Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
LEARNING CYCLE
2
PENDAHULUAN Awal Perkembangan Learning Cycle:
John Dewey (awal tahun 1900) Curt Lewin (Pertengahan 1940) Jean Piaget (awal tahun 1960) Robert Karplus (Pertengahan 1960)
3
Dewey’s Model of Experiential Learning
J K I - Impulse O - Observation K - Knowledge J - Judgment
4
Lewin’s Experiential Learning Model
Concrete experience Testing implications of concepts in new situations Observation and reflections Formation of abstract concepts and generalizations
5
Piaget’s Model of Learning and Cognitive Development
concrete phenomenalism 1. Sensory- motor stage 2. Representa- tional stage 3. Concrete operations 4. Formal internalized reflection abstract constructionalism active experience Ikonic Learning Inductive Hypothetico- deductive Enactive
6
Piaget KONTRUKTIVISME Vigotsky Ausubel LEARNING CYCLE
7
Kontruktivisme Learning cycle ?
8
Pengertian Learning Cycle
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
9
SCIS-Karplus Learning Cycle
Guided Discovery . Secara umum memiliki 3 fase : Fase I - Eksplorasi (exploration, observation) Fase II - Term Introduction/Eksplanasi (invention, generalization) Fase III – Aplikasi Konsep (discovery, application) Pengembangan oleh BSCS: Engaging, Exploring, Explaining, Elaborating, Evaluating Biasa dikenal dengan nama 5E Pengembangan versi lain adalah LC 7E
10
Fase I : Exploration Siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi materi secara bebas Siswa mengobservasi dan memahami fenomena alam dengan menggunakan pengetahuan awalnya. Siswa mengembangkan pengetahuan baru yang melibatkan pengalaman konkrIt siswa dengan sedikit bimbingan guru Tujuan eksplorasi ini adalah untuk merangsang minat siswa Tujuannya bagi guru adalah mengetahui pengetahuan awal siswa
11
Fase II : Explaination Guru mengenalkan konsep baru serta menghubungkan antar konsep yang siswa temukan pada fase eksplorasi. Pengenalan konsep dapat dilakukan dengan cara diskusi, melihat tayangan gambar/charta, dsb. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dan prinsip-prinsipnya sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menunjukkan membenahi konsep awal yang mereka miliki.
12
Fase III : Aplikasi Konsep
Siswa berpikir tentang cara mengaplikasikan konsep yang mereka dapat pada fase II untuk diterapkan pada situasi lain . Tujuannya adalah secara umum siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka. Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada fase yang kedua. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya pada pengembangan konsep yang lebih lanjut.
13
LC 5E ENGAGE EVALUATION Elaboration EXPLORE EXPLAIN
14
ENGAGE EXPLORE EXPLAIN ELABORATION EVALUATION
Mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. EXPLORE Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. EXPLAIN Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi ELABORATION siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. EVALUATION Dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.
15
Tipe Learning Cycle Deskriptif; Empiris-induksi Hipotesis deduktif
(Lawson, 1995) Deskriptif; Empiris-induksi Hipotesis deduktif
16
Lanjutan Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep) Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola. Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
17
Thank you For the attention
18
Perbandingan tipe-tipe Learning Cycle
Fase umum Fase 5E Fase 7E EXPLORE Engage Explore Elicit EXPLAIN Explain CONCEPT APPLICATION Elaborate Evaluate Extend
19
Siklus pembelajaran deskriptif
Guru mengidentifikasikan konsep-konsep yang akan diajarkan. Guru mengidentifikasikan beberapa fenomena yang melibatkan pola yang mendasari konsep. Fase eksplorasi : Siswa mengeksplorasi fenomena dan berusaha menemukan dan menggambarkan pola. Fase pengenalan konsep : Siswa melaporkan data mereka, dan siswa atau guru menggambarkan pola; guru kemudian memperkenalkan istilah untuk mengacu pada pola. Fase aplikasi konsep : Fenomena tambahan dibahas atau dieksplorasi yang melibatkan konsep yang sama.
20
2. Siklus pembelajaran empiris-induktif
Guru mengidentifikasi konsep-konsep yang akan diajarkan. Guru mengidentifikasi beberapa fenomena yang melibatkan pola yang mendasari konsep. Fase eksplorasi : Guru atau siswa mengajukan pertanyaan deskriptif dan kausal. Siswa mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriptif. Data untuk menjawab pertanyaan deskriptif diperlihatkan dipapan tulis. Pertanyaan deskriptif dijawab, dan pertanyaan kausal dimunculkan. Hipotesa alternatif dikemukakan lebih dahulu untuk menjawab pertanyaan kausal, dan data yang dikumpulkan diperiksa untuk memungkinkan test awal alternatif. Fase pengenalan konsep : Konsep-konsep diperkenalkan yang berhubungan dengan fenomena yang dieksplorasi dan hipotesa yang dikemukakan Fase aplikasi konsep : Fenomena tambahan dibahas atau dieksplorasi yang melibatkan konsep-konsep yang sama.
21
Siklus pembelajaran hipotetis-deduktif
Guru mengidentifikasikan konsep-konsep yang akan diajarkan. Guru mengidentifikasi fenomena yang sama yang melibatkan pola yang mendasai konsep. Fase eksplorasi : Siswa mengekplorasi fenomena yang memunculkan pertanyaan kausal. Dalam diskusi kelas, hipotesa diajukan dimuka, dan siswa diberitahu untuk bekerja dalam kelompok dan menarik implikasi dan mendesain pengalaman-pengalaman, langkah ini dilakukan dalam diskusi kelas. Siswa melakukan eksperimen-eksperimen. Fase pengenalan konsep : Data dibandingkan dan dianalisis, istilah-istilah diperkenalkan dan kesimpulan ditarik. Fase aplikasi konsep : Fenomena tambahan dibahas atau dieksplorasi yang melibatkan konsep-konsep yang sama.
22
Glasson dan Lalik (1993) menyebutkan bahwa belajar IPA adalah proses konstruksi. Konstruksi pengetahuan memerlukan partisipasi aktif guru dan siswa. Untuk mengkonstruksi pengetahuan, siswa harus mengidentifikasi, menguji dan menafsirkan makna dari pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki dan kemudian menyelesaikan situasi atau masalah yang dihadapi. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa, dan mengembangkan tugas-tugas yang memajukan konstruksi pengetahuan. Karakteristik konstruktivis adalah berangkat dari pengetahuan awal, pengalaman, membuat masuk akal (sense making) dan interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa apabila guru tanpa memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran, maka guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan akan memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya, Dykstra, et al., (1992)
23
Ausubel (1989) menyatakan bahwa dengan mengaitkan konsep awal siswa terhadap konsep baru yang sedang dipelajari, belajar akan bermakna dan informasi yang diberikan akan bertahan lama. Prinsip belajar tersebut sesuai dengan prinsip mengajar menurut pandangan konstruktivisme. Dahar R.W (1989) menyatakan bahwa prinsip yang paling umum dan essensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah bahwa siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses ilmiah ini. Dasar pemikiran dari konstruktivis ialah bahwa pengajaran efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang menjadi subyek pengajaran. Dasar pemikiran para konstruktivis ialah bahwa pengajaran efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang menjadi subjek pengajaran. Pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada itu, mungkin melalui langkah-langkah intermediate dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi (Dahar,R.W,1989).
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.