SEGREGASI PADA POLIPLOID KEHADIRAN KROMOSOM EKSTRA PADA POLIPLOID MEMPENGARUHI RASIO GENOTIP DAN FENOTIP DIANTARA TURUNAN YANG DIHASILKAN
PADA TRIPLOID : GEN AAa TERDAPAT PADA LOKUS BERDEKATAN DENGAN SENTROMER, MAKA SEGREGASI BERDASARKAN PEMISAHAN KROMOSOM ATAU DISEBUT SEGREGASI KROMOSOM ACAK > JIKA DIANGGAP SATU BIVALEN, MAKA DIHASILKAN GAMET DIPLOID DAN GAMET HAPLOID DENGAN RASIO 2 A : 1 AA ; 2 Aa : 1 a > “SELFING” HASIL FENOTIP (DIPLOID, TRIPLOID DAN TETRAPLOID) = 15A : 1a
JIKA GEN AAa TERDAPAT PADA LOKUS YANG CUKUP JAUH DENGAN SENTROMER, MAKA TERJADI “CROSSING OVER” ATAU DISEBUT DENGAN SEGREGASI KROMATID ACAK RASIO GAMET BERUBAH, SATU DIANTARA GAMET YANG DIHASILKAN ADALAH RESESIF GANDA, YANG DIBENTUK OLEH SEGREGASI KROMATID “CROSSING OVER” TERHADAP KUTUB YANG SAMA “SELFING” HASIL SELFING : RASIO FENOTIP (DIPLOID DAN TRIPLOID) = 17 A : 1 a RASIO FENOTIP (DIPLOID, TRIPLOID DAN TETRAPLOID) = 22 A : 1 a
PADA AUTOTETRAPLOID : GEN AAaa TERDAPAT PADA LOKUS BERDEKATAN DENGAN SENTROMER, MAKA TERJADI SEGREGASI KROMOSOM ACAK JIKA PASANGAN KROMOSOM BIVALEN, MAKA DIHASILKAN GAMET DIPLOID DENGAN RASIO 1AA : 4Aa : 1aa HASIL SELFING : RASIO FENOTIP TETRAPLOID = 35 A : 1 a “SELFING”
JIKA GEN AAaa TERDAPAT PADA LOKUS YANG CUKUP JAUH DENGAN SENTROMER, MAKA TERJADI SEGREGASI KROMATID ACAK RASIO GAMET BERUBAH, KEMUNGKINAN SELURUHNYA “CROSSING OVER”, MAKA RASIO GAMET ADALAH 3 AA : 8 Aa : 3 aa “SELFING” HASIL SELFING : RASIO FENOTIP TETRAPLOID = 187 A : 9 a
TABEL : FREKUENSI GAMET DAN FENOTIP YG DIHASILKAN OLEH AUTOTRIPLOID DAN AUTOTERTAPLOID HETEROZIGOT PADA SATU LOKUS GENOTIP SEGREGASI KROMOSOM (TANPA “CROSSING OVER” ANTARA SENTROMER DAN LOKUS A) FREKUENSI GAMET FENOTIP YANG DIHASILKAN DNGAN “SELFING” AAa 1 AA : 2 Aa : 2 A : 1 a 26 A : 1 a Aaa 2 Aa : 1 aa : 1 A : 2 a 2 A : 1 a AAAa 1 AA : 1 Aa SEMUA A AAaa 1 AA : 4 Aa : 1 aa 35 A : 1 a Aaaa 1 Aa : 1 aa 3 A : 1 a SEGREGASI KROMATID SEMPURNA (PEMBENTUKAN KUADRIVALEN DAN SATU “CROSSINGOVER” ANTARA GEN A DAN SENTROMER) FENOTIP YG DIHASILKAN DNGAN “SELFING” 5 AA : 6 Aa : 1 aa : 8 A : 4 a 17 A : 1 a 1 AA : 6 Aa : 5 aa : 8 A : 8 a 1,77 A : 1 a 15 AA : 12 Aa : 1 aa 783 A : 1 a 3 AA : 8 Aa : 3 aa 2,8 A : 1 a 1 AA : 12 Aa : 15 aa 2,5 A : 1 a
EFEK POLIPLOID TERHADAP MORFOLOGI DAN FISIOLOGI MENINGKATKAN UKURAN SEL TETAPI TIDAK SELALU MENINGKATKAN UKURAN TANAMAN DAN ORGAN TANAMAN, KARENA EFEK POLIPLOID ADALAH MEREDUKSI JUMLAH PEMBELAHAN SEL PENINGKATAN UKURAN SEL BERKAITAN DENGAN PEMBESARAN VAKUOLA SEHINGGA KANDUNGAN AIR TANAMAN LEBIH TINGGI, KONSEKUENSINYA TANAMAN TIDAK TAHAN TERHADAP KEKERINGAN DAN DINGIN (TIDAK BERLAKU UMUM) EFEK GIGAS POLIPLOID TERUTAMA DITEMUKAN PADA ORGAN YANG MEMILIKI POLA PERTUMBUHAN TERBATAS SEPERTI BUNGA DAN BIJI DAUN DAN PETAL BIASANYA LEBIH TEBAL DAN KUAT, LEBIH PENDEK DAN LEBAR SERTA PERCABANGAN BIASANYA MENURUN PERLAMBATAN SIKLUS MITOSIS SEHINGGA MASA BERBUNGA DAN BERBUAH MENJADI TERTUNDA. FERTILITAS DAN PRODUKSI BIJI MENURUN KARENA GANGGUAN PADA MEIOSIS DAYA ADAPTASI TANAMAN LEMAH KARENA RENDAHNYA PRODUKSI BIOMASA PER UNIT WAKTU