Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYulia Hadiman Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
PENGENDALIAN PEST TERPADU (INTEGRATED PEST CONTROL) PENGENDALIAN HAYATI
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dr. Budy Rahmat, Ir. MS. Elya Hartini, Ir. MT.
2
Pengendalian Pest Terpadu :
Karantina Tumbuhan (preventif) : Bandara, pelabuhan, kantor pos Teknis Budidaya (cara bercocok tanam, varietas, pupuk berimbang analisa tanah) Pengendalian Fisik ( penggenangan, pembakaran, pendinginan) Pengendalian Mekanik ( manual, semi mekanik, mesin) Pengendalian Hayati ( musuh alami : parasit/patogen, parasitoid, predator, kompetitor) Pengendalian Kimia ----- AE Heliothis sp Jagung “trap crop”
3
Populasi organisme pengganggu / tanaman
Ambang Ekonomi (economic threshold) = AE Populasi organisme pengganggu / tanaman Tingkat serangan = ...% populasi tanaman terserang OPT penting = 10% kerusakan pada pertanaman = AE OPT tdk penting = 30% kerusakan pada pertanaman = AE
4
PENGENDALIAN HAYATI Pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan pest yang merugikan Musuh Alami : Parasitoid Predator Patogen/parasit Kompetitor Pengendalian Hayati : Teknik pengendalian yang menggunakan musuh alami untuk menurunkan populasi pest, disengaja oleh manusia
5
Pengendalian Alami (natural control)
virgin forest Tidak sengaja dilakukan manusia, tetapi karena kerja musuh alami dan komponen ekosistem
6
Filosofi pengendalian alami dan hayati
Pada awalnya, manusia memahami bahwa setiap jenis organisme akan mempunyai musuh alami yang secara alamiah akan mengendalikan populasi organisme tersebut. Fakta ini kemudian diistilahkan oleh manusia, pengendalian alami (Natural Control). Lalu bagaimana dengan pengendalian hayati? Samakah artinya? Pengendalian hayati (Biological Control) sifatnya lebih dekat dengan kepentingan manusia. Artinya, pengendalian organisme yang mengganggu manusia dengan musuh alaminya disebut pengendalian hayati. Di dalam definisi ini terkandung dua kata penting, yaitu OPT dan manusia. Artinya, jika organisme tersebut tidak “mengganggu” atau “merugikan” manusia, maka setiap musuh alami yang menyerang dan makan padanya tidak disebut sebagai agensia pengendali hayati, tetapi agensia pengendali alami. Di dalam pengendalian hayati juga terjadi campur tangan manusia, meliputi manipulasi jenis, keragaman, dan kemelimpahan musuh alami yang cocok.
7
Sejarah pengendalian hayati
Sejarah pengendalian hayati hampir sama tuanya dengan upaya awal manusia untuk bercocok tanam. Misalnya, pada tahun 300-an M tercatat bangsa Cina sudah menggunakan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) untuk melindungi tanaman jeruk Mandarin dari hama. Di dunia Barat, kesuksesan praktek pengendalian hayati dicapai pada akhir abad ke-19, yaitu dengan kesuksesan kumbang Rodolia cardinalis menekan perkembangan populasi hama kutu kapas, Icerya purchasi. Selanjutnya, semenjak awal abad ke-20, upaya pengendalian hayati sudah mulai memperhatikan sisi ekologis dan ekonomis dari agroekosistem. Pasalnya, upaya pemanfaatan musuh alami tidak selalu berhasil. Misalnya, penggunaan pestisida ditengarai menurunkan populasi musuh alami, sehingga kekuatan penekanan pada organisme pengganggu menjadi berkurang. Penelitian terkini juga mengungkapkan kompleksitas hubungan antar organisme, termasuk kompetisi antar jenis predator, yang dapat mempengaruhi keberhasilan penekanan populasi organisme pengganggu oleh musuh alami.
8
Pengendalian Hayati Landasan Teori
Pengendalian hayati melalui pengaturan populasi dan stabilitas komunitas Musuh alami merupakan pengatur dan pengendali populasi pest yang efektif tetapi tergantung pada kepadatan perlu rearing Peningkatan populasi pest ditanggapi secara numerik oleh musuh alami
9
1. Parasitoid Parasit organisme yang hidup pada organisme lain yang ukuran tubuhnya lebih besar. Parasitoid serangga yang memarasit serangga (arthropoda) lain : Monofag Oligofag (1 famili inang) polyfag Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa (larva), Pada fase imago, parasitoid hidup bebas/mandiri. pada umumnya parasiotoid akan menyebabkan inang mati
10
Parasitoid
11
Parasitoid : 1. Ektoparasitoid ( di luar tubuh inang) 2. Endoparasitoid ( di dalam tubuh inang) Parasitoid Soliter = sendiri pada 1 inang Parasitoid Gregarious = bersama parasitoid lain pada 1 inang Ordo Hymenoptera (F. Ichneumonidaea) Papanting, lebah, tabuhan Ordo Diptera (F. Tachinidae) lalat
12
Organisme yang memangsa organisme lain, ukuran tubuh > OPT
2. Predator Organisme yang memangsa organisme lain, ukuran tubuh > OPT Banyak jenis pemangsa serangga Serangga predator : Ordo Coleoptera, Neuroptera, Odonata, Hymenoptera, Diptera, Orthoptera dan Hemiptera Ordo Odonata Ordo Coleoptera Ordo Diptera
14
Virus, Bakteri, Jamur/cendawan, Rickettsia dan Nematoda.
3. Patogen Penyebab penyakit Virus, Bakteri, Jamur/cendawan, Rickettsia dan Nematoda. Bahan aktif Microbial pesticide Virus NPV = (Nuclear Polihidrosis Virus) Ordo Lepidoptera (Kupu) Jamur / Cendawan Cendawan entomopatogenik : Metarrhizium anisopliae, Beauveria basiana Trichoderma sp Bakteri Bacillus thuringiensis, B. papilliae Nematoda : Famili Mermitidae
15
Virus Bakteri Nematoda
16
Teknik Pengendalian Hayati
1. Introduksi Importasi musuh alami Rodolia cardinalis dari Australia ke pertanaman Jeruk di California, 1850 Iceriya purchasi Pediobius parvulus dari Fiji ke RI ( Promecotheca reichet, kelapa) Tetrastichus brontispae dari Jawa ke Sulawesi ( Brontispa longissima, kelapa) Curinus coreolius dari Hawaii ke RI (Lamtoro, kutu loncat : Heteropsylla sp) 2. Inundasi / penggenangan Pelepasan massal musuh alami untuk mempercepat proses pengendalian pest, sifatnya seperti insektisida biologik 3. Augmentasi Penambahan jumlah / jenis musuh alami untuk meningkatkan populasinya atau modifikasi ekosistem sehingga jumlah dan efektivitasnya meningkat
17
Rodolia cardinalis, pemangsa kutu Icerya purchasi
18
Bagaimana memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan organisme pengganggu?
Pada aras teknis, muncul sebuah pertanyaan: Bagaimana memanfaatkan musuh alami secara efektif? Pemanfaatan organisme musuh alami dapat dilakukan dengan teknik pemasukan (importasi) dari tempat lain (disebut pula introduksi), konservasi (menjaga potensi musuh alami di satu wilayah), dan augmentasi (penambahan jumlah individu musuh alami yang sudah ada di satu wilayah). Teknik augmentasi dapat berupa inokulatif (menambahkan sejumlah musuh alami), inundasi (menambahkan musuh alami dalam jumlah sangat banyak untuk memperkuat tekanan terhadap organisme pengganggu), atau suplemen, jika musuh alami benar-benar sangat rendah populasinya.
19
Kelebihan dari pengendalian hayati, antara lain:
Selektifitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru; Organisme yang digunakan sudah ada di lapangan/lahan; Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah hama tidak menjadi resisten atau terjadi sangat lambat Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya Tidak ada pengaruh/efek samping yang buruk, seperti pada penggunaan pestisida.
20
Kekurangan dari pengendalian hayati ini, antara lain :
1. Pengendalian berjalan lambat 2. Tidak dapat diramalkan, ditentukan dengan paksa 3. Sulit dan mahal untuk pengembangannya dan penggunaannya 4. Memerlukan pengawasan pakar. Contoh kasus : Pengendalian hayati pada pengendalian hama ulat api pada perkebunan kelapa sawit. Serangan ulat api di perkebunan kelapa sawit mengakibatkan dampak yang sangat merugikan terutama pada sawit yang telah memasuki masa tanaman menghasilkan. Serangan berat akan menyebabkan kehilangan indeks luas daun yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga produksi kelapa sawit akan megalami penurunan. Data penelitian menunjukkan bahwa jika tingkat kerusakan daun 70% penurunan produksi kelapa sawit dapat mencapai 45 %/ha pada tahun pertama setelah serangan
21
Parasitoid telur, tawon Trichogramma sp.
Larva Chrysoperla carnea (foto: Erick Steinert, 2004)
22
Kelemahan paling mendasar dari upaya pemanfaatan musuh alami adalah
daya reproduksi musuh alami yang kalah cepat dibandingkan organisme pengganggu, dan ketahanan musuh alami terhadap guncangan lingkungan yang lebih rendah daripada organisme pengganggu. Oleh karena itu, pengendalian hayati hanya cocok untuk kondisi ekosistem tertentu, yaitu tidak tercemar senyawa beracun, cukup tumbuhan sebagai tempat reproduksi dan sumber pakan musuh alami, dan populasi organisme pengganggu tidak jauh melebihi daya tekan musuh alami (perbandingan proporsional).
23
ALHAMDULILLAH TERIMAKASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.