Kematangan INTELEKTUAL dan Pengaruhnya Terhadap Readiness Yoga Permana Wijaya
Hukum Belajar Throndike Hukum kesiapan (Law of Readiness) a. jika individu siap untuk bertindak dan mau melakukannya, maka ia akan merasa puas. b. jika individu siap untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. c. jika belum ada kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan. 2. Hukum latihan (Law of Exercise) a. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons. b. The Law of Disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut 3. Hukum efek (Law of Effect) Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs).
Kematangan Anak (Child Maturity) Kematangan anak (child maturity) adalah suatu kondisi yang tampak pada perilaku seseorang untuk mampu melakukan dan mempelajari sesuatu sesuai dengan tuntutan tugas perkembangannya.
Kematangan Intelektual Mampu berpikir mandiri, logis dan sistematis Menghargai gagasan orang lain Dapat menerima kritik Mau belajar terus.
Faktor Perkembangan Intelektual Factor pembawaan (genetik) Faktor gizi Factor kematangan Factor pembentukan Kebebasan psikologis
Ciri Kematangan Intelektual memiliki kebiasaan membaca buku dapat membaca situasi dengan cermat selalu berfikir kritis dan mendalam selalu mengevaluasi pikirannya kembali bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan memiliki ketenangan dan keyakinan dalam berusaha memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
Kesiapan (Readiness) Kesiapan mental dan fisik untuk bertindak atau menerima pengalaman. Tangkas, pantas, cakap dan terampil. Respon yang cepat atau cepat tanggap.
Kesiapan (Readiness) Menurut Ausubel Anak dapat belajar dengan mudah tanpa ketegangan emosi. Anak mampu menunjukan motivasinya karena usahanya untuk belajar memberikan hasil yang sesuai.
Kesiapan Belajar Menurut Strebel Perkembangan fisik yang sudah matang. Derajat ketergantungan terhadap orang tua, terutama sejauh mana keterikatan anak kepada ibunya. Pemilihan tugas sendiri sesuai dengan minatnya. Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan maupun yang dipilih sendiri. Ketepatan prestasi kerja, sehubungan dengan konsentrasi dan perhatiannya terhadap pelajaran. Keteraturan dalam berpikir dan bertingkah laku secara sosial, dalam bekerja kelompok dan teman-temannya. Perkembangan mental yang dapat diukur dengan tes inteligensi dan tes kematangan sekolah.
Kesiapan sekolah (School Readiness) menurut Lewitt dan Baker (1995). Kematangan sekolah mengacu pada kesiapan anak dalam belajar. Secara umum adalah merupakan level perkembangan anak tanpa dibatasi usia yang menunjukan kesiapan anak mengikuti pembelajaran mengenai materi yang lebih spesifik.
Pandangan Meisels mengenai Pendekatan Teoritis Kesiapan Belajar Nativist and maturationist (lingkungan asal dan kematangan): kesiapan anak dipandang sebagai sesuatu fenomena yang muncul dari 'dalam diri anak', yang memiliki dampak baik kecil ataupun besar semuanya berasal dari lingkungan. Empiricist and Enviromentalist (empiris dan lingkungan): harus ada seperangkat keterampilan yang anak dapatkan sebelum mereka siap untuk mulai belajar atau sekolah. Social Constructivist (konstruktivitas sosial): masyarakat dan lingkungan di mana anak hidup dan tinggal perlu dipertimbangkan dalam rangka memantau kesiapan anak dalam belajar. Interactionalist (interaksi): keterampilan, pengetahuan dan kemampuan anak sangat di pengaruhi oleh interaksinya terhadap masyarakat dan komunitas kecilnya.
Menurut Comenius (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test), Monks, Rost dan Coffie (1978) seorang anak yang akan masuk sekolah harus memenuhi tiga kriteria, yaitu: Menguasai kemampuan panca indera dan pemahaman bahasa yang baik Memiliki motivasi untuk belajar Memiliki kematangan dalam bekerja, sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan tuntas dan baik
Kriteria Kesiapan Belajar dapat dilihat dalam 5 hal: Kompetensi Sosial Koordinasi Motorik dan Kesehatan Fisik Pengaturan Emosi Keterampilan Kognitif Pengetahuan dan kemampuan secara umum.
Faktor Yang Membentuk Readiness Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh yang umumnya, alat-alat indra dan kapasitas intelektual. Motivasi yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. Pembentukan readiness dipengaruhi pula atas lingkungan atau kultur.
Prinsip Perkembangan Readiness Semua aspek berinteraksi dan bersama-sama membentuk readiness Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik jasmaniah maupun yang rohaniah. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
Kematangan Sebagai Dasar Dari Pembentukan Readiness Dasar-dasar biologis tingkah laku Respondent behavior, yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja selalu tergantung kepada stimuli Operant behavior, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung pada stimuli. Kematangan membentuk readiness