Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan ke-2 BEHAVIORISM.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan ke-2 BEHAVIORISM."— Transcript presentasi:

1 Pertemuan ke-2 BEHAVIORISM

2 STRUCTUALISM Menggunakan metode introspeksi yang tidak berkaitan dengan perkembang penting ilmu pengentahuan saat itu  Darwin (adaptasi dan evolusi

3 BEHAVIORISM Bidang Ilmu Psikologi yang terdepan saat itu
Tokoh : John B. Watson Mengatakan bahwa diskusi dan penelitian mengenai pikiran tidak ilmiah Bila Psikologi mau menjadi ilmu  harus mengikuti struktur ilmu pasti yaitu dapat dilihat dan terukur Muncul tokoh-tokoh penganut paham di atas Thorndike, Pavlov, Guthrie , Skinner

4 CONNECTIONISM Edward L. Thorndike
Learning, transfer, individual differences, intelligence Proses belajar adalah dengan trial-error  Teori S – R Dasar dari belajar adalah pembentukkan asosiasi antara pengalaman sensorik (persepsi atas kejadian/stimulus) dengan impuls saraf  muncul dalam bentuk perilaku Contoh : lapar (keinginan untuk makan – respon makan) Eksperimen dengan Binatang

5 TRIAL - ERROR Percobaan terhadap kucing
Kucing diletakkan di dalam kandang. Kucing dapat membuka pintu dengan berulang kali mendorong atau menarik rantai pintu. Setelah beberapa kali memunculkan respon yang random, akhirnya ia dapat membuka pintu. Kemudian ia diletakkan kembali ke dalam kandang dan ia dapat keluar dari kandang dengan waktu yang lebih singkat serta dengan eror yang sedikit

6 TRIAL – ERROR (cont) Belajar secara trial-error terjadi secara bertahap Respon yang sukses akan dilanjutkan, yang tidak sukses ditinggalkan Contoh : tuliskan contoh masing-masing di mindmap Koneksi akan dibentuk secara mekanik melalui pengulangan yang terus menerus sampai menemukan jalan keluar atau mencapai tujuan.

7 LAWS OF EXERCISE AND EFFECT
Dasar teori belajar Law of Exercise ada dua bagian Law of use – respon yang tepat terhadap stimulus akan menguatkan koneksi Law of disuse – ketika respon tidak dapat menjawab stimulus, kekuatan koneksi akan menurun Semakin lama jeda waktu antara munculnya stimulus dengan respon dibuat maka semakin lemah koneksi yang dibuat.

8 LAWS OF EXERCISE AND EFFECT (CONT)
Law of Effect – teori utama dari Thorndike Ketika koneksi yang dibuat antara situasi dan respon dan diikuti dengan hasil yang memuaskan maka meningkatkan kekuatan koneksi. Sedangkan bila hasil yang didapat tidak memuaskan maka koneksi akan melemah. Menekankan pada konsekuensi dari suatu tingkah laku. Respon yang memuaskan, konsekuensinya adalah respon tsb dipelajari. Respon yang kurang memuaskan, konsekuensinya adalah respon dianggap sebagai suatu yang tidak berhasil dan tidak dilanjutkan.

9 PRINSIP LAINNYA Law of Readiness
Mengatakan bahwa jika seseorang sudah siap untuk bertindak, maka ketika ia bertindak hal tsb dianggap sbg reward. Namun jika ia tidak bertindak maka hal tsb dianggap sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Ketika seseorang kelaparan, respon yang menghantarkan ke makanan disebut siap. Sedangkan respon yang tidak menghantarkan ke makanan maka dianggap tidak siap. Bila org tsb lelah maka ia dipaksa untuk latihan.

10 PRINSIP LAINNYA (Cont)
Associative shifting Suatu situasi dimana respon dimunculkan untuk menjawab stimulus tertentu namun respon tsb dapat berubah menjawab stimulus yang sangat berbeda Terjadi bila respon yang diberikan berulang kali memberikan perubahan kecil pada stimulus. Contoh : untuk mengajarkan meneliti secara keseluruhan maka mahasiswa diajarkan metpen, statistik

11 PRINSIP LAINNYA (Cont)
Transfer (generalisasi) Akan terjadi bila situasi identik atau mirip Semakin identik suatu stimulus maka koneksi akan semakin kuat. Begitu pula sebaliknya. Makanya penting disiapkan “keterampilan pra syarat” (prerequisite) agar memudahkan koneksi dan muncul transfer Contoh : tulis di mindmap

12 SUMBANGAN THORNDIKE PADA BIDANG PENDIDIKAN
Prinsip mengajar Bentuk kebiasaan  jangan mengharapkan mereka akan membentuk sendiri Sadari ketika membentuk kebiasaan nantinya kebiasaan tsb dapat rusak. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan ketika salah satu dari kebiasaan tsb akan terjadi juga. Misal : ingin membentuk anak belajar menyiapkan perlengkapan sekolah. tidak usah repot2 menyuruh mereka harus a, b, c tapi berikan gambaran besar. Kemudian beri waktu dan kesempatan Kebiasaan yang sudah dibentuk akan siap digunakan

13 SUMBANGAN THORNDIKE PADA BIDANG PENDIDIKAN (cont)
Rencana memberikan suatu pelajaran - dilakukan bertahap Suatu keterampilan perlu dikenalkan Pada saat atau sebelum waktu ketika keterampilan tsb harus dimunculkan. Contoh: ingin menyiapkan anak belajar melawan teman yang bully, mulai dikenalkan ketika anak melihat temannya ada yang kena bully Pada saat siswa sadar bahwa ia butuh pelajaran tsb. Pada saat yang paling cocok ketika siswa menghadapi suatu kesulitan Saat seluruh kondisi harmonis dgn situasi emosi, dll Saat dimana keterampilan pra syarat sudah dipenuhi seluruhnya.

14 SUMBANGAN THORNDIKE PADA BIDANG PENDIDIKAN (cont)
Mental Discipline Proses belajar pada mata pelajaran tertentu dapat meningkatkan fungsi mental dibandingkan ketika mempelajari mata pelajaran lainnya. Misal pelajaran matematik, fisika dll Berkembang konsep inteligensi.

15 CLASSICAL CONDITIONING
Tokoh : Ivan Pavlov Prosedur yang memiliki beragam langkah yang melibatkan munculnya unconditioned stimulus (UCS) yang memunculkan unconditioned respon. Contoh : anjing yang lapar ditunjukkan bubuk daging (UCS) maka anjing tersebut akan mengeluarkan liur (UCR) Untuk menkondisikan anjing, maka diperlukan stimulus netral yang ditunjukkan berulang kali sebelum munculnya UCS. Stimulus netral = metronom. Ditunjukkan ke anjing, anjing tidak mengeluarkan liur. Conditioned process = ketika anjing ditunjukkan bubuk daging kemudian dipasangkan dengan metronom (CS), maka anjing akan mengeluarkan liur (CR). Akhirnya ketika metronom saja yg muncul (CS) otomatis muncul anjing mengeluarkan air liur (CR)

16 CLASSICAL CONDITIONING (c0nt)
Pada proses ini kemunculan CS tanpa adanya reinforcement/penguatan akan menyebabkan CR hilang = EXTINCTION. Spontaneous recovery = akan muncul bila ada selang waktu beberapa saat dimana CS tidak dihadir dan CR dianggap hilang namun tidak lama kemudian CS dihadirkan otomatis CR muncul lagi. Generalisasi = terjadi bila CR terjadi pada CS yang familiar. Diskriminasi = proses pelengkap yang terjadi ketika anjing belajar memberikan respon kepada CS, bukan pada stimulus lainnya. Higher-order conditioning

17 Higher Order Conditioning
Jika suatu stimulus dikondisikan maka stimulus tsb dapat berfungsi sebagai UCS dan higher order conditioning dapat terjadi Contoh : hal 79 – 80

18 VARIABEL INFORMASI Conditioning adalah proses yang otomatis dan akan terjadi bila CS-UCS dipasangkan berulang kali. Ketika tidak dipasangkan berulang kali akan menghilangkan CR Namun pada manusia, walaupun CS-UCS tidak dipasangkan berulang kali, CR tidak hilang. Karena Extinction sangat tergantung dengan konteks/lingkungan. Respon mungkin tidak akan muncul pada konteks yang sama namun ketika setingnya berubah ada kemungkinan responnya muncul contoh : mahasiswa malas (UCS), dosen meminta mahasiswa membaca buku sebelum masuk kelas (CS), mahasiswa terpaksa baca buku (CR).Pada kelas lain, ada kalanya dosen tidak meminta mhs baca buku di kelas tapi ia tetap akan baca buku di kelas.

19 CR akan selalu hadir walaupun CS-UCS tidak dipasangkan karena CS memperoleh informasi dari lingkungan. Informasi ini berupa ekspetasi dari seseorang atas UCS yang akan muncul. Kalau ingin suatu stimulus menjadi CS, stimulus tsb harus berisi informasi mengenai waktu, tempat, kuantitas, kualitas dari suatu hal. Kalau stimulusnya tidak bermakna ya tidak akan menjadi CS.

20 BIOLOGICAL INFLUENCES
Segala respon dapat dikondisikan atau persepsi atas stimulus dapat dibuat. Ada spesies yang merespon dengan kondisi yang sama namun ada juga spesies yang tidak dapat merespon. Hal ini karena conditioning bergantung pada kesesuaian antara stimulus – respon dengan reaksi khusus dari spesies tsb. Bila spesies belum matang untuk berespon, ya respon tidak akan muncul Matang = berkaitan erat dengan unsur biologis.

21 REAKSI EMOSI YANG DIKONDISIKAN
Eksperimen Little Albert Eksperimen ini menunjukkan bahwa kondisioning dapat menghasilkan reaksi emosional, tapi hasil dari kondisioning ini tidak terlalu terlalu kuat memberikan efeknya. Cara yang lebih terpercaya untuk memunculkan reaksi emosional yang dikondisikan : systematic desensitization.

22 CONTIGUOUS CONDITIONING
Tokoh : Edwin R. Guthrie Contiguity of stimuli and response (hubungan S-R) Kombinasi dari stimuli yang menghasilkan gerakan akan cenderung diikuti kemunculkan gerakan lainnya. Movement = perilaku yang berlainan yang merupakan hasil dari kontraksi otot. Beda antara gerakan dengan tindakan. proses belajar akan terjadi bila tingkah laku pada situasi tertentu diulang kembali di situasi yang sama.

23 ASSOCIATIVE STRENGTH Learning terjadi melalui pemasangan (pairing) stimulus dan respon. Pemasangan yang kuat merupakan dasar untuk belajar Pairing strength akan meningkat bila bersifat associative. Asosiasi terbentuk pada saat pertama kali muncul respon. Misal : anak kecil senyum , orang tua langsung tersenyum juga. Proses belajar terjadi (gerakan otot senyum) Jadi punishment and reward ga perlu lagi untuk membantu seseorang belajar. Reward Cuma bisa berfungsi agar sso tidak cepat lupa ttg apa yang dipelajari

24 Gutrie menolak pandangan Law of Exercise dari Thorndike
Gutrie menolak pandangan Law of Exercise dari Thorndike. Bahwa proses belajar atau asosiasi terjadi bila diulang-ulang. Tapi proses belajar terjadi bila individu mengasosiasikan gerakan yang timbul setelah munculnya stimulus Gutrie juga menolak bahwa pembentukan perilaku membutuhkan reward.

25 Pembentukan Habit/kebiasaan
Kebiasaan merupakan tindakan mengulang respon yang terjadi di masa lampau Perilaku muncul kalau ada cues/isyarat. Jadi bila menginginkan anak mengeluarkan pl ya kasih cues/isyarat Kunci pengubah perilaku = cari isyarat pl yang memulai suatu tindakan, dan latih bagaimana merespon hal tsb. Contoh : pl yang ingin dibentuk “tidak boleh pake kerudung segiempat”. Isyarat yang dapat menimbulkan pl mengambil kerudung segi empat = kerudung segi empat diletakkan di tempat yang mudah dijangkau. Kalau pas mau ambil, latih untuk tidak jadi mengambil. Threshold, fatigue, Incompatible response.

26 OPERANT CONDITIONING Tokoh : B.F. Skinner
Functional Analysis  munculnya perilaku individu disebabkan variabel eksternal. Tujuan: untuk memprediksi dan kontrol perilaku IV = penyebab munculnya perilaku. DV = efek dari kemunculan perilaku Belajar adalah kombinasi beragam respon pada situasi kompleks. Conditioning = penguatan dari tingkah laku = reinforcement Operant behavior = menekankan pada respon thd suatu aspek

27 PROSES DASAR REINFORCEMENT = bertanggung jawab untuk menguatkan respon. Tujuan = meningkatkan respon Reinforcer = stimulus yang menyertai kejadian serta menguatkan respon  sangat situasional operan model dapat terjadi pada 3 kemungkinan (three-term contigency) = Sd  R  Sr. Sd= discriminative stimulus = “menyiapkan” suatu set kesempatan yang menimbulkan respon, yang kemudian diikuti dengan stimulus yang bersifat menguatkan (reinforcement). Model A-B-C

28 PROSES DASAR (Cont) Reinforcement
Positive reinforcement = kemunculan stimulus atau menambahkan situasi lain setelah munculnya respon, dimana hal tersebut dapat meningkatkan kemunculan perilaku di masa yad. Negative reinforcement = menghilangkan stimulus atau “mengambil” stimulus yang memunculkan respon yang tidak diinginkan. Contoh : anak menunda belajar karena tidak senang ibunya pulang kerja pergi ke gym. Ibunya pulang kerja tidak pergi ke gym, anak belajar tidak menunda.

29 PROSES DASAR (Cont) Extinction = menurunnya kekuatan respon karena tidak diberikan reinforcement. Primary and secondary reinforcers  Primary = stimulus yang memenuhi kebutuhan dasar. Secondary = stimulus yang terkondisikan krn adanya asosiasi dengan primary reinforcement. Generalized reinforcer = secondary reinforcer yang dipasangkan dengan lebih dari satu primary reinforcement. Premarck Principle = kesempatan untuk terlibat lebih dari satu aktivitas yang bermakna akan menguatkan untuk terlibat pada aktivitas yang kurang bermakna. Bermakna = munculnya bbrp respon atau waktu yang dihabiskan pada aktivitas yang tidak direinforce.

30 PROSES DASAR (Cont) Punishment = menurunkan kemunculan perilaku = mengambil positive reinforcer atau menampilkan negative reinforcer. Scheduled of reinforcement = waktu mengaplikasikan reinforcement. Continous schedule = memberikan reinforcemet pada setiap kemunculan respon yang diharapkan. Intermittent schedule = memberikan reinforcement pada sebagian respon, bukan pada keseluruhan respon.

31 Scheduled of reinforcement (cont)
Intermittent schedule dibagi menjadi Interval schedule = setelah beberapa waktu ttt, seseorang memberikan reiforcement pada respon pertama yang diharapkan. 1) Fixed-interval = waktu pemberian reinforcement konstan; 2) variable-interval = waktu pemberian reinforcement tdk konstan Ratio schedule = bergantung pada jumlah respon yang tepat atau rata-rata dari respon. 1) Fixed-ratio = setiap respon no sekian yg tepat maka akan diberikan reinforcement; 2) variable-ratio = setiap respon no keberapa akan diberikan reinforcement.

32 Generalisasi = setiap muncul stimulus maka diikuti oleh respon tertentu, namun responnya juga akan muncul pada stimulus lainnya. Discrimination = kemampuan merespon secara berbeda tergantung dengan ciri khusus dari stimulus atau situasi

33 PERUBAHAN PERILAKU Successive Approximation (shaping)  pemberian reinforcement yang berbeda pada perilaku yang diharapkan terbentuk  bersifat natural. Identifikasi kemampuan yang dimiliki siswa Identifikasi perilaku yang diinginkan Identifikasi reinforcer yang berpotensi membantu pembentukan Pecah perilaku yang diinginkan menjadi unit2 tersendiri Ubah perilaku dengan memberikan reinforcement pada perilaku2 yang diinginkan Chaining  proses memproduksi atau mengubah variabel tertentu untuk menjadi stimulus yang dapat memunculkan perilaku di masa yad.

34 MODIFIKASI PERILAKU Ialah = aplikasi prinsip belajar yang sistematis untuk mengubah perilaku. Prinsip dasar = memberikan reinforcement pada tingkah laku yang diharapkan dan membuat proses extinction pada perilaku yang tidak diharapkan. Hukuman jarang diberikan namun ketika harus memberikan hukuman biasanya melibatkan pemberian positif reinforcement, bukan negatif reinforcement. Perubahan dapat terjadi = bila modifiers dan klien setuju mengenai perubahan tsb.

35 MODIFIKASI PERILAKU (c0nt)
Proses modifikasi perilaku Definisikan perilaku yang bermasalah Tentukan reinforcer apa yang akan digunakan untuk membentuk perilaku  siapkan juga backup reinforcer dan kriteria tingkah laku yang diinginkan Terapkan 5 cara shaping Cara lain = cognitive behavior modification Dalam operan conditioning = diperlukan SELF REGULATION

36 Aplikasi dalam Pengajaran
Kekurangan operant conditioning mnrt Skinner Siswa belajar karena takut kena hukuman, bukan krn ingin belajar Kemunculan reinforcement tidak dapat diprediksi dan biasanya muncul pada waktu yang tidak diinginkan Area kurikulum tidak dapat memastikan bahwa siswa akan mampu menguasai keterampilan tertentu Hal ini tidak dapat diatasi dengan menaikkan gaji guru, memanjangkan waktu belajar di sekolah, meningkatkan standard, memperketat kualifikasi guru. Namun bisa diatasi dengan mengembangkan proses pengajaran efektif di kelas.

37 Aplikasi dalam Pengajaran (c0nt)
Proses pengajaran efektif mnrt Skinner = ketika guru mengajar bukan saja menyiapkan materi tapi juga menyiapkan reinforcer Prinsip dasar pengajaran Ajarkan materi pelajaran secara bertahap dan sedikit2 Buat situasi pengajaran dimana siswa aktif memberikan respon Guru langsung memberikan feedback ketika respon siswa muncul Siswa berpindah memahami sesuatu berdasarkan kemampuan yang ia miliki. Idenfikasi tujuan pengajaran (tingkah laku yang ingin dicapai) dan kemampuan dasar siswa Pendekatan pengajaran = sebelum mempelajari konsep baru, siswa memerlukan informasi konsep yang akan ia pelajari

38 Aplikasi dalam Pengajaran (c0nt)
Behavioral Objectives Ialah = pernyataan yang jelas mengenai hasil belajar yang diinginkan = deskripsi apa yang akan siswa lakukan untuk menampilkan performa dan peran guru dalam evaluasi kinerja siswa Bersifat umum sampai dengan spesifik Learning Time Kesuksesan belajar tergantung dengan waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk belajar Waktu = academic engage time = CARROL’S MODEL Kualitas pengajaran = seberapa baik pengajaran direncankan dan diaplikasikan.

39 Mastery Learning Kemungkinan munculnya mastery learning bila siswa meluangkan waktu lebih intense dalam mempelajari pelajaran wlpn sebenarnya pengajaran guru, waktu yang digunakan guru untuk mengajarkan adalah sama. Bagi guru = menuliskan tujuan2 dan cara mengukur kemampuan siswa, serta cara memberikan feedback kepada siswa  rencana pengajaran yang sistematis Programmed Instruction Material pengajaran yang disesuaikan dengan prinsip belajar operant conditioning. Penggunaan mesin untuk tes.


Download ppt "Pertemuan ke-2 BEHAVIORISM."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google