konsentrasi NaOH optimum yaitu 3% karena pada konsentrasi tersebut sensitifitas pengukuran lebih tinggi.
Berdasarkan gb 4 maka dapat diketahui bahwa absorbansi semakin meningkat dengan semakin bertambahnya konsentrasi asam pikrat dan absorbansi akan mulai berkurang pada konsentrasi 0.035 M dan seterusnya.
Aplikasi SI-VM pada penentuan kreatinin dalam sampel urin Aplikasi SI-VM pada penentuan kreatinin dalam sampel urin dilakukan pada beberapa sampel urin yang telah diperoleh. Seluruh sampel urin yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan pengenceran sebanyak 30 kali dengan menggunakan akuades.
KONDISI OPTIMUM Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi kreatinin yang terdapat pada masing-masing urin berbeda-beda pada berbagai individu tergantung dari berbagai faktor seperti jenis kelamin, berat badan, kebiasaan hidup sehari- hari misalnya banyaknya konsumsi air putih serta macam makanan yang berbeda-beda yang dikonsumsi pada setiap individu.
PENUTUP
KESIMPULAN Kondisi optimum penentuan kreatinin dengan menggunakan metode SI- VM berlangsung pada kondisi laju alir produk 20 μL/detik, waktu delay 5 detik, volume sampel/larutan standar 100 μL dan volume reagen (asam pikrat 0,03 M dan NaOH 3%) 300 μL. Hasil pengukuran konsentrasi kreatinin pada masing-masing urin berbeda- beda pada berbagai individu karena berbagai faktor pada individu itu sendiri.
SEKIAN TERIMAKASIH
Valve Mixing Holding Coil Waste Detektor Waste Sampel Standart Kreatinin Akuades Pompa Asam Pikrat NaOH
Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang sederhana dan mudah Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang sederhana dan mudah. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna merah–oranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa REAKSI JAFFER
Mereaksikan kreatinin dengan asam pikrat dalam suatu penangas listrik, namun dikarenakan jumlah sampel yang dibutuhkan besar maka dibutuhkan jumlah reagen yang banyak dengan konsentrasi yang tinggi METODE BUTCH
terjadinya reaksi antara reagen dan sampel dibuat suatu mixing coil dan pada prosesnya untuk menyempurnakan reaksi pembentukan senyawa kreatinin-pikrat dilakukan pembentukan segmen antara sampel dan reagen di holding coil yang selanjutnya dilakukan proses flow reversal pada mixing coil. SI-FRM
Diskusi 1. Kenapa memakai kolorimetri daripada spektrometri, padahal sama-sama mengukur berdasarkan spektrum warna? Jawab : karena pada kolorimetri dapat mendeteksi sampel yang berada dalam larutan walaupun mempunyai kuantitas yang kecil atau dengan kata lain memunyai sensifitas yang lebih baik daripada spektrometri 2. Kenapa pada tahap pengisian masuk ke holding dulu sebelum keluarkan? jawab : itu disebabkan adanya kesalahan dalam slide, sebenarnya dalam tahap pengisian larutan tersebut langsung dibuang melalui port 7 dan dimasukkan ke holding coil saat akan dilakukan pendeteksian sampel
3. Bagaimana grafik hasil dari penentuan kadar kreatinin dalam urinnya? Jawab : pada jurnal yang dipakai dalam presentasi tidak ditemukan hasil berupa grafik namun hanya ditunjukkan dengan tabel 1, dimana dalam tabel tabel dijelaskan bahwa konsentrasi pada masing-masing individu itu berbeda. 4. Metode ini apakah merupakan metode baru apa melanjutkan dari penelitian sebelum-sebelumnya? Jawab : metode ini merupakan metode baru dalam penelitian penentuan kadar kreatinin dalam urin. Jadi masih belum ada yang metode baru dalam penentuan kadar kreatinin dalam urin.