Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying Drug Delivery System) minyak atsiri buah merica hitam (Piper nigrum Linn) sebagai antiinflamasi TSBA Kelas A Anggi.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying Drug Delivery System) minyak atsiri buah merica hitam (Piper nigrum Linn) sebagai antiinflamasi TSBA Kelas A Anggi."— Transcript presentasi:

1 Sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying Drug Delivery System) minyak atsiri buah merica hitam (Piper nigrum Linn) sebagai antiinflamasi TSBA Kelas A Anggi Listyanirmala Annisa Agustyasti Beta Sukmawati Ceacilia Ika Dara Ligyan Dea Ajeng Sahardita

2 Piper nigrum KANDUNGAN UMUM piperin alkaloid (3- 9%)
resin tajam (6,0%) minyak atsiri (1-2,5%) piperidin dan pati (sekitar 30%). Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan seskuiterpen

3 Ekstraksi Penyiapan Sampel
Sampel dicuci bersih kemudian dibilas dengan banyak Air suling dan dikeringkan sebelum ekstraksi. Metode Ekstraksi - Hidrodistilasi - Soxhletasi

4 Ekstraksi Hidrodistilasi

5 Ekstraksi Soxhletasi

6 Identifikasi Minyak Atsiri  GC-MS

7 UJI ANTIOKSIDAN IN VITRO IN VIVO
minyak lada hitam menangkal superoksida, radikal hidroksil dan menghambat peroksidasi lipid jaringan. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangkal 50% (IC50) superoksida dan radikal hidroksil adalah> 200 μg/ml. IC50 untuk peroksidasi lipid adalah 196 μg/ml. Dilakukan pengujian terhadap tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok dan diperlakukan secara oral dengan minyak lada hitam yang dilarutkan dalam minyak parafin selama 30 hari. Group I:Normal Group II: Control treated with paraffin oil only Group III: 100 mg black pepper essential oil/kg body weight (b.wt) Group IV: 500 mgblack pepper essential oil/kg b.wt.

8 Result antioksidan signifikan meningkatkan semua enzim antioksidan in vivo seperti katalase, superoksida dismutase, glutathione reduktase, dan tingkat glutathione dalam darah. Konsentrasi superoksida dismutase, glutathione peroxidase dan glutathione-s-transferase juga meningkat yang menunjukkan kemungkinan efek protektifnya terhadap kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

9

10 Antiinflamasi Dievaluasi dengan menggunakan karaginan dan dekstran sebagai model akut dan formalin sebagai model peradangan kronis. Karaginan Dextran Efek iritasi karaginan adalah hasil aktivasi kinin dan pelengkap kaskade dan akibatnya terjadi pelepasan mediator antiinflamasi seperti amina vasoaktif (histamin, 5-hydroxytryptamine (5-HT) dan bradikinin) dan eikosanoid. Pelepasan zat ini menghasilkan peningkatan permeabilitas vaskular, sehingga meningkatkan akumulasi cairan dalam jaringan yang menyumbang edema. Dextran menginduksi edema kaki dengan melepaskan histamin dan 5-hydroxytryptamine dari sel mast. Efek nociceptive dari formalin adalah biphasic, komponen neurogenik awal diikuti oleh respon dimediasi jaringan. Pada tahap pertama terjadi pelepasan histamin, 5-HT dan kinin, sedangkan fase kedua terkait pelepasan prostaglandin

11 Result Antiinflamasi Terbukti menunjukkan efek penghambatan pada karaginan dan dekstran yang menginduksi model inflamasi akut pada tikus. Penghambatan signifikan juga ditunjukkan pada model peradangan kronik yang diinduksiformalin. Aktivitas tertinggi ditunjukkan pada semua model pada tingkat dosis 500 mg/kg. Aktivitas penurunan pada dosis tertinggi (1000 mg/kg) mungkin disebabkan oleh efek proaktif dari minyak lada pada dosis ini.

12 Uji Antinosiseptis / analgesik
Model uji nociception kimiawi dengan metode induksi asam asetat pada tikus. Asam asetat bekerja secara tidak langsung dengan mendorong pelepasan mediator endogen, seperti PGE2 dan PGF2 α dalam cairan peritoneal serta produk lipooxygenase yang merangsang neuron nociceptive yang sensitif terhadap NSAIDS.

13 Result Antinosiseptis / analgesik
Menunjukkan penurunan penyempitan abdomen yang signifikan pada tikus yang menunjukkan aktivitas antinokokus yang kuat. Aktivitas tertinggi ditunjukkan pada tingkat dosis 500 mg / kg. Hasil metode induksi asam asetat = mekanisme kerja obat (minyak lada hitam dan aspirin) ini dapat dihubungkan dengan penghambatan lipooksigenase dan / atau siklooksigenase di jaringan perifer, sehingga mengurangi sintesis PGE2 dan mengganggu mekanisme transduksi pada nociceptor aferen primer. Telah diketahui dengan baik bahwa respons inflamasi berhubungan dengan tingkat prostaglandin yang ditandai dengan rasa sakit dan pembengkakan sehingga secara tidak langsung obat (minyak lada hitam dan aspirin) memberikan efek analgesik.

14 Pengujian Farmakologik dan Farmakodinamik
1. Efek antiinflamasi Tikus Balb / C betina dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 6 hewan di setiap kelompok Dievaluasi dengan menggunakan karaginan sebagai model peradangan akut dan diobati dengan obat standar Diklofenak serta minyak atsiri lada hitam. (Dosis bervariasi tiap kelompok ) Efek iritasi karaginan adalah hasil aktivasi kinin dan pelengkap kaskade dan akibatnya terjadi pelepasan mediator antiinflamasi seperti amina vasoaktif (histamin, 5-hydroxytryptamine (5-HT) dan bradikinin) dan eikosanoid. Pelepasan zat ini menghasilkan peningkatan permeabilitas vaskular, sehingga meningkatkan akumulasi cairan dalam jaringan yang menyumbang edema.

15 Metode Lorke (Lorke, 1983), menggunakan 13 hewan
Pengujian Toksisitas 1. Uji Toksisitas Akut Hewan uji : Tikus albino Swiss (18 sampai 25 g) dari kedua jenis kelamin dan tikus (150 sampai 250 kg) dari kedua jenis kelamin Metode Lorke (Lorke, 1983), menggunakan 13 hewan untuk penentuan LD50 Pada fase pertama baik secara oral maupun i.p, tiga dosis emulsi yang meningkat dari 10, 100 dan 1000 mg/kg diberikan pada tiga kelompok tikus yang berbeda (n = 3) Pada fase kedua Rute oral = dosis 1000, 1600, 2900 dan 5000 mg/kg. Rute i.p = dosis 400, 600, 800 dan 1000 mg/kg pada 4 kelompok tikus (n = 1). Hewan dipantau selama 2 jam dan mortalitas dicatat setelah 24 jam.

16 Pengembangan Sediaan Formulasi SNEDDS
Sistem emulsi = tipe emulsi minyak dalam air (o/w) dengan minyak lada sebagai fase terdispersi dan aquadest sebagai fase pendispersi. Bahan yang digunakan meliputi fase minyak (minyak atsiri lada hitam), surfaktan (Tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400).

17 Metode Pembuatan Sediaan
Preparasi - Pencampuran fase minyak (minyak atsiri lada hitam) + surfaktan (Tween 80) + kosurfaktan (PEG 400). - Campuran divariasi volume fase minyak antara 0,25-0,4 mL, surfaktan 1,2-2,0 mL, dan kosurfaktan 1,0-1,8 mL). -Campuran masing-masing formula dihomogenkan dengan vortex selama 5 ‘  sonikasi selama 15’ Pembuatan emulsi Sebanyak µL SNEDDS yang telah dibuat + aq.dest ad 5 mL  dihomogenkan dengan vortek detik  Emulsi yang terbentuk diamati secara visual dan dilakukan evaluasi sediaan.

18 EVALUASI SNEDDS 1. Stabilitas Termodinamika Emulsi 2. Studi Sentrifugasi 3. Pemanasan dan Siklus Pendinginan 4. Bekukan Siklus Pencairan 5. Ukuran Tetesan 6. Viskositas 7. Studi Stabilitas 8. Kandungan Obat 9. Uji Dispersibility 10. Studi Morfologi 11. Pengukuran Ph 12. Persen Transmittan

19 1. Stabilitas Termodinamika Emulsi Kestabilan termodinamika formulasi berbasis lipid juga penting untuk kinerjanya, yang dapat dipengaruhi secara negatif oleh presipitasi obat dalam matriks eksipien. 2. Studi Sentrifugasi Kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Formulasi yang dihasilkan kemudian diperiksa untuk masalah ketidakstabilan, seperti pemisahan fasa, creaming atau cracking. 3. Pemanasan dan Siklus Pendinginan Tiga siklus pemanasan / pendinginan antara 4˚C dan 40˚C dengan penyimpanan pada setiap suhu tidak kurang dari 24 jam 4. Bekukan Siklus Pencairan Formulasi dikenai 3 siklus pencairan beku, termasuk pembekuan pada -4˚C selama 24 jam diikuti dengan pencairan pada suhu 40 ° C selama 24 jam. Sentrifugasi dilakukan pada 3000 rpm selama 5 menit. Formulasi kemudian diamati untuk pemisahan fasa. 5. Ukuran Tetesan Ditentukan oleh spektroskopi korelasi foton yang menganalisis fluktuasi hamburan cahaya karena gerakan Brown partikel, menggunakan Zetasizer 1000HS (Malvern Instruments, UK). Penyebaran cahaya dipantau pada suhu 25 º C pada sudut 90º. Sampel nanoemulsi yang dioptimalkan diencerkan dengan air suling, ditempatkan di korvet kuarsa dan dikenai analisis ukuran tetesan.

20 6. Viskositas Dievaluasi oleh Brookfield Viscometer untuk Penentuan Konsistensi Nanoemulsi. 7. Studi Stabilitas Menentukan kualitas serta kemurnian sistem Nanoemulsion. Stabilitas juga menentukan toleransi formulasi. Efek dari kondisi stres mekanis pada stabilitas fisiokimia nanoemulsi diamati dengan menentukan pemisahan fasa, pemecahan nanoemulsi atau perubahan fisik. Studi tidak memiliki perubahan yang relevan dalam formulasi setelah 60 menit sentrifugasi pada 2000 rpm. 8. Kandungan Obat Dalam evaluasi ini, sediaan ditimbang secara individual dan rata-rata beratnya dicatat. Setelah itu, rata-rata berat sampel diambil dan diencerkan, kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan HPLC seperti dalam uji disolusi dan tentukan persen kandungan obat serta kemurnian yang ada pada sistem nanoemulsi. 9. Uji Dispersibility ` Efisiensi emulsifikasi diri nano oral atau emulsi mikro ditentukan dengan menggunakan alat pelarutan USP XXII standar II. Satu mililiter setiap formulasi ditambahkan ke 500 ml air pada suhu 37 ± 0,5ºC , 50 rpm memberikan agitasi yang lembut. Kinerjanya di nilai dengan penilaian Grade A - Grade E.

21 Formulasi Grade A dan Grade B akan tetap ada saat nanoemulsion terdispersi di GIT. Sedangkan formulasi yang jatuh di kelas C dapat direkomendasikan untuk SNEDDS dan juga formulasi SEDDS 10. Studi Morfologi Untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan penampilan luar formulasi seperti warna, bau, konsistensi, densitas, penampilan yang ditentukan oleh studi morfologi 11. Pengukuran pH Diukur dengan pH meter atau Potentiometer 12. Persen Transmittan Diukur dengan menggunakan spektrofotometer doule beam UV Visible atau Spektrofotometer Single Beam pada panjang gelombang 560 nm.

22 TERIMAKASIH DAN SEMOGA BERMANFAAT


Download ppt "Sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying Drug Delivery System) minyak atsiri buah merica hitam (Piper nigrum Linn) sebagai antiinflamasi TSBA Kelas A Anggi."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google