Penduduk.Jawa Barat telah menunjukkan perkembangan penduduk yang terus meningkat, sehingga untuk mengantisipasi terjadinya rawan pangan diperlukan ketersediaan pangan yang bermutu untuk pemenuhan kebutuhan penduduk tersebut.
Indikator kualitas komsumsi pangan ditunjukan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaman dan keseimbangan konsumsi antar kelompok makanan PPH biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah. Berdasarkan PP. No. 68 tahun 2002,
Kualitas konsumsi pangan di tengah masyarakat Indonesia masih dirasakan kurang beragam dan bergizi seimbang. Padahal komsumsi pangan dengan gizi cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kecerdasan manusia. Volume dan kualitas komsumsi pangan dan gizi di dalam rumah tangga juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pengetahuan dan budaya masyarakat.
Menurut data susenas “Rata-rata Konsumsi Kalori (KKal) per Kapita Sehari “ untuk kelompok makanan jadi berkisar 9% sampai dengan 15 % dari rata-rata konsumsi kalori. Namun skor PPH di Jawa Barat belum jelas nilainya. Skor PPH dihitung dari TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia). Tabel Komposisi Pangan Indonesia ini memuat kadar gizi berbagai pangan yang digunakan di Indonesia, ada 21 zat gizi yang terdapat dalam TKPI.
Untuk kepentingan perhitungan skor PPH dibutuhkan penghitungan konsumsi kalori dan fraksi kelompok makanan yang ada di Jawa Barat secara lebih teliti. Pemerintah melalui kementerian Pertanian pada 2014, mentargetkan secara nasional skor untuk PPH penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal dapat mencapai (93.3), sehingga untuk.mendukung mencapai target tersebut, dibutuhkan pengkajian pangan dengan cara menghitung skor PPH (Pola Pangan Harapan ) secara benar, guna mendukung Ketahanan Pangan di Jawa Barat.