Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiani Makmur Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Sijil Pengajian Ugama (SPU) Institut Pengajian Tinggi al-Zuhri
SIRAH RASUL SAW (Minggu Ketiga) Sijil Pengajian Ugama (SPU) Institut Pengajian Tinggi al-Zuhri
2
PERISTIWA HIJRAH RASULULLAH SAW KE MADINAH Al-MUNAWWARAH
HIJRAH RASUL SAW PERISTIWA HIJRAH RASULULLAH SAW KE MADINAH Al-MUNAWWARAH
3
KRONOLOGY PERISTIWA HIJRAH
PERJANJIAN AQABAH PERTAMA PERJANJIAN AQABAH KEDUA PAKATAN MEMBUNUH RASULULLAH SAW WAHYU PERINTAH HIJRAH TAKTIK MELPASKAN DIRI RASUL SAW DI MADINAH BERSEMBUNYI DI GUA TSUR TIBA DI MADINAH PEMBENTUKAN MASYARAKAT MAKMUR - PIAGAM MADINAH SINGGAH DI QUBA
4
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Nabi saw mengizinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah Ibnu Sa’d di dalam kitabnya ath-Thabaqat menyebutkan riwayat dari Aisyah ra. bahawa ketika jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh orang. Rasulullah saw merasa senang, kerana Allah telah membuatkannya satu “benteng pertahanan” dari suatu kaum yang memiliki keahlian dalam peperangan, persenjataan dan pembelaan. Tetapi permusuhan dan penyiksaan kaum musyrik terhadap kaum Muslim semakin meningkat dan berat. Mereka menerima cacian dan penyiksaan yang sebelumnya tidak pernah mereka alami, sehingga para sahabat mengadu kepada Rasulullah dan meminta izin untuk berhijrah. Permintaan izin ini dijawab oleh Rasulullah saw: “Sesungguhnya aku pun telah diberitahu bahawa tempat hijrah kalian adalah Yathrib. Barang siapa yang ingin keluar, maka hendaklah ia keluar ke Yathrib.
5
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Para sahabat pun bersiap-siap, mengemas semua keperluan perjalanan, kemudian berangkatlah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Sahabat yang pertama kali sampai di Madinah ialah Abu Salamah bin Abdul Asad kemudian Amir bin Rab’ah bersama isterinya, Laila binti Abi Hasymah. Setelah itu para sahabat Rasulullah saw datang secara bergelombang. Mereka turun di rumah-rumah kaum Anshar mendapatkan tempat perlindungan. Tidak seorangpun dari sahabat Rasulullah saw yang berani hijrah secara terang-terangan kecuali Umar al-Khattab ra. Ali bin Abi Thalib meriwayatkan bahwa ketika Umar ra. hendak berhijrah, ia membawa pedang busur, panah dan tongkat di tangannya menuju Ka’bah. Kemudian sambil disaksikan oleh tokoh-tokoh Quraisy, Umar ra. melakukan thawaf tujuh kali dengan tenang. Setelah thawaf tujuh kali ia datang ke Maqam dan mengerjakan shalat. Kemudian berdiri seraya berkata: “Semoga celakalah wajah-wajah ini! Wajah-wajah inilah yang akan dikalahkan Allah. Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya, atau isterinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim piatu, hendaklah ia menghadangku di balik lembah ini.”
6
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Selanjutnya Ali ra mengatakan: “Tidak seorang pun berani mengikuti Umar kecuali beberapa kaum lemah yang telah diberitahu oleh Umar. Kemudian Umar ra berjalan dengan aman. Demikianlah secara beransur-ansur kaum Muslim melakukan hijrah ke Madinah sehingga tidak ada yang tertinggal di Mekkah kecuali Rasulullah saw, Abu Bakar ra, Ali ra, orang orang yang ditahan, orang-orang sakit dan orang-orang yang tidak mampu keluar.
7
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Hijrah Rasulullah saw Dalam beberapa riwayat yang sahih disebutkan bahwa setelah Abu Bakar ra melihat kaum Muslim sudah banyak yang berangkat hijrah ke Madinah, ia datang kepada Rasulullah saw meminta izin untuk berhijrah. Tetapi dijawab oleh Rasulullah saw: “Jangan tergesa-gesa, aku ingin memperoleh izin dahulu dari Allah.” Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau juga menginginkannya?” Jawab Nabi saw, “Ya.” Kemudian Abu Bakar ra menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Rasulullah saw. Ia lalu membeli dua ekor unta dan dipeliharanya selama empat bulan. Selama masa tersebut kaum Quraisy mengetahui bahawa Rasulullah saw telah memiliki pendukung dan sahabat dari luar Mekkah. Mereka khawatir sekiranya Rasulullah saw keluar dari Mekkah kemudian menghimpun kekuatan di sana dan menyerang mereka.
8
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Maka diadakanlah pertemuan di Darun-Nadwah (rumah Qushayyi bin Kilab, tempat kaum Quraisy memutuskan segala perkara) untuk membahas apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah saw. Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk mengambil seorang pemuda yang kuat dan perkasa dari setiap kabilah Quraisy. Kepada masing-masing pemuda itu diberikan sebilah pedang yang ampuh kemudian secara bersama-sama mereka serentak membunuhnya, agar Bani Manaf tidak berani melancarkan serangan terhadap semua orang Quraisy. Jibril as mendatangi Rasulullah saw untuk menyampaikan perintah agar berhijrah.
9
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Rasulullah saw mendatangi Abu Bakar di rumahnya memberitahukan bahawa perintah telah tiba untuk baginda berhijrah sambil mengatakan, “Ketahuilah bahawa aku telah diizinkan untuk berhijrah”. Abu Bakar berkata “ Wahai Nabi Allah, aku ingin menemanimu”. Rasulullah saw menjawab,” kamu akan menemani ku”. Abu Bakar memberitahukan bahawa bersamanya adalah dua unta yang disiapkan untuk berhijrah. Maka berangkatlah Rasulullah saw bersama Abu Bakar menuju gua Tsur. Peristiwa ini menurut riwayat yang paling kuat terjadi pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan 20 September 622 M, tiga belas tahun setelah bi’tsah. Kemudian Abu Bakar memasuki gua terlebih dahulu untuk melihat barangkali di dalamnya ada binatang buas atau ular. Di gua inilah keduanya menginap selama tiga hari. Setiap malam Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka, kemudian turun ke Mekkah pada waktu Subuh. Sementara Amir bin Fahirah datang ke gua dengan membawa kambing-kambingnya untuk menghapuskan jejak Abdullah. ( Hijrah Rasulullah saw - rujuk Sahih Bukhari, no 4095)
10
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Dalam pada itu, kaum musyrik setelah mengetahui keberangkatan Nabi saw mencari Rasulullah saw dengan mengawasi semua jalan ke arah Madinah, dan memeriksa setiap persembunyiannya, bahkan sampai ke gua Tsur. Saat itu Rasulullah saw dan Abu Bakar mendengar langkah-langkah kaki kaum musyrik di sekitar gua, sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan berbisik kepada Rasulullah saw, “Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kakinya, niscaya mereka akan melihat kami.” Tetapi dijawab oleh Nabi saw, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua sahaja. Sesungguhnya Allah berserta kita.”Allah menutup mata kaum musyrik sehingga tidak seorang pun melihat ke arah gua itu, dan tak seorang pun di antara mereka yang terfikir tentang apa yang ada di dalamnya. (Sahih Bukhari, no 3924). Setelah tidak ada lagi yang mencari, dan setelah datang Abdullah bin Arqath seorang pemandu jalan yang dibayar untuk menunjukkan jalan rahasia ke Madinah, maka berangkatlah menyusuri jalan pantai dengan dipandu oleh Abdullah bin Arqath. Pada waktu itu kaum Quraisy mengumumkan tawaran, bahawa siapa sahaja yang dapat menangkap Muhammad saw dan Abu Bakar akan diberi hadiah sebesar harga diyat (tebusan) masing –masing dari keduanya.
11
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Tiba di Quba’ Sesampainya di Quba’ Rasulullah saw disambut dengan gembira oleh para penduduknya, dan tinggal di rumah Kaltsum bin Hidam selama beberapa hari. Di sinilah Ali bin Abi Thalib menyusul Rasulullah saw setelah mengembalikan barang-barang titipan kepada para pemiliknya. Kemudian Rasulullah saw membangun mesjid Quba’, mesjid yang disebut Allah sebagai “mesjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama.” Setelah itu Rasulullah saw melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Rasulullah saw memasuki Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di sini Rasulullah saw disambut dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Ansar. Setiap orang berebut memegang tali untanya, kerana mengharapkan Rasulullah saw sudi tinggal di rumh mereka.
12
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Rasulullah saw berpesan kepada mereka, “Biarkan sahaja tali unta itu kerana ia berjalan menurut perintah. “Unta pun terus berjalan memasuki lorong-lorong Madinah hingga sampai pada sebidang tanah tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim dari bani Najjar di hadapan rumah Abu Ayyub al-Ansary. (Sahih Bukhari, no 3934) Rasulullah saw bersabda: “Di sinilah tempatnya insya Allah.” Lalu Abu Ayyub segera membawa kenderaan itu ke rumahnya, dan menyambut Nabi saw dengan penuh bahagia. Kedatangan Nabi saw ini juga disambut dengan gembira oleh gadis-gadis kecil Bani Najjar seraya bersenandung: “Kami gadis-gadis dari Bani Najjar. Kami harap Muhammad menjadi tetangga kami” Mendengar senandung ini Rasulullah saw bertanya kepada mereka, “ apakah kalian mencintaiku?” Jawab mereka, “Ya”. Kemudian Nabi saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa hatiku mencintai kalian.” (Sahih Bukhari, no 3738, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam).
13
PERISTIWA HIJRAH KE MADINAH
Di Rumah Abu Ayyub Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari beberapa sanad dengan lafaz yang hampir bersamaan, bahawa Abu Ayyub ra berkata, “Ketika Rasulullah saw tinggal di rumah ku, beliau menempati bahagian bawah rumah, sementara aku dan Ummu Ayyub di bahagian atas. Kemudian aku katakan kepadanya, “Wahai Nabi Allah, aku tidak suka dan merasa berat tinggal di atas engkau, sementara engkau berada di bawahku.” Tetapi Nabi saw menjawab, “Wahai Abu Ayyub, biarkan kami tinggal di bawah, agar orang yang bersama kami dan orang yang ingin berkunjung kepada kami tidak perlu susah payah.” Selanjutnya Abu Ayyub menceritakan: “Demikianlah Rasulullah saw tinggal di bahagian bawah sementara kami tinggal di bahagian atas. Pada suatu hari, kantong yang berisi air pecah, maka segeralah aku dan Ummu Ayyub membersihkan air itu dengan selimut kami yang satu-satunya itu, agar air tidak menetes di bawah yang dapat mengganggu baginda. Setelah itu aku turun kepadanya meminta agar baginda sudi pindah ke atas, sehingga beliau bersedia pindah ke atas.”
14
RASULULLAH SAW DI MADINAH
Masyarakat Madinah sebelum Hijrah Orang-orang Yahudi Orang-orang Arab Pengaruh Islam dalam masyarakat Madinah Hijrah dan pengaruhnya bagi Struktur Masyarakat Madinah
15
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Hijrah Rasulullah saw, ke Yathrib, yang kemudian kelak bernama Madinah, merupakan langkah awal proses terbentuknya Darul Islam yang pertama di muka bumi saat itu. Di samping juga merupakan pernyataan berdirinya Negara Islam di bawah pimpinan pendirinya yang pertama, Muhammad saw. Pembentukan masyarakat yang makmur di Madinah berlandaskan asas-asas penting bagi sebuah negara. Asas-asas tersebut tercermin pada tiga pekerjaan berikut: Pertama: Pembangunan masjid Kedua: Mempersaudarakan sesama Muslimin secara umum dan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar secara khusus. Ketiga: Membuat perjanjian (dustur) yang mengatur kehidupan sesama kaum.
16
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Asas Pertama: Pembinaan Masjid Bukhari di dalam sanadnya meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa ketika masuk waktu shalat Rasulullah saw melaksanakan shalat di tempat penambatan kambing. Setelah itu Rasulullah saw memerintahkan pembangunan masjid. Kemudian Rasulullah saw memanggil para tokoh Bani Najjar dan berkata kepada mereka, “Wahai Bani Najjar, berapakah harga tanah kalian ini? Mereka menjawab, “Demi Allah kami tidak menghendaki harganya kecuali dari Allah swt.” Selanjutnya Anas bin Malik mengatakan, “Di tanah itu terdapat beberapa kuburan kaum Musyrikin, puing-puing bangunan tua dan beberapa pohon kurma. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan agar kuburan tersebut dipindahkan, pohon-pohonnya ditebang dan puing-puingnya diratakan.” Anas bin Malik melanjutkan,”Kemudian mereka menata batang-batang kurma itu sebagai kiblat masjid.” Dan sambil merampungkan pembangunan masjid bersama mereka, Rasulullah saw mengucapkan doa: “Allahumma, ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin.”
17
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Masjid Rasulullah saw dengan bentuknya yang asli ini, tanpa penambahan atau pemagaran, bertahan sampai akhir masa Khalifah Abu Bakar. Pada masa Khalifah Umar ra, mengalami sedikit pembaikan, tetapi pembangunannya tetap seperti sediakala. Kemudian pada masa Khilafah Utsman ra, terjadi hanya penambahan dan perluasan. Dinding-dindingnya dibangun dengan batu-bata berukir dan batu-bata yang dibakar.
18
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Asas Kedua : Ukhuwwah Sesama Kaum Muslimin Kemudian Rasulullah saw, mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Ansar atas dasar kebenaran dan rasa persamaan. Bahkan mereka dipersaudarakan untuk saling mewarisi sepeninggalan mereka, sehingga pengaruh Ukhuwwah Islamiyah lebih kuat membekas daripada pengaruh ikatan darah (keluarga/kekerabatan). Rasulullah saw mempersaudarakan Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’adz bin Jabal, Hamzah bin Abdul Mutthalib dengan Zaid bin Zuhair, Umar bin Khattab dengan ‘Utbah bin Malik, Abdul Rahman bin Auf dengan Sa’id bin Rabi’ dan seterusnya. Selanjutnya Rasulullah saw mengikat persaudaraan antara para sahabat ini dengan suatu kerangka umum berupa ukhuwwah dan muwalah (penyerahan loyaliti).
19
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Ukhuwwah ini juga didasarkan pada prinsip-prinsip material, di antaranya ialah ditetapkannya prinsip saling mewarisi sesama mereka. Ikatan-ikatan persaudaraan ini tetap didahulukan daripada hak-hak kekeluargaan sampai terjadi perang Badar Kubra, ketika diturunkan firman Allah swt: “… Dan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagaimana lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam Kitab Allah swt. Sesungguhnya Allah swt mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Anfal:75) Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Ketika kaum Muhajirin datang ke Madinah seorang Muhajir mewarisi seorang Anshar tanpa adanya hubungan keluarga, kerana Ukhuwwah yang telah dijalin oleh Nabi saw ketika turun ayat (artinya) : “Bagi tiap harta peninggalan dari harta yang ditingalkan ibu bapa dan kaum kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya…” Terhapuslah hukum tersebut. Dengan demikian, berakhirlah masa keberlakuan hukum waris-mewarisi berdasarkan ikatan ukhuwwah tersebut.
20
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Asas ketiga: Perjanjian antara kaum Muslimin dengan orang-orang di luar Islam Asas ini merupakan pekerjaan terpenting yang dilakukan Nabi saw sehubungan dengan nilai perundang-undangan bagi negara baru di Madinah. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahawa tidak lama setelah nabi saw tinggal di Madinah, semua orang Arab dari penduduk Madinah memeluk Islam. Seluruh kaum Ansar telah memeluk Islam kecuali beberapa orang kabilah dari kaum Aus. Kemudian Nabi saw menulis sebuah Piagam Perjanjian antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar dengan Yahudi. Dalam perjanjian ini ditegaskan secara terang mengenai penetapan kebebasan beragama dan hak pemilikan harta benda mereka, serta syarat-syarat lain yang saling mengikat kedua belah pihak.
21
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Piagam Madinah Ibnu Ishaq menyebutkan perjanjian ini tanpa isnad. Sementara Ibnu Khaitshamah menyebutkannya dengan mencantumkan sanadnya. “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Junab Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Katsir bin Abdullah bin Amer al-Mazni dari ayahnya dari datuknya, bahawa Rasulullah saw menulis perjanjian antara Muhajirin dan Ansar. “Kemudian Ibnu Khaitsamah menyebutkan seperti yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Imam Ahmad menyebutkan di dalam Musnadnya dari Suraij ia berkata telah menceritakan kepada kami Ibad dari Hajjaj dari Amer bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya bahawa Nabi saw menulis perjanjian antara Muhajirin dan Ansar dan seterusnya.
22
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Beberapa bahagian dari naskah perjanjian seperti dalam naskah perjanjian Rasulullah saw: Isi Piagam perjanjian itu adalah: Kaum Muslimin, baik yang berasal dari Quraisy, dari Madinah mahupun dari Kabilah lain yang bergabung dengan berjuang bersama-sama, semuanya itu adalah satu ummat. Semua kaum Mukminin dari kabilah mana saja, harus membayar diyat (denda) orang yang terbunuh di antara mereka dan menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil antara sesama kaum Mukminin. Kaum Mukminin tidak boleh membiarkan siapa saja di antara mereka yang tidak mampu membayar hutang atau denda, tetapi mereka harus menolongnya untuk membayar hutang atau denda tersebut. Kaum Mukminin yang bertakwa akan bertindak terhadap orang dari keluarganya sendiri yang berbuat kezaliman, kejahatan, permusuhan atau kerusakan. Kaum Mukminin akan mengambil tindakan bersama, sekalipun yang berbuat kejahatan itu anak salah seorang dari mereka sendiri.
23
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
5. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh orang Mukmin lainnya lantaran ia membunuh seorang kafir. Seorang Mukmin tidak boleh membantu orang kafir untuk melawan Mukmin lainnya. 6. Jaminan Allah swt adalah satu: Dia melindungi orang-orang yang lemah atas orang-orang yang kuat. Orang Mukmin saling tolong-menolong sesama mereka dalam menghadapi gangguan orang lain. 7. Setiap Mukmin yang telah mengakui berlakunya perjanjian sebagaimana termaktub di dalam naskah, jika ia benar-benar beriman kepada Allah swt, dan hari akhir nescaya ia tidak akan memberikan pertolongan atau perlindungan kepada orang yang berbuat kejahatan. Apabila ia menolong dan melindungi orang-orang berbuat kejahatan maka ia terkena laknat dan murka Allah swt. pada hari kiamat. 8. Di saat menghadapi peperangan, orang-orang Yahudi turut memikul biaya bersama-sama kaum Muslimin.
24
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
9. Orang-orang Yahudi dari Bani Auf dipandang sebagai bagian dari kaum Mukminin. Orang-orang Yahudi tetap pada agama mereka, dan kaum Muslimin pun tetap pada agamanya sendiri, kecuali orang yang berbuat kezaliman dan kejahatan maka sesungguhnya dia telah membinasakan diri dan keluarganya sendiri. 10. Orang-orang Yahudi harus memikul biayanya sendiri dan kaum Muslimin pun harus memikul biaya sendiri dalam melaksanakan kewajiban memberikan pertolongan secara timbal balik dalam melawan pihak lain yang memerangi salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian itu. 11. Jika di antara orang-orang yang terikat perjanjian ini terjadi pertentangan atau perselisihan yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan maka perkaranya dikembalikan kepada Allah swt, dan Muhammad Rasulullah. 12. Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di Madinah kecuali orang yang berbuat kezaliman dan kejahatan. 13. Sesungguhnya Allah swt yang akan melindungi pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.
25
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Struktur masyarakat baru Tasyri’ Sistem Persaudaraan وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٦٣﴾ dan Yang mempersatukan hati mereka walaupun kamu membelanjakan semua [kekayaan] yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Anfal 63)
26
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Carta Persefahaman Islam وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٩﴾ Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman [Ansar] sebelum [kedatangan] mereka [Muhajirin], mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka [orang Muhajirin]; dan mereka mengutamakan [orang-orang Muhajirin], atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan [apa yang mereka berikan itu]. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr : 9)
27
Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
Perjanjian dengan Kaum Yahudi – (Kesimpulan Piagam Madinah) Nabi Muhammad s.a.w. adalah ketua negara untuk semua penduduk Madinah dan segala pertelingkaran hendaklah merujuk kepada beliau. Asas Persamaan. Semua penduduk Madinah ditegah bermusuhan atau menanam hasad dengki sesama sendiri, sebaliknya mereka hendaklah bersatu dalam satu bangsa iaitu bangsa Madinah. Asas kebebasan beragama. Semua penduduk Madinah bebas mengamal adat istiadat upacara keagamaan masing-masing. Asas kebersamaan. Semua penduduk Madinah hendaklah bekerjasama dalam masalah ekonomi dan mempertahankan Kota Madinah dari serangan oleh musuh-musuh dari luar Madinah. Asas keadilan. Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum. Hak setiap individu diakui. Keselamatan orang Yahudi adalah terjamin selagi mereka taat kepada perjanjian yang tercatat dalam piagam tersebut. Pembentukan Masyarakat yang Makmur di Madinah
28
Sesi perbincangan dan soal jawab
Sekian dahulu Terima kasih Sesi perbincangan dan soal jawab
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.