Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
AKASIOLOGI Rahma Apriani Wakano 0119.02.40.2014
PascaSarjana Universita Mulim Indonesia 2014
2
Aksiologi Aksiologi berasal dari bahasa yunani yaitu:
Axios berarti layak, pantas, nilai Logos berarti ilmu Jadi Aksiologi adalah ilmu tentang nilai
3
Pembahasan dalam Aksiologi
Dalam realitas dunia ilmu, ilmu pengetahuan memiliki sifat dasar sebagai berikut: Potensial dan divergen Dikembangkan ke tingkat terapan praktis untuk memecahkan permasalahan kehidupan Tujuan ilmu dalam filsafat science modern yaitu: Untuk mengembangkan khazanah ilmu Memecahkan problema praktis kehidupan Mengajarkan prinsip dalam hidup, yaitu tujuan umum dari hidup manusia adalah ibadah kepada Allah antara lain: a. Diniatkan sebagai ibadah kepada-Nya b. Dilakukan dengan cara yang diridhoi-Nya c. Memberi hasil bermanfaat bagi manusia dan makhluk Allah lainnya Dengan demikian dengan mendasarkan diri pada ajaran islam, nilai-nilai ilmu sebenarnya tidak hanya diletakkan pada nilai ilmiah dan nilai kebergunaan secara pragmatis tetapi nilai ibadah dan nilai etik. Bahkan untuk mewujudkan nilai itu utama yaitu niali tauhid, dimana nilai-nilai lain turunkan darinya.
4
Etika ilmu pengetahuan, nilai tambah dan nilai moral
Bila kita memperhatikan berbagai pandangan dalam filsafat science modern sebenarnya masuh terjadi varian pandangan lebih lanjut mengenai hal tersebut: Pandangan yang sama sekali menempatkan nilai moral sebagai urusan subjektif ilmuan. Ibarat ilmu adalah pisau maka tugas proses ilmiah adalah menghasilkan pisau. Apakah pisau itu akan digunakan untuk sesuatu yang baik atau tidak, tergantung pada yang menggunakannya dan tidak perlu dibuat aturan untuk penggunaannya. Pandangan yang mengatakan bahwa nilai-nilai moral memang perlu diperhatikan, karena itu ia harus menjadi pertimbangan dalam penggunaan ilmu itu agar dampak negatifnya dapat dicegah menjadi seminim mungkin. Pandangan yang mengatakan bahwa nilai-nilai moral tidak hanya perlu diperhatikan dalam penggunaan ilmu tetapi ia sudah harus dipahami dan didudukkan bukan sebagai kriteria ilmiah pengetahuan itu sendiri.
5
Nilai moral dan nilai ilmiah, berbeda namun satu sumber
Pada dasarnya nilai-nilai ilmiah dan nilai moral memang berbeda dalam hubungannya dengan penetapan kriteria keilmiahan pengetahuan. Tetapi pada hakikatnya kedua nilai tersebut dari satu sumber yang sama yaitu Tuhan. Pada dasarnya pandangan islam jauh lebih mendasar. Hukum-hukum yang mengatur keberadaan alam dengan segala fenomenanya pada dasarnya adalah hukum Allah yang ditetapkannya berlaku bagi alam. Dalam Al-qur’an diistilahkan sebagai Taqdir Al Aziz Al Aliim, yaitu tetapan yang maha mulia dan maha berilmu(QS. Al Qamar:49, Al Ashab:38, Al An’nam:96,dan Yasin:38) Pandangan yang telah dikemukakan di atas, membawa kita pada beberapa prinsip: Ilmu pada dasarnya tidak bebas nilai, baik dalam pengertian ia mengandung nilai keilmiahan, maupun ketidakbebasan dari pertimbangan nilai moral, hukum serta aqidah. Nilai-nilai ilmiah serta nilai moral hukum serta aqidah bersumber dari satu sumber yang sama yaitu Tuhan. Nilai-nilai ilmiah, moral, dan hukum serta aqidah harus digunakan secara proporsional dalam totalitas ilmu, mulai dari penetapan gagasannya, proses ilmiah serta penggunaan ilmunya.
6
Landasan Membangun Sikap Etis
Tauhid Sistem etika islam yang meliputi kehidupan manusia secara keseluruhan tercermin dalam konsep tauhid yang dalam pengertian absolut hanya berhubungan dengan ALLAH Kesetimbangan (Mizan) Dalam kebulatan homogen tempat kehidupan berada dalam perspektif islam. Anasirnya yang beragam harus disetimbangkan. Kebebasan (Berkehendak) Manusia sebagai khalifatullah adalah makhluk teomorfis, ia mempunyai kapasitas kemanusiaannya itu dalam kehidupan berkebudayaan. Demikian pula ia punya kemungkinan untuk merefleksikan sifat-sifat sebaliknya. Tanggung Jawab Yang secara logis berhubungan dengan kebebasan berkehendak adalah tanggung jawab. Tanggung jawab menetapkan bataan apa yang bebas dilakukan manusia dengan membuatnya bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Manusia yang otonom adalah manusia yang bertanggung jawab kepada Tuhan, dirinya sendiri serta sesama manusia.
7
Pandangan Imam Al Ghazali bahwa Akhlak sebagai suatu perangi (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia memiliki pangkal pada faktor-faktor berikut: Kearifan Suatu kualitas diri yang dapat memahami dan menghayati nilai-nilai akhlak sehingga ia dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan tidak baik dengan kekuatan akal dan hati nuraninya. Keberanian Kualitas diri untuk menguasai dan mengendalikan emosi dengan kearifan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Pengendalian diri Kualitas diri untuk menguasai dan mengendalikan kecenderungan sifat negatif keberanian yang mengakibatkan berkuasanya hawa nafsu secara positif. Pengendalian diri bisa melahirkan sabar, pemaaf, harga diri, qanaah, wara’, dan sebagainya. Namun secara negatif, ia akan mewujudkan sifat kikir, rakus, munafik, dengki, dan lain-lain. Keadilan Kualitas diri untuk menyeimbangkan keberanian dan pengendalian diri agar sejalan dengan nilai-nilai kearifan.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.