Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehRatna Sudirman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Drs. Josef Riwu Kaho, MPA M. Adhi Ikhsanto, SIP, MiOP
KONSEPSI KEKUASAAN Drs. Josef Riwu Kaho, MPA M. Adhi Ikhsanto, SIP, MiOP
2
GINEOLOGI KEKUASAAN Kata kekuasaan atau power, secara gineologis, berasal dari bahasa latin potere yang dapat dibingkai dalam pengertian mampu. Dalam perkembangannya power acap kali dihubungkan dengan dominasi yang berasal dari kata dominium. Secara harfiah, dominium sering diartikan sebagai penguasaan yang bersifat patriakhi di dalam domain rumah tangga. Selain itu, kata kekuasaan juga dihubungkan dengan otoritas. Merujuk pada penjelasan Jefrey Isaac, dalam kajian kali ini, kata kekuasaan lebih diartikan sebagai kapasitas untuk bertindak, sehingga pengertian kekuasaan di sini dapat diperlakukan sebagai genus bagi dominasi dan otoritas yang dipandang sebagai spesies.
3
MODEL KEKUASAAN Secara umum, dalam analisis politik modern, terdapat empat model utama dalam melihat kekuasaan, yaitu: Model voluntaris yang berakar pada tradisi teori kontrak sosial dan secara metodologis bersinggungan dengan pemikiran individualism. Model hermeneutik yang berakar pada tradisi fenomenologi Jerman. Model strukturalis yang berakar pada pemikiran Marx. Model pos modernisme yang berakar pada tradisi pemikiran Michel Foucault dan feminisme.
4
MODEL VOLUNTARIS Hampir sebagian besar pemikiran voluntaris, menempatkan rational choice sebagai instrumen untuk mendekati kekuasaan. Model voluntaris biasanya merujuk pemikiran Robert Dahl dalam melihat kekuasaan. Dahl membingkai kekuasaan sebagai sebuah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya. Model voluntaris juga dipengaruhi dengan dengan analogi Newtonian yang menempatkan kekuasaan sebagai stimulus dari sebuah tindakan.
5
MODEL HERMENEUTIK Hermeneutik adalah studi tentang pemaknaan.
Dalam studi hermeneutik, kekuasaan dipandang sebagai hasil dari kemenangan atas pertarungan pemaknaan dalam komunitas sosial. Studi hermeneutik cenderung memfokuskan diri pada norma dan simbol yang bervariasi yang membentuk rasionalitas parktis dari agen sosial.
6
MODEL STRUKTURALIS Berbasiskan pada pemikiran Marx tentang kelas.
Kelas sosial, oleh Lenin, didefinisikan sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Adapun Marx, mengidentifikasikan kelas sosial sebagai: Gejala khas masyarakat pasca feodal. Kelas, secara epistemik, bisa diterima jika bukan hanya “secara obyektif” merupakan golongan sosial dengan kepentingan tersendiri, melainkan juga “secara subyektif” menyadari diri sebagai kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya.
7
MODEL STRUKTURALIS Pada dasarnya, Karl Marx membagi kelas dalam tiga kategori, yaitu: Kaum buruhmereka yang hidup dari upah. Kaum pemilik modalmereka yang hidup dari laba. Kaum pemilik tanahmereka yang hidup dari rente tanah.
8
MODEL STRUKTURALIS Setiap kelas bertindak sesuai dengan kepentingannya dan kepentingannya ditentukan oleh situasi yang obyektif. Pengaruh struktural mempunyai peran sentral dibandingkan segi kesadaran dan moralitas dari manusia. Kepentingan borjuis dan proletar senantiasa bertentangan, sehingga mereka akan mengambil sikap dasar yang berbeda terhadap perubahan sosial. Borjuis cenderung konservatif, sedangkan proletar cenderung revolusioner.
9
MODEL POS MODERNISME Pandangan kaum feminis, sebagai bagian dari postmodernisme, tentang kekuasaan menyatakan bahwa konsep kekuasaan yang selama ini ada hanya didasarkan pada pengalaman&epistemologi laki-laki i.e maskulinitas. Rekonseptualisasi pemahaman tentang kekuasaan, menurut kaum feminis, harus juga memasukkan wilayah-wilayah epistemologis feminim yang selama ini diabaikan.
10
MODEL POS MODERNISME Lebih lanjut, Foucault melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang dibangun oleh struktur atau ‘diskursus’ tertentu, dan melihat bahwa kekuasaan memiliki dimensi positif dan negatif. Foucault percaya bahwa agen-agen sosial muncul dan beroperasi dalam berbagai relasi kekuasaan di mana mereka berpartisipasi, dan setiap ‘resistensi’ terhadap kekuasaan yang muncul selalu berada dalam batasan-batasan struktur dari mana mereka muncul.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.