Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PENANGGULANGAN KLB DIFTERI
JA WA TIMUR SITUASI S/D 2 Maret 2012
2
D I P H T E R I
3
D I F T E R I penyakit infeksi toksik akut, menular disebabkan Corynebacterium diphtheriae ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa
4
PATOGENESIS C diphtheriae masuk melalui hidung & mulut (tipe GRAVIS, MITIS, INTERMEDIUS, BELFANTI) Basil tetap pada permukaan mukosa saluran nafas, kadang mukosa mata/genitalia Setelah masa tunas hari strain lysogenized menghasilkan toksin Bakteri membuat toxin (racun) bila terinfeksi oleh virus (pembawa tox gen)
5
GEJALA KLINIS Bervariasi dari tanpa gejala fatal
Lesi khas sebagai suatu membran asimetrik (tak simetri) keabu-abuan dikelilingi oleh daerah inflamasi Tenggorokan sakit (Nyeri telan), Kelenjar limfe membesar & melunak. Penyumbatan jalan nafas / sesak nafas Adanya oedema & pembengkakan di leher pd kasus sedang & berat (BULLNECK) Keluhan dan gejala tergantung : tempat infeksi status imunitas penjamu distribusi toksin kedalam sirkulasi
6
PENULARAN Penyakit “ re emerging “ (meningkat kembali)
Masa Penularan beragam, tetap menular sampai hilangnya bakteri di lesi. Biasanya berlangsung 2 minggu atau kurang. Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit ) dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan
7
PSEUDOMEMBRAN ( KASUS DIFTERI DARI BANGKALAN)
8
BULLNECK
9
DIFTERI BIBIR
10
DIFTERI KULIT PADA KAKI
12
DIFTERI PADA HIDUNG
13
DIFTERI DENGAN PENDARAHAN PADA HIDUNG
14
DIFTERI PADA MATA
15
TRACHEOSTOMI
16
MIOKARDITIS YG MEMATIKAN
17
DIFTERI …
18
DEFINISI OPERASIONAL (1)
Kasus Suspek adalah orang dengan gejala Laringitis, Nasofaringitis atau Tonsilitis ditambah pseudomembrane putih keabuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil.
19
DEFINISI OPERASIONAL (2)
Kasus Probable : adalah orang dengan suspek difteri ditambah salah satu dari : Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu) Ada didaerah endemis difteria Stridor , Bullneck Pendarahan Submucusa atau petechiae pada kulit Gagal jantung toxic, Gagal ginjal akut Myocarditis and/or kelumpuhan motorik 1 s/d 6 minggu setelah onset Mati
20
DEFINISI OPERASIONAL (3)
Kasus konfirmasi orang kasus probable yang hasil isolasi ternyata positiv C difteriae yang toxigenic (dari usap hidung, tenggorok, ulcus kulit, jaringan, conjunctiva, telinga, vagina) atau serum antitoxin meningkat 4 kali lipat atau lebih (hanya bila kedua sampel serum diperoleh sebelum pemberian toxoid difteri atau antitoxin)
21
W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada
Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT
22
SITUASI DIPHTERI DI DUNIA tahun 1980 - 2008
JATIM
23
Vaccine Preventable Diseases
SEAR, 2009 TH 2009 : JATIM ( 140 / 8 )
24
Vaccine Preventable Diseases
SEAR, 2010 TH = JATIM ( 304 / 21 ) Updated on 28 Mar 2011
25
Vaccine Preventable Diseases
SEAR, SEPT 8 OKT = JATIM ( 323 / 12 ) Updated on 26 Sep 2011
26
KASUS DIPHTERI NASIONAL S/D 14 DESEMBER 2011
NO PROVINSI KASUS % MATI CFR (%) 1 JATIM 565 83% 13 2.3% 2 KALTIM 49 3 JABAR 38 7 4 BANTEN 8 50% 5 KALBAR 6 SULTRA 33.3% DKI 100% SUMBAR 9 SUMSEL 10 LAMPUNG 11 JATENG 12. KALSEL SULSEL T O T A L 681 27 3.9
27
Distribution and Age Group of Diphtheria Cases by Province
Indonesia, 2010: 432 cases 2011: 302 cases Source: Integrated VPD Surveillance data Data as of 31 August : 1 Diphtheria case *Dots are randomly placed within provinces
28
DISTRIBUSI KLB DIPHTERI DI JATIM TH 2000 – 2012 (2 Maret 2012 )
Jml Mati Jml Kasus bwk keren Tahun
29
DISTRIBUSI KLB DIPHTERI DI JATIM TH 2000 – 2012 (2 Maret )
Jml Kab/Ko Jml kasus bwk keren Tahun
31
SEBARAN KASUS DIPHTERI DI JATIM TH 2011 (2 JAN 2012)
24/3 23 24/1 13 7 …? 35/4 4/1 77/1 7 3 7 9 38 2 2 14 3/1 5 3 2 1 11 41/1 6 1 26/3 47/3 65 15 3 9 38 5 1 3 49 8 7 24/2 Jml kasus = 665 / 20 Jml kab/ko = 38 N : 31 N = 31
32
CASE FATALITY RATE (CFR) di Jawa Timur 2011
33
INSIDENS RATE (IR) PER 100.000 pdd di Jawa Timur 2011
34
INSIDENS RATE (IR) PER 100.000 pdd di Jawa Timur 2011
35
SUMBER LAPORAN PENEMUAN KASUS DIFTERI
TAHUN ( 5 JAN 2012) RS RS
36
TREND BULANAN KASUS DIPHTERI DI JATIM 2008 – 2012
( 27 Peb 2012 ) ORI-BLF Statement KLB
37
TREN MINGGUAN DIFTERI DI JATIM TAHUN 2011 – 2012 (mggu ke 7)
ORI-BLF Statement KLB
38
5 - 9 TH <1 TH DISTRIBUSI PENDERITA DIFTERI MENURUT “ GOL UMUR “
DI JAWA TIMUR TAHUN 2005 – 2011 ( 14 des ) >15 TH 10-14 TH 5 - 9 TH 1 - 4 TH <1 TH 38
40
DAMPAK “ ORI “ TAHUN 2011 - DI JATIM
41
RS RS SUMBER LAPORAN PENEMUAN KASUS DIFTERI
TAHUN (14 DES 2011) RS RS
43
DISTRIBUSI UMUR KASUS DIFTERI
TAHUN DI JATIM (11 Nop) JML KASUS BIAS TH. 2010 TH. 2011 UMUR
44
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
ORI – Td ( SMP KELAS 8,9,10 ) > 15 th ORI – Td ( SD KELAS 4,5,6 ) 10 th 9 th BIAS – DT ( SDKELAS 1 ) 8 th BIAS MAJU 7 th 6 th 5 th ORI - DT 4 th 3 th BLF - DPT 2 th 1 th <1 th 44
45
SEBARAN “ C difteriae – Toxigenic “
PADA KASUS DIPHTERI DI JATIM TH (26 DES) 63 1 N : 31 N = 31
46
SEBARAN “ C difteriae – Toxigenic “
DI JATIM S/D TH (29 feb 2012) 1 N : 31 N = 31
47
KASUS DIPHTERI DI JATIM TH 2012 (6 Maret)
SEBARAN KASUS DIPHTERI DI JATIM TH 2012 (6 Maret) 1 N : 31 N = 31
48
Apa yang dilakukan saat klb
Menekan kematian kasus (short term) Deteksi dini dan rujukan Manajemen kasus Menekan transmisi & kasus baru (short term) PE ORI di daerah kasus Mencegah KLB (long term) Meningkatkan cakupan Meratakan cakupan, meniadakan kantong
49
mengapa ada yang tidak kebal
Sebelum vaccine era transmisi kuman sangat kuat, sehingga dapat menimbulkan kekebalan alamiah Transmisi berkurang akibat Perbaikan sanitasi dan lingkungan hidup kekebalan manusia akibat vaccine Kegagalan imunisasi Tidak imunisasi Gagal imunisasi Mempertahankan UCI Cakupan kurang tinggi
50
M A S A L A H (1) Profilaksis tidak optimal,
1) Hanya sebagian kecil kontak yg kena profilaksis 2) Pemantauan minum obat sulit 3) Efek samping obat 4) Kemungkinan DO besar Kasus masih tinggi 1) sosialisasi aktif kasus meningkat 2) intervensi terbatas tidak optimal 3) kerier sudah menyebar dimana-mana 4) profilaksis tidak optimal 5) Masih muncul kasus baru di wil. Non ORI wil.ORI kurang luas 6) Masih muncul kasus baru di wil. ORI status “D“ MASIH < 3X
51
Maternal antibodi sampai 4 bulan Bayi mulai usia 6-8 minggu
Imunisasi difteri Maternal antibodi sampai 4 bulan Bayi mulai usia 6-8 minggu dengan vaksin DTP, DTaP Interval minimal 4 minggu Booster pertama pada usia 18 bulan, 3 tahun atau 4 tahun dengan vaksin DTP Booster kedua pada usia sekolah dengan Td Setiap 10 tahun dengan Td
52
upaya penguatan imunisasi
Alternatif : Penguatan Imunisasi rutin + Imunisasi tambahan minimal 1x (massal) seperti PIN s/d 15 thn Penguatan Imunisasi rutin secara keseluruhan pada bayi kohort + imunisasi tambahan pada semua usia Penguatan imunisasi + Imunisasi tambahan terbatas populasi at risk menurut umur / survei serologik Penguatan imunisasi rutin + imunisasi tambahan pada daerah kantong saja Catch up immunization di daerah kantong saja
53
Makna kasus difteri Bukan hanya penyakit yang mematikan
Bukan wabah yang mengerikan Pertanda kekurangan progrqam imunisasi Petanda adanya hambatan program Makna surveilans penyakit tindakan Petanda kelompok unreachable Petanda outbreak dimasa datang
54
Matur nuwun
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.