Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Determinan Fertilitas pada enam provinsi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Determinan Fertilitas pada enam provinsi"— Transcript presentasi:

1 Determinan Fertilitas pada enam provinsi
Puslitbang Kependudukan

2 Latar belakang permasalahan
Kondisi TFR stagnan ?

3 Tujuan utama program KKB adalah penurunan fertilitas
TFR (Total Fertility Rate)

4 Perlu Plan Of Action atau Strategi Percepatan Pencapaian Program
S D K I Perlu Plan Of Action atau Strategi Percepatan Pencapaian Program

5 Pemakaian Suatu Cara KB Menurut Provinsi
TFR Menurut Provinsi SDKI 2012

6 Pertanyaan Penelitian
faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap fertilitas baik faktor langsung maupun tidak langsung? faktor apa yang dominan berkontribusi terhadap fertilitas?

7 Tujuan umum Tujuan khusus
diketahuinya faktor yang dominan berkontribusi terhadap anak lahir hidup, baik dari faktor langsung maupun tidak langsung di 6 provinsi Tujuan khusus diketahuinya hubungan faktor penentu langsung dan jumlah anak lahir hidup. diketahuinya hubungan faktor penentu tidak langsung dan jumlah anak lahir hidup. diketahuinya faktor dominan berkontribusi terhadap anak lahir hidup. diketahuinya norma/nilai, budaya setempat yg terkait dengan besar keluarga, kematian bayi/anak, aspek ekonomi, variabel antara (umur kawin pertama, status perkawinan, umur hubungan seksual pertama, pemberian ASI, ketidaksuburan)

8 Manfaat Penelitian masukan bagi penentu kebijakan dan pelaksana program  menentukan strategi penggarapan Program KKB-PK dalam rangka percepatan pencapaian program

9 Norma ttg variabel antara
Kerangka Teori L I N G K U A Tingkat Mortalitas Struktur Sosial -Ekonomi Program KB Norma ttg besarnya Keluarga Norma ttg variabel antara * Variabel Antara (variabel langsung) F E R T S Sumber : Ronald Freedman, The Sociology of Human Fertility, 1975 * Variabel antara (variabel langsung) berangkat dari Davis and Blake, Bongaart

10 Hasil Analisis SDKI 2012 Tahun 2013
Model Freedman  Kematian anak merupakan variabel paling dominan berkontribusi terhadap anak lahir hidup baik dikontrol dengan umur dan tempat tinggal maupun tidak (Pusdu, Arsyad S.A dan Septi N, 2013). Model Bongaart  keguguran/aborsi merupakan variabel dari faktor langsung yang paling dominan berkontribusi terhadap anak lahir hidup. Jumlah wanita yang mengalami keguguran/aborsi berkontribusi hampir dua kali mengurangi jumlah anak lahir hidup (Pusdu, Arsyad S.A dan Septi N, 2013).

11 Variabel Tidak Langsung
Kerangka Konsep Variabel Tidak Langsung Faktor demografi (variabel kontrol) Umur Tempat tinggal Variabel Dependen Faktor sosial dan ekonomi Pendidikan Kegiatan utama (bekerja/tidak bekerja) Jenis pekerjaan Kuintil kekayaan Variabel antara (Langsung) Intercourse (umur hubungan seksual pertama, umur kawin pertama, status perkawinan)’ Conception ( ASI eksklusif, pemakaian kontrasepsi, kesuburan/segera haid setelah melahirkan, segera melakukan hubungan seksual setelah melahirkan, infertilitas) Gestation’( umur pertama melahirkan,) Kematian Kematian anak (dibawah 5 tahun) Fertilitas (ALH) Norma (Norma Besar Keluarga & Norma terhadap Variabel Antara ) Jumlah anak yg diinginkan Jenis kelamin yg diinginkan Keinginan suami terhadap jumlah anak pendapat suami terhadap KB Lingkungan (Program) Akses terhadap media dan jenis media Kontak terhadap petugas KB/Kesehatan Keputusan ber-KB Sumber referensi : Ronald Freedman, The Sociology of Human Fertility (1975)

12 Hipotesis Ada hubungan bermakna antara faktor penentu langsung dengan anak lahir hidup Ada hubungan bermakna antara faktor penentu tidak langsung dengan anak lahir hidup Ada hubungan bermakna antara faktor dominan berkontribusi terhadap anak lahir hidup.

13 Metode Penelitian (1) Metode campuran (mix method)
1. Pendekatan Kuantitatif Populasi dan sampel : Populasi : wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Sampel : semua WUS (umur tahun) yang merupakan responden SDKI 2012. Sumber data : SDKI 2012 Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensial menggunakan model regresi linier berganda. Keterbatasan studi kuantitatif : - SDKI 2012 merupakan survei yang bersifat cross-section - Ketersediaan variabel yang terbatas dari hasil SDKI 2012.

14 Metode Penelitian (2) 2. Pendekatan Kualitatif
Lokasi penelitian pada 5 provinsi penyangga (Sumut, Sumsel, Jatim, Sulsel dan NTT) dan 1 provinsi (Sumbar) yang menggambarkan budaya matrilineal. Pada setiap provinsi, dipilih satu kabupaten/kota dengan kriteria angka kelahiran (TFR) tinggi. Informan : tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, budayawan, PLKB, wanita usia subur dan pria kawin. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan FGD. Analisis deskriptif dengan naratif.

15 HASIL PENELITIAN

16 Provinsi Sumatera Utara Studi Kualitatif : Kabupaten Humbang Hasundutan

17 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, Sumut 2012
√ Jumlah anak yang mati dalam keluarga berpengaruh signifikan terhadap penambahan jumlah anak yang dilahirkan. √ Semakin tinggi status ekonomi berpengaruh pada penurunan jumlah anak lahir hidup yang dimiliki. √ Peningkatan umur kawin pertama pada wanita, menurunkan jumlah anak lahir hidup yang dimiliki.

18 Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, WUS, Pria Kawin
Komponen Temuan Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, WUS, Pria Kawin Norma besar keluarga Sudah bergeser dari jumlah anak belasan menjadi 4-5 anak setiap keluarga (jumlah anak ideal) Nilai anak laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Harus ada anak laki-laki sebagai penerus marga (suami diperbolehkan menikah lagi) “iko maranak bauak” (harus punya anak laki-laki) “Anak konhido hamuroang diau” (anak adalah kekayaan orangtua) “anak jangan dipatok dualah bu, kurang, lima saja bu...” Suami/bapak sangat kuat menentukan jumlah anak Masih ada paham bahwa banyak anak banyak rejeki. Kematian anak Kasus kematian anak menjadi dasar keluarga menghendaki jumlah anak yang banyak sebagai cadangan, antisipasi bila ada kematian anak Ekonomi Anak sebagai aset keluarga (tenaga kerja) Penopang hidup di hari tua.

19 Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, WUS, Pria Kawin
Komponen Temuan Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, WUS, Pria Kawin Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) Konsep perkawinan harus memiliki anak, bahkan diperbolehkan menikah lagi jika infertil Pergeseran UKP dari <18 th (Tahun 1970an) menjadi >25 tahun (1990an)perempuan tahun, laki-laki > 25 tahun dengan alasan kematangan berfikir dan telah bekerja. Umur hubungan seks pertama kali sama dengan UKP Kejadian aborsi dalam keluarga terkait erat dengan penambahan jumlah anak Pemberian ASI masih umum di masyarakat, walaupun tidak mempraktikkan ASI eksklusif Setuju terhadap penggunaan alat kontrasepsi sebagai cara menjarangkan kelahiran bukan membatasi jumlah kelahiran. Kontrasepsi yang diminati : Suntik KB

20 Provinsi Sumatera Selatan Studi Kualitatif : Kabupaten Empat Lawang

21 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, Sumsel 2012
√ Jumlah anak yang mati dalam keluarga berpengaruh signifikan terhadap penambahan jumlah anak yang dilahirkan. √ Peningkatan umur kawin pertama pada wanita, menurunkan jumlah anak lahir hidup yang dimiliki.

22 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma besar keluarga Jumlah anak ideal di masyarakat Empat Lawang sudah bergeser dari 7-8 anak menjadi 2-3 anak (Tokoh) Jumlah anak ideal 3-4 anak per keluarga. (WUS, Pria Kawin) Suami lebih dominan menentukan jumlah anak yang dimiiki dalam keluarga --- “kami menurut saja dengan suami kami...” Jenis kelamin anak harus lengkap dalam keluarga, laki-laki dan perempuan, walaupun masih tampak anak laki-laki lebih disukai oleh umumnya para suami Kematian anak Kasus kematian anak sedikit di wilayah terpencil. Kasus kematian anak menjadi alasan memperbanyak jumlah anak. Ekonomi Anak sebagai aset membantu orang tua, terutama membantu orang tua bertani Umumnya masyarakat lebih menginginkan anak laki-laki

23 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) Umur kawin pertama pada perempuan masih rendah, bahkan ada yang dibawah 16 tahun sudah menikah, untuk laki-laki tahun peluang penambahan anak Umur pertama kali berhubungan seksual sama dengan umur kawin pertama., walaupun kasus hamil diluar nikah mulai banyak kasusnya (pergaulan lingkungan) Umumnya bayi diberi ASI selama 2 tahun. Umumnya masyarakat menyetujui penggunaan alat kontrasepsi untuk menjarangkan kelahiran. Kontrasepsi yang diminati : Suntik KB

24 Provinsi Jawa Timur Studi Kualitatif : Kabupaten Bangkalan

25 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, Jatim 2012

26 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma besar keluarga Jumlah anak ideal : 3-4 anak, banyak anak banyak rejeki masih berlaku Semakin banyak anak semakin bahagia karena banyak anak akan mendoakan orang tua/mengaji Al-Quran (Pria Kawin) Suami lebih dominan menentukan jumlah anak yang dimiliki Kenginan memiliki jenis kelamin anak lengkap. Anak laki-laki menurut suku madura sangat berharga karena diharapkan segera dapat membantu orang tua kerja “.... Kami laki-laki suka anak laki-laki, anak perempuan akan nikah saja kalau ada yang mau...” Anak perempuan cenderung segera ingin dikawinkan. Kebanggaan bagi orang tua di kalangan suku Madura anak perempuannya yang sudah akhil baliq dilamar oleh laki-laki, tidak perduli laki-lanya sudah beristri. Kematian anak Kejadian kematian anak sedikit sekali kasusnya karena meningkatnya derajat kesehatan. Kasus kematian bayi mempengaruhi keluarga untuk memperbanyak jumlah anak sebagai cadangan Ekonomi Anak sebagai penunjang hidup orang tua dimasa depan

27 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) Umur kawin pertama perempuan tahun dan laki-laki diatas 20 tahun dengan alasan sudah bertanggung jawab Umur pertama kali hubungan seksual harus dilakukan setelah menikah, bukan tergantung pada umur. Pemberian ASI masih umum pada bayi tapi tidak dengan ASI ekslusif Menyetujui penggunaan alat kontrasepsi sebagai cara menjarangkan kelahiran bukan membatasi jumlah kelahiran Kejadian aborsi dalam keluarga terkait erat dengan penambahan jumlah anak Kontrasepsi yang paling diminati : Suntik KB

28 Provinsi Sulawesi Selatan Studi Kualitatif : Kabupaten Tana Toraja

29 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, Sulsel 2012

30 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma besar keluarga Jumlah anak ideal yang diinginkan di masyarakat 5-6 anak, jenis kelamin harus lengkap laki-laki dan perempuan. Masih berlaku faham banyak anak banyak rejeki Tidak ada perbedaan jenis kelamin anak, namun jika bisa lengkap dalam keluarga. Laki-laki lebih dominan menentukan jumlah anak .... Suami yang ingin anak berapa...ikut kata suami saja....” Kematian anak Kematian anak menjadi salah satu faktor penyebab keluarga ingin memiliki banyak anak sebagai bentuk kekhawatiran bila terdapat kejadian kematian anak. Ekonomi Kondisi ekonomi yang sulit membuat keluarga ingin memiliki anak banyak agar bisa menunjang kehidupan dihari tua

31 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) Umur kawin pertama pada wanita tahun, laki-laki di atas 24 tahun. Umur melakukan hubungan seks pertama kali harus sama pada saat menikah Pemberian ASI pada bayi masih umum di masyarakat, tapi tidak dengan ASI ekslusif . Umumnya masyarakat menyetujui penggunaan kontrasepsi untuk menjaga jarak kehamilan. Kontrasepsi yang diminati : Suntik KB

32 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Studi Kualitatif : Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)

33 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, NTT 2012

34 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma besar keluarga Jumlah anak ideal yang diinginkan 5-6 anak; 3-4 anak (PLKB) Masih berlaku faham banyak anak banyak rejeki, terutama suami yang lebih dominan menentukan ingin anak jenis kelamin harus lengkap laki-laki dan perempuan terkait budaya laki-laki memberi “belis” (mahar/mas kawin) yg umumnya mahal. Pihak perempuan menerima “belis” Kematian anak Kekhawatiran pasangan suami istri terhadap kematian anak sehingga jumlah anak yang diinginkan banyak (cadangan) Ekonomi Anak perempuan lebih banyak memberikan rejeki bagi keluarga terkait jumlah mas kawin yang akan diperoleh orangtua bila anak perempuan menikah. Keluarga yang memiliki balita memperoleh bantuan rutin bulanan dari pemerintah dan LSM  punya anak banyak tidak masalah

35 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) Umur kawin pertama perempuan > 18 tahun dan laki-laki > 22 tahun. Umur hubungan seks pertama kali harus sama dengan UKP Penggunaan kontrasepsi masih rendah karena pemahaman belum baik dan tingkat pendidikan masih rendah. Setuju penggunaan alat kontrasepsi sebagai cara menjarangkan kelahiran bukan membatasi jumlah kelahiran. Pemberian ASI masih umum dilakukan, namun tidak diberikan secara eksklusif Kontrasepsi yang paling diminati : Suntik dan Susuk KB

36 Provinsi Sumatera Barat Studi Kualitatif : Kabupaten Padang Pariaman

37 Model Regresi Linier Berganda Determinan Fertilitas, Sumbar 2012

38 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma besar keluarga Jumlah anak ideal yang diinginkan di masyarakat 3-4 anak. Masih ada paham di masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki. “.... Suami kami bagaimana kami perempuan ini mau anak berapa...” Anak perempuan lebih diutamakan terkait dengan penjagaan harta keluarga dan garis keturunan Umumnya isteri juga turut berperan menentukan jumlah anak Kematian anak Kasus kematian bayi jelas mempengaruhi keluarga untuk memperbanyak jumlah anak sebagai cadangan Ekonomi Anak sebagai penunjang hidup orang tua di hari tua

39 ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB
Komponen Temuan ToMa, ToGa, WUS, Pria Kawin, PLKB Norma/nilai variabel antara (Status kawin, UKP, umur pertama hubungan seksual, ASI, Kontrasepsi dan aborsi) UKP perempuan 18 – 20 tahun th dan laki-laki > 25 tahun dengan alasan kematangan berfikir. Umur hubungan seks pertama kali sama dengan UKP Kejadian aborsi dalam keluarga terkait erat dengan penambahan jumlah anak Pemberian ASI masih umum di masyarakat, walaupun tidak mempraktikkan ASI eksklusif Setuju terhadap penggunaan alat kontrasepsi sebagai cara menjarangkan kelahiran bukan membatasi jumlah kelahiran Kontrasepsi yang diminati : Suntik KB

40 Rasio PLKB Kabupaten Rasio Humbang Hasundutan 1 : 10 Empat Lawang
1 : 2 Pariaman 1 : 1 Tana Toraja 1 : 15 Timor Tengah Selatan 1 : 6 Bangkalan 1 : 4

41 Pembelajaran Nilai budaya yang berlaku memiliki kaitan erat dengan jumlah anak yang dimiliki dalam keluarga (jumlah dan son preference) Kultul patriakat dalam suku Batak, Melayu, Madura, Toraja, dan Flores sangat kental sehingga suami sangat dominan menentukan jumlah anak. Garis keturunan bagi perempuan (matrilineal) dalam suku Minang, karena itu wanita ikut berperan menentukan jumlah anak karena terkait dengan kepemilikan anak perempuan. Kejadian kematian anak di dalam keluarga berkaitan erat dengan penambahan jumlah anak yang dimiliki (teori Palloni, Alberto) Umur kawin pertama wanita berkaitan erat dengan jumlah anak di dalam keluarga (memberi peluang tambah anak). Pemberian ASI eksklusif tidak dilaksanakan sesuai anjuran, sehingga sudah tidak efektif sebagai kontrasepsi MAL

42 Rekomendasi

43 Terima kasih


Download ppt "Determinan Fertilitas pada enam provinsi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google