Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PETA SINGKAT ILMU ILMU SOSIAL
Oleh Dr. Wahyudi Winarjo, M.Si. Ketua Prodi Mag. Sosiologi PPs-UMM
2
PARADIGMA ILMU SOSIAL Paradigma adalah suatu world view yang dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuwan tertentu untuk mempelajari obyek keilmuwan mereka. Koinloch (1977) mengidentifikasi ada enam paradigma atau perspektif teoritik, yakni : organic paradigm, conflict paradigm, social behaviorism, strcture functionalism, modern conflict theory, and social-psychological paradigm.
3
LANJUTAN PIS Burrel dan Morgan (1979) membaginya ke dalam empat paradigma, yakni : radical humanist paradigm, radical structuralist paradigm, intepretative paradigm, and functionalist paradigm. Crotty (1994) membagi menjadi lima paradigma dalam teori ilmu sosial, yakni: positivism, interpretivism, critical inquiry, fenism, and postmodernism.
4
LANJUTAN PIS Sementara Guba dan Lincoln (1994) membuat tipologi menjadi empat, yakni : positivism, postpositivism, critical theories, and constructivism. Tipologi pertama dan kedua, oleh peneliti sering disatukan menjadi satu kreteria, yakni menjadi classical paradigm.
5
Perbedaan Paradigma Ilmu Sosial
1. Pradigma Klasik: Menganalogikan ilmu sosial seperti ilmu alam. Mempergunakan deductive logic dan pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan atau memperoleh konfirmasi tentang hukum sebab akibat yang bisa dipergunakan untuk memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu.
6
LANJUTAN PER.PARDG.ILSOS
2. Paradigma Konstruktivis: Memandang ilmu sosial sbg analisis sistematis terhadap tindakan yang secara sosial penuh makna (socially meaningful action). Mempergunakan pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial dalam setting keseharian secara alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka.
7
LANJUTAN PER.PARDG.ILSOS
3. Paradigma Kritis: Mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap the real structures. Mengkritisi struktur nyata yang nampak, yang dianggapnya semu, dengan tujuan membantu membentuk suatu kesadaran sosial untuk memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia.
8
Elemen Elemen Paradigma (Guba, 1990)
Ontologi: Asumsi tentang “realitas”. What is the nature of ‘ reality’ ? Epistemologi: Asumsi tentang hubungan antara peneliti dan yang diteliti. What is the nature of the relationship between the inquirer and the knowable? Metodologi: Asumsi tentang bagaimana peneliti memperoleh pengetahuan. How should the inquirer go about finding out knowledge?
9
Perbedaan Ontologis (Hakekat ttg Realitas Sosial)
KlasikRealitas yang ada itu diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal, meskipun sesungguhnya kebenaran tentang realita tersebut hanya bisa diperoleh secara probabilistic KonstruktivisKebenaran suatu realitas bersifat relatif. Ia berlaku sesuai dengan konteks khusus yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Realitas sosial merupakan hasil konstruksi sosial yang dilakukan oleh pelaku. Kritis Realitas sosial merupakan sesuatu yang semu (virtual reality) yang sudah terbentuk oleh proses sejarah, kekuatan sosial, budaya dan ekonomi politik.
10
Perbedaan Epistemologis (Hub. Peneliti & yg diteliti)
Klasik Ada realitas obyektif. Sebagai suatu realitas yang bersifat eksternal (berada di luar diri peneliti), maka peneliti sejauh mungkin harus membuat jarak dengan obyek penelitian (Dualist/objectivist). Konstruktivis Pemahaman thd suatu realitas, atau temuan penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dan yg diteliti (transactionalist/subjectivist). Kritis Hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman terhadap suatu realitas merupakan value meditiated findings (transactionalis/subjectivist).
11
Perbedaan Aksiologis (posisi value judgement)
Klasik: Peneliti sbg observer. Nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Peneliti berperan sbg disinterested scientist. Tujuan penelitian = eksplanasi, predisksi dan kontrol realitas sosial
12
Perbedaan Aksiologis (posisi value judgement)
Konstruktivis: Peneliti sbg fasilitator. Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Peneliti sbg passionate participant, fasilitator yg menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitian = rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yg diteliti.
13
Perbedaan Aksiologis (posisi value judgement)
Kritis: Peneliti sbg aktivis. Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Peneliti menempatkan diri sbg transformative intellectual, advokat, dan aktivis. Tujuan penelitian = kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
14
BEBERAPA CONTOH TEORI TEORI SOSIAL
BERIKUT AKAN DITAMPILKAN BEBERAPA CONTOH TEORI SOSIAL DARI MASING2 PARADIGMA: KARL MARX, EMILE DURKHEIM (P. KLASIK) MAX WEBER, GEORG SIMMEL (P. KONSTRUKTIVIS) LOUIS ALTHUSSER, ANTONIO GRAMSCI (P. KRITIS)
15
BEBERAPA PEMIKIRAN KARL MARX (P KLASIK)
MATERIALISME SEJARAH = DALAM SEPANJANG SEJARAH PERJALANAN MASYARAKAT, MATERI (ECONOMIC MATERIALS/MEANS OF PRODUCTION) MERUPAKAN ESENSI POKOK KEHIDUPAN. KEBERADAAN (EXISTENCE) LAH YANG MENENTUKAN KESADARAN (CONCIOUSNESS), DAN BUKAN KESADARAN YANG MENENTUKAN KEBERADAAN.
16
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN MARX
PEMIKIRANNYA BERSIFAT ECONOMIC DETERMINISM. MENURUTNYA, SIAPA SAJA YG DAPAT MENGONTROL MEANS OF PRODUCTION/ THE MATERIAL (ECONOMIC) SUBSTRUCTURE, MAKA JUGA AKAN DPT MENGKONTROL NEGARA MELALUI JUSTIFIKASI IDEOLOGI DAN KEKUASAAN YG DIPEGANGNYA.
17
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN MARX
MASYARAKAT BERKEMBANG SECARA LINIER DARI: PRIMITIVE COMMUNISM (HUNTING AND GATHERING), ANCIENT SLAVE SOCIETIES, FEODALISM, CAPITALISM, SOCIALISM. CLASS STRUGGLE. SOCIAL REVOLUTION. FALSE CONSCIOUSNESS. FETISHISM OF COMMODITY. PRAXIS DAN EMANSIPATORIS, DLL.
18
BEBERAPA PEMIKIRAN EMILE DURKEHIM (P KLASIK)
PEMIKIRANNYA EMPHASIS ON SOCIAL ORDER: BAHWA TATANAN SOSIAL ADALAH THE DRIVING FORCE IN SOCIETY. SAMA-SAMA BERSIFAT DETERMINISM SEPERTI HALNYA MARX, NAMUN DURKHEIM LEBIH FOKUS PADA CULTURAL DETERMINISM, SEDANG MARX ECONOMIC DETERMINISM.
19
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN DURKHEIM
MENURUTNYA UNTUK MEMAHAMI MASYARAKAT KITA HARUS MENSTUDI SOCIAL FACTS SEBAGAI 'ONTOLOGICAL REALITIES' YG MANA SEMUA ITU MEMPENGARUHI KEHIDUPANNYA WHETHER THEY KNOW IT OR NOT. SUICIDE. SOCIAL SOLIDARITY (MECHANICAL AND ORGANIC SOLIDARITY). DIVISION OF LABOUR (TRADITONAL --> RATIONAL/MARKET AND BUREAUCRACY MECHANISMS.
20
BEBERAPA PEMIKIRAN MAX WEBER (P. KONSTRUKTIVIS)
PEMIKIRANNYA TERKATEGORI DALAM INTERPRETATIVE SOCIOLOGY= KITA AKAN DAPAT MEMAHAMI THE SOCIAL WORLD DENGAN MELIHATNYA MELALUI MAKNA (MEANINGS) DARI PARA AKTOR YG TERLIBAT DALAM TINDAKAN SOSIALNYA --> VERSTEHEN. THEORY OF THE PROTESTANT WORK ETHIC. IRON CAGE OF RATIONALITY.
21
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN WEBER
DIA SALAH SATU PIONER PEMIKIRAN TTG STRATIFIKASI SOSIAL. STRATIFIKASI BUKAN HANYA DITENTUKAN OLEH FAKTOR EKONOMI (MARX) SAJA, TETAPI JUGA FAKTOR SOSIAL BUDAYA, DAN POLITIK (KEDUDUKAN DLM PARTY) ANALISANYA LEBIH FOKUS PADA STATUS DARIPADA KLAS. KLAS = TERBANGUN OLEH MARKET RELATIONS. STATUS = MUNCUL DARI SOCIAL HONOUR/SOCIAL ESTEEM, DAN SOCIAL PRIVILEGES.
22
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN WEBER
MENURUTNYA EDUCATION MIGHT BECOME AN AUTONOMOUS SOURCE OF STATUS DISTINCTION IN MODERN SOCIETY. ORANG YG MEMILIKI PENDIDIKAN TINGGI AKAN MEMILIKI THE PRIVILEDGED ROLE, SERTA MENJADI THE KEY SOCIAL ARTICULATOR.
23
BEBERAPA PEMIKIRAN GEORG SIMMEL (P. KONSTRUKTIVIS)
IA INGIN MENJEMBATANI KONTROVERSI ANTARA REALISME (DURKHEIM) DAN NOMINALIS (WEBER). MENURUTNYA, KENYATAAN SOSIAL ITU BERSIFAT ANTAR PRIBADI (INTERPERSONAL). (MARX DAN DURKHEIM MELIHAT KENYATAAN SOSIAL ITU BERADA PADA STRUKTUR SOSIAL). DINAMIKA INTERAKSI ANTAR PRIBADI MERUPAKAN BAHAN DARIMANA STRUKTUR SOSIAL AKAN DIBENTUK, BUKAN SEBALIKNYA.
24
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN SIMMEL
SOCIAL DIFFERENTIATION = PERUB. MASY SECARA BERTAHAP DARI STRUKTUR YG SEDERHANA DGN DIFERENSIASI YG RENDAH DAN HOMOGEN, BERUBAH KE STRUKTUR YG LBH KOMPLEKS DGN DIFERENSIASI SERTA HETEROGENITAS YG TINGGI. IA PERCAYA ADA PERBEDAAN ANTARA PERSEPSI MANUSIA MENGENAI SUATU GEJALA, DAN HAKIKAT DASAR MENGENAI GEJALA TSB (ADA BEDA ANTARA BENTUK (BERSIFAT APRIORI) DAN ISI bERSIFAT EMPIRIS).
25
BEBERAPA PEMIKIRAN LOUIS ALTHUSSER (P. KRITIS)
MENURUTNYA, ADA DUA MEKANISME UNTUK MENJADIKAN WARGA DALAM SUATU NEGARA BERPERILAKU SESUAI DGN ATURAN NEGARA YAKNI: REPRESSIVE STATE APPARATUSES (RSA), DAN IDEOLOGICAL STATE APPARATUSES (ISA). MENURUTNYA, IDEOLOGY MERUPAKAN REPRESENTASI DARI HUBUNGAN IMAJINER INDIVIDU THD KONDISI KEBERADAANNYA YG NYATA.
26
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN ALTHUSSER
MENURUTNYA, IDEOLOGY ITU SESUNGGUHNYA BUKAN MERUPAKAN REPRESENTASI DARI DUNIA NYATA, NAMUN ORANGLAH YG MENGHUBUNG- 2KANNYA DGN DUNIA NYATA SBGMANA PERSEPSI DIRINYA MENGENAI DUNIA NYATA. DUNIA NYATA ITU “MENGADA”, BUKAN SEBAGAI SESUATU YG OBYEKTIF TETAPI MERUPAKAN SUATU PRODUK RELASI KITA.
27
BEBERAPA PEMIKIRAN ANTONIO GRAMSCI (P. KRITIS)
GRAMSCI DAN ALTHUSSER MEMILIKI KESAMAAN TEORI YG BERUPA IDEOLOGICAL HEGEMONY. JIKA ALTHUSSER HEGEMONY OLEH NEGARA DILAKUKAN MELALUI RSA DAN ISA, MAKA MENURUT GRAMSCI HEGEMONY ITU DILAKUKAN DENGAN LEBIH SOFT YAKNI MELALUI CULTURAL LEADERSHIP.
28
LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN GRAMSCI
MENURUTNYA THE RULLING SOCIAL CLASS ITU BERSIFAT HEGEMONIC. THE RULLING CLASS ITU BUKAN HANYA MENGKONTROL PROPERTY DAN KEKUASAAN, TETAPI JUGA MENGKONTROL IDEOLOGY MELALUI KEKUASAAN DAN KEMAKMURAN YG DIMILIKI. MENURUTNYA, MELALUI CULTURAL LEADERSHIP, NEGARA DPT MENJADI PROPAGATOR BUDAYA DAN PENDIDIKAN SIPIL, SERTA MENGKONTROL SISTEM INSTITUSIONAL.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.