Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SAMPLING AUDIT Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SAMPLING AUDIT Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit"β€” Transcript presentasi:

1 SAMPLING AUDIT (SA 350) RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT (SA 312)

2 SAMPLING AUDIT Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit
Statistical dan Non-statistical Samplig Sampling dan Risiko Audit Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling Jenis Statistical Sampling

3 SAMPLING DAN BUKAN SAMPLING DALAM AUDIT
Menurut SA Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal ini, sampling audit sangat berguna. Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Sampling audit dapat banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

4 Unit-unit yang mempengaruhi sampling:
UNIT POPULASI adalah banyaknya satuan anggota populasi. STANDAR DEVIASI adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata populasi dengan para anggotanya secara umum, sekaligus menunjukkan tingkat heterogenitas atau homogenitas data dalam populasi. Standar deviasi diberi symbol Οƒ, dihitung dengan memperhatikan jarak individual antara masing-masing anggota populasi (Xi) dengan rata-ratanya (ΞΌ) berdasarkan rumus sebagai berikut: 𝜎= ( 𝑋 𝑖 βˆ’πœ‡) 2 𝑛 TINGKAT KEYAKINAN adalah derajat keandalan sampel terhadap populasi yang diwakilinya, ditunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi yang terwakili oleh sampel. KESALAHAN SAMPLING adalah ketepatan atau akurasi hasil sampling (sampling precision = A) ditentukan oleh kesalahan sampling (sampling error = E).

5 TABEL KESALAHAN SAMPLING
Kecenderungan Unit Populasi N Tingkat Keyakinan (1-a) Deviasi Standar βˆ‘ Kesalahan Sampling E Unit Sampel Semakin Banyak Tinggi Besar Kecil Semakin Besar Sedikit Rendah Semakin Kecil

6 STATISTICAL DAN NON-STATISTICAL SAMPLING
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa: β€œBukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Ada 2 pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah: Sampling statistik (statistical sampling) Sampling nonstatistik (non-statistical sampling) Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan desain dan ukuran sampel audit. Suatu sampel akan lebih efisien daripada yang lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil

7 Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor mengenai: Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.

8 Sampling dan risiko audit
Risiko audit terdiri dari: INHERENT RISK, kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. CONTROL RISK, suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. DETECTION RISK, auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi. Aspek-aspek risiko audit: RISIKO SAMPLING, timbul dari kemungkinan bahwa jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian substantive terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. RISIKO NONSAMPLING, meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.

9 JENIS PENGUJIAN AUDIT YANG MUNGKIN MEMERLUKAN SAMPLING
Pengujian pengendalian Pengujian substantive atas transaksi Pengujian atas rincian saldo Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantive atas ttransaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor.

10 JENIS STATISTICAL SAMPLING
ATRIBUT SAMPLING, teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk memperikirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. VARIABEL SAMPLING, teknik ini digunakan dalam pengujian substantive. Kegunaan variabel sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.

11 Sampling dalam pengujian pengendalian
Risiko Sampling Statistical Sampling Non-Statistical Sampling

12 RISIKO SAMPLING Aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian jika menggunakan sampling: RISK OF ASSERING CONTROL RISK TOO LOW, risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel yang terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya. RISK OF ASSERING CONTROL RISK TOO HIGH, risiko menentukan tingkat risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel yang terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.

13 STATISTICAL SAMPLING ATTRIBUTE SAMPLING, metode sampling yang meneliti sifat non angka dari data karena pada pengujian pengendalian focus perhatian auditor adalah pada jejak- jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji. Attribute sampling bertujuan untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Attribute sampling dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu menggunakan rumus statistic dan menggunakan tabel. Tahapan dan proses proses pelaksanaan attribute sampling yang menggunakan tabel: Menyusun rencana audit Risiko Sampling (ARO) Toleransi penyimpangan (TDR) Perkiraan kesalahan dalam populasi (EPDR) Menetapkan jumlah sampel Memilih sampel Menguji sampel Mengestimasi kedaan populasi Membuat simpulan hasil audit

14 Langkah-langkah sampling dibagi dalam 6 tahap:
Menyusun Rencana Audit Jenis pengujian yang akan dilakukan Tujuan pengujian Populasi yang akan diteliti Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian Menetapkan Jumlah/Unit Sampel Memilih Sampel Menguji Sampel Mengestimasi Keadaan Populasi Membuat Simpulan Hasil Audit

15 DISCOVERY SAMPLING, teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam populasi yang diuji. Discovery sampling diterapkan untuk menguji ketaatan terhadap ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu penyimpangan apapun. ACCEPTANCE SAMPLING, teknik sampling yang bertujuan untuk menentukan sikap menerima atau menolak populasi. Untuk acceptance sampling, unit sampel ditetapkan dari tabel ukuran sampel. Dalam audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern handal, sebaliknya menolak populasi berarti menytakan pengendalian intern lemah.

16 Non-statistical sampling
Pada sampling non-statistic, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku. Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak. Contoh: Menyusun rencana audit Tujuan audit. Misalnya ketaatan pengadaan barang dan jasa terhadap pagu anggaran. Toleransi penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk membuat simpulan hasil audit, misalnya ditetapkan TDR = 2% Menetapkan unit sampel. Unit sampel ditetapkan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan rumus atau formula tertentu, misalnya n = 30 unit. Memilih sampel. Pemilihan sampel boleh acak atau tidak. Menguji sampel dan mengestimasi keadaan populasi, misalnya dari 30 sampel ada satu kegiatan pengadaan yang melebihi anggaran. Sampling deviation rate adalah 1/30 = 3,3%. Membuat simpulan hasil audit. Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. SDR > TDR berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.

17 SAMPLING DALAm PENGUJIAN SUBSTANTIF
Risiko Sampling Probability Proportional to Size (PPS) Sampling Variable Sampling Perbandingan PPS Sampling dan Variable Sampling

18 Sampling dalam pengujian substantif
Dalam menyelenggarakan pengujian substantive atas rincian, auditor memperhatikan 2 aspek dari risiko sampling: RISK OF INCORRECT ACCEPTANCE, risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. RISK OF INCORRECT REJECTION, risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Risiko Sampling berkaitan dengan pengambilan simpulan atas populasi yang hanya didasarkan atas pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel tidak representative terhadap populasinya.

19 GAMBAR RISIKO SAMPLING
Sample Populasi Salah Saji ≀ TS Salah Saji > TS Salah saji ≀ TS (populasi disimpulkan tidak mengandung salah saji) Kesimpulan Benar Kesimpulan salah - salah tipe I (risiko keliru menerima) Salah saji > TS (populasi disimpulkan mengandung salah saji) Kesimpulan salah – salah tipe II (risiko keliru menolak) Kesimpulan benar

20 SAMPLING PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE (pps) sAMPLING
Menentukan Tujuan Rencana Sampling Tujuan rencana sampling PPS adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel dalam populasi sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material. Menetapkan Populasi dan Unit Sampling Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo yang akan diuji. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Menentukan Ukuran Sample 𝑛= 𝐡𝑉×𝑅𝐹 π‘‡π‘€βˆ’(π΄π‘€βˆ’πΈπΉ) BV = nilai buku populasi yang diuji RF = faktor reliabilitas untuk risiko kesalahan penerimaan TM = salah saji yang dapat ditoleransi AM = salah saji yang diantisipasi EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi

21 Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total dari populasi dalam rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Interval sampling harus dihitung sebagai berikut: SI = BV – nY Melaksanakan Rencana Sampling Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total dalam populasi. Mengevaluasi Hasil Sampel Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan sampel. Jika UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung sebagai berikut: UML = PM + ASR PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi ASR = cadangan risiko sampling

22 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SAMPLING PPS
Kelebihan sampling PPS adalah: Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling variabel klasik. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia populasi yang lengkap.

23 Sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut:
Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai bukti. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sample.

24 SAMPLING VARIABEL KLASIK
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif. Estimasi Mean Per Unit (MPU), mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut. Estimasi Diferensiasi. Diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan estimasi diferensiasi: Nilai buku setiap item populasi harus diketahui. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku item-item secara individual. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan.

25 3. Estimasi Rasio Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.

26 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SAMPLING VARIABEL KLASIK
Kelebihan utama sampel variabel klasik adalah: Sampel-sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika diperlukan. Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan perancangan khusus. Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan sampling PPS Sedangkan kekurangan utamanya adalah: Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya, auditor memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi hasil sample. Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi penyimpangan standar karakteristik yang populasi.

27 CONTOH KASUS ATTRIBUTE SAMPLING
Kantor Dinas PU daerah Bandung, memiliki gudang perbekalan tempat menyimpan barang-barang persediaan untuk berbagai keperluan dalam rangka penyediaan sarana dan prasarana fisik. Faktor kunci pengendalian intern dari keluar masuknya barang dalam gudang tersebut terletak pada sistem pengendalian yang dilakukan oleh internal audit: Setiap barang yang masuk ke dalam gudang harus sudah dipastikan bahwa barang tersebut telah dipesan sebelumnya. Pengawasan atas barang yang masuk dilakukan oleh penjaga gudang dengan cara memberikan cap β€œditerima” pada dokumen nota pembelian. Bila barang hanya diterima sebagian, maka nota pembelian tersebut diberi coretan dengan tinta merah sebagai tanda bahwa barang yang diterima hanya sebagian. Jika Auditor memutuskan untuk melakukan uji sampel terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan keluar masuknya barang di gudang dengan parameter sebagai berikut: Tingkat keyakinan 90% bahwa dokumen yang diproses sesuai dengan prosedur. Tingkat kesalahan tidak lebih dari 4% dari total dokumen yang ada dalam populasi dan jumlah kesalahan pada sampel adalah 0. Invoice permintaan barang berurutan dimulai dari – dimana setiap invoice dapat dicocokkan dengan surat jalan pengiriman barangnya dengan jeda waktu antara permintaan barang dengan pengirimannya mencapai 4 bulan.

28 Jumlah Kesalahan pada Sampel
Jawaban: Setelah melakukan verifikasi terhadap invoice yang dijadikan sampel, auditor menyimpulkan pekerjaannya sebagai berikut: Jumlah populasi = invoice Jumlah sampel = 58 nota Jumlah kesalahan yang ditentukan = nihil Dengan menggunakan Tabel Reliability Factor, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah: Jumlah Kesalahan pada Sampel Tingkat Keyakinan (%) 50 75 85 90 95 99 0,69 1,39 1,90 2,31 3,00 4,61 1 1,68 2,69 3,38 3,89 4,75 6,64 2 2,68 3,92 4,73 5,33 6,30 8,41 3 3,67 5,11 6,02 6,69 7,76 10,05 4 4,67 6,28 7,27 8,00 9,16 11,61 5 5,67 7,42 8,50 9,28 10,52 13,11

29 Jumlah Sampel= Reliability Factor Tingkat Kesalahan %
Jumlah Sampel= 2,31 4% =57,78 atau 58 𝐬ampel Pertimbangan tindak lanjut yang harus dilakukan adalah: Jika satu saja ditemukan kesalahan dalam nota yang dijadikan sampel, maka auditor patut ragu bahwa ia yakin 90% kesalahan yang ada pada populasi tidak lebih dari 4%. Jika auditor ragu terhadap keyakinan tersebut, maka ia harus menurunkan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan sebelumnya atau melakukan proses audit yang lebih mendalam. Auditor wajib malaporkan hasil temuannya ini kepada pimpinan kantor. Seandainya auditor mau merevisi asumsinya, katakanlah ada 2 sampel yang diperkirakan terdapat kesalahan, maka untuk mendapatkan keyakinan sebesar 90% bahwa total kesalahan yang terdapat dalam populasi tidak melebihi 4% diperlukan sampel sebanyak 113 nota (5,33/0,04). Semakin besar jumlah kesalahan yang diantisipasi, maka semakin banyak pula sampel yang diperlukan untuk tetap mempertahankan tingkat keyakinan yang dikehendaki


Download ppt "SAMPLING AUDIT Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google