Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENDIDIKAN KARAKTER Prof. Dr. Ir. Charles L. Kaunang, MS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENDIDIKAN KARAKTER Prof. Dr. Ir. Charles L. Kaunang, MS"— Transcript presentasi:

1 PENDIDIKAN KARAKTER Prof. Dr. Ir. Charles L. Kaunang, MS
Disampaikan pada Pembekalan Tahap I Mahasiswa KKT UNSRAT Angkatan 118 23 Oktober 2018

2 PENDAHULUAN (Latar belakang)
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku; (3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat; (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba; alkohol dan seks bebas; (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6) menurunnya etos kerja; (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok; (9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.

3 Hakekat Karakter Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka, 2007:5) yang mengaitkan secara langsung ’character strength’ dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari ‘character strength’ adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya

4 Hakekat Karakter Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

5 Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

6 FUNGSI KARAKTER Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain. Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih kembali martabatnya di dunia internasional. Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan Amerika. Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun keadaan kedua negara secara ekonomi dan teknologi hampir sama. Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).

7 URGENSI PENGEMBANGAN KARAKTER
“Selama dimensi karakter tidak menjadi bagian dari kriteria keberhasilan dalam pendidikan, selama itu pula pendidikan tidak akan berkontribusi banyak dalam pembangunan karakter” (I Gedhe Raka) ”Dalam kenyataanya, pendidik berkarakterlah yang menghasilkan SDM handal dan memiliki jati diri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang memiliki jati diri, berkarakter kuat dan cerdas.” ”Pilar akhlak (moral) yang dimiliki (mengejewantah) dalam diri seseorang, sehingga ia menjadi orang yang berkarakter baik (good character), memiliki sikap jujur, sabar, rendah hati, tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam kesatuan organisasi pribadi yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral dasar (basic moral values) yang senantiasa mengejewantah dalam diri pribadi kapan dan dimana saja, orang dapat dipertanyakan kadar keimanan dan ketaqwaan

8 Hakekat Pendidikan Karakter dalam Perspektif Budaya Akademik
Menyontek dan plagiat secara filosofis adalah bentuk ketiadaan disiplin dan moral DISIPLIN MORAL BUDAYA AKADEMIK Ilmu dalam perspektif moral dan sosial Ilmu dalam perspektif Kehidupan berbangsa dan bernegara

9 Satuan Pendidikan, Keluarga, dan Masyarakat
Tujuan, Fungsi, Ruang Lingkup FUNGSI: Pengembangkan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik & berperilaku baik”. TUJUAN: Mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila Perbaikan perilaku yg kurang baik dan penguatan perilaku yg sudah baik. Penyaring budaya yg kurang sesuai dg nilai-nilai luhur Pancasila. RUANG LINGKUP SASARAN Satuan Pendidikan, Keluarga, dan Masyarakat

10 jujur, beriman dan bertakwa, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif OLAH PIKIR OLAH HATI Perilaku Berkarakter peduli, ramah, santun, rapi, nyaman, saling menghargai, toleran, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja OLAH RASA/KARSA OLAH RAGA tangguh, bersih dan sehat, disiplin, sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih NILAI-NILAI LUHUR

11 MASYARA-KAT ADIL MAKMUR SEJAHTERA BUDAYA/SUASANA AKADEMIK
MEMBANGUN BUDAYA AKADEMIK DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Daya Saing Pengakuan Standar PT Unggul MASYARA-KAT ADIL MAKMUR SEJAHTERA Manfaat KEMANDIRIAN MODAL INSANI BERKUALITAS INFRASTRUKTUR BERKUALITAS PROGRAM BERKUALITAS AKUNTABILITAS BUDAYA/SUASANA AKADEMIK

12 PERKEMBANGAN BUDAYA AKADEMIK
DINAMIKA EKSTERNAL LATAR BELAKANG LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI DOSEN ETIKA AKADEMIK MAHA SISWA ORIENTASI/ARAH PERKEMBANGAN BUDAYA AKADEMIK MASYARAKAT AKADEMIK NILAI-NILAI LUHUR BUDAYA AKADEMIK

13 Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi
Integrasi ke dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kpd masyarakat yang berkarakter Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di Perguruan Tinggi KEGIATAN KEMAHASIS WAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI BUDAYA PT (KAMPUS)/ BUDAYA ORGANISASI KEGIATAN KESEHARIAN BUDAYA AKADEMIK Perspektif Nilai-nilai karakter dlm totalitas Budaya Akademik Integrasi ke dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain: Pramuka, Olahraga, Karya Tulis, Seni Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di lingkungan keluarga, asrama, dan masyarakat

14 PENGARUH LATAR BELAKANG NORMA KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI INDONESIA
DINAMIKA EKSTERNAL PENGARUH LATAR BELAKANG ETIKA NORMA KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI INDONESIA KURIKULER BELAJAR KO-KURIKULER MAHASISWA AKADEMIK EKSTRA-KURIKULER NILAI UTAMA BUDAYA AKADEMIK BEBAN PROPORSIONAL, PRODUKTIF DAN POSITIF

15 PEMBANGUNAN KARAKTER PROSES 1.isi/materi
2. Pendekatan/ metode/cara 3.SDM (murid-guru) 4.sarana/prasarana 5.Peraturan 6.Evaluasi 7.Dll PROSES Output/keadaan yang diharapkan -murid -Mahasiswa -Pejabat -Akademisi -Masyakat -Dll Input/kondisi saat ini: -murid -Mahasiswa -Pejabat -Akademisi -Masyakat -Dll

16 PEMBANGUNAN KARAKTER PROSES Unkwon activities -Pendidikan -Pelatihan
. Unkwon activities -Pendidikan -Pelatihan -Pembimbingan -Pembiasaan -Dll PROSES Output/keadaan yang diharapkan -murid -Mahasiswa -Pejabat -Akademisi -Masyakat -Dll Input/kondisi saat ini: -murid -Mahasiswa -Pejabat -Akademisi -Masyakat -Dll

17 ASPEK YANG DIBANDINGKAN
Posisi Indonesia saat ini . NO ASPEK YANG DIBANDINGKAN PERINGKAT 1 Buta huruf usia > 15 tahun 44 dari 49 2 Literasi Membaca 39 dari 41 3 Kemampuan berkomunikasi 49 dari 49 4 KKN dan Praktik Tak Etis 5 Pengangguran generasi muda 48 dari 49 6 Daya tarik terhadap Iptek 34 dari 49 7 Pengembangan teknologi dan aplikasi 46 dari 49 8 Kemampuan alih teknologi 9 Implementasi Tekno-informasi 47 dari 49 10 Literasi IPA 38 dari 42 11 Riset Dasar 45 dari 49 12 Indeks berkompetisi 59 dari 60 .

18 PEMBENTUKAN: USIA DINI
Pengembangan KARAKTER di INDONESIA PEMBENTUKAN: USIA DINI (Banyak diserahkan pada pembantu) PENGEMBANGAN: USIA REMAJA (Lingkungan masyarakat tidak kondusif) PEMANTAPAN: USIA DEWASA (Terbentuknya low trust society)

19 Akibat dari the existing situation
SEMU (Senang Basa Basi & Budaya Abs) TIDAK SINCERE (Tidak Tulus Ikhlas – Tidak Sungguh-sungguh) AKIBATNYA: DATA TIDAK AKURAT, KEBIJAKAN TIDAK TEPAT, TIDAK RELEVAN, DLL

20 Timbulkan Akibat Buruk:
BANGSA INDONESIA MENGALAMI KRISIS KEPRIBADIAN ? Dan perumpamaan kalimat (kebijakan) yang buruk bagaikan pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tegak sedikitpun. Timbulkan Akibat Buruk: Karakter Bangsa Luntur Bencana Meluas Di Bidang: Krisis Politik - Ekonomi - Moneter - Kepercayaan – Hukum - Dll

21 Nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak (Dr Sukamto)
1.Kejujuran 2.Loyalitas dan dapat diandalkan 3.Hormat 4.Cinta 5.Ketidak egoisan dan sensitifitas 6.Baik hati dan pertemanan 7.Keberanian 8.Kedamaian 9.Mandiri dan Potensial 10.Disiplin diri dan Moderasi 11.Kesetiaan dan kemurnian 12.Keadilan dan kasih sayang

22 MANUSIA PROFETIK Seorang intelektual profetik tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat memberikan sebanyak- banyaknya bagi lingkungan. 1.Sadar sebagai makhluq ciptaan Tuhan. Sadar sebagai makhluq muncul ketika ia mampu memahami keberadaan dirinya, alam sekitar, dan Tuhan YME. Konsepsi ini dibangun dari nilai-nilai transendensi. 2.Cinta Tuhan. Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan meyakini bahwa ia tidak dapat melakukan apapun tanpa kehendak Tuhan. Oleh karenanya memunculkan rasa cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan akan menjalankan apapun perintah dan menjauhi larangan-Nya. 3.Bermoral. Jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu, dll merupakan turunan dari manusia yang bermoral. 4.Bijaksana. Karakter ini muncul karena keluasan wawasan seseorang. Dengan keluasan wawasan, ia akan melihat banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat terbentuk dari adanya penanaman nilai- nilai kebinekaan. 5.Pembelajar sejati. Untuk dapat memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa belajar. Seorang pembelajar sejati pada dasarnya dimotivasi oleh adanya pemahaman akan luasnya ilmu Tuhan (nilai transendensi). Selain itu, dengan penanaman nilai-nilai kebinekaan ia akan semakin bersemangat untuk mengambil kekuatan dari sekian banyak perbedaan. 6.Mandiri. Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama subjek kehidupan maka ia tidak akan membenarkan adanya penindasan sesama manusia. Darinya, memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa. 7.Kontributif. Kontributif nerupakan cermin seorang pemimpin.

23 PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN HOLISTIK
Pendidikan holistik membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek/potensi spiritual, potensi emosional, potensi intelektual (intelegensi & kreativitas), potensi sosial, dan potensi jasmani siswa secara optimal. Membangun karakter itu harus dimulai sedini mungkin, atau bahkan sejak dilahirkan, dan harus dilakukan secara terus menerus dan terfokus, Pendidikan holistik juga untuk membentuk manusia pembelajar sepanjang hayat yang sejati (lifelong learners). Di samping itu, pendidikan karakter juga mengembangkan semua potensi anak sehingga menjadi manusia seutuhnya. Dalam hal ini, perkembangan anak harus seimbang, baik dari segi akademiknya maupun segi sosial dan emosinya. Pendidikan selama ini hanya memberi penekanan pada aspek akademik saja dan tidak mengembangkan aspek social, emosi, kreatifitas, dan bahkan motorik. "Anak hanya dipersiapkan untuk dapat nilai bagus, namun mereka tidak dilatih untuk bisa hidup.

24 9 Indikator Pendidikan Karakter
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty) 2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful) 4. Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience) 5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation) 6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm) 7. Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership) 8. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity)

25 FAKTOR DOMINAN DALAM PEMBINAAN KARAKTER DEWASA INI
FAKTOR BERPENGARUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER (1) Guru (2) Selibriti/Artis (3) Pejabat (4) Tokoh masyarakat (5) Teman sejawat (6) Kedua orangtua (7) Media cetak (8) Media elektronik

26 PENUTUP Ciri orang yang kuat imannya, antara lain: (1) secara tulus dia patuh pada Tuhannya; (2) dia tertib dan disiplin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. (3) memahami dan menghargai ajaran agama lain, sehingga tercipta kehidupan yang toleran; (4) memperbanyak kerjasama dalam bidang kehidupan social. (5) memiliki prilaku baik berdasarkan nilai agama yang dianautnya (6) menghindarkan diri dari prilaku yang tidak sejalan dengan nilai agama yang dianutnya. (7) dll.

27 TERIMA KASIH


Download ppt "PENDIDIKAN KARAKTER Prof. Dr. Ir. Charles L. Kaunang, MS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google