Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN, DIREKTORAT PEMBELAJARAN Inovasi PEMBELAJARAN.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN, DIREKTORAT PEMBELAJARAN Inovasi PEMBELAJARAN."— Transcript presentasi:

1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN, DIREKTORAT PEMBELAJARAN Inovasi PEMBELAJARAN

2 INOVASI PEMBELAJARAN DI ERA RI 4.0 LATAR BELAKANG
BLENDED LEARNING - ONLINE LEARNING – MOOCs FLIPPED LEARNING

3 Perjalanan Revolusi Industri 1.0 sd 4.0
Mechanization Massification Digitalization Smartization

4 Era Revolusi Industri 4.0 Masyarakat Umum Digital Literate
Dunia Industri Pendidikan Tinggi Peserta Didik Tim KKNI Direktorat Pembelajaran

5 Tim KKNI Direktorat Pembelajaran

6 Tim KKNI Direktorat Pembelajaran

7 Tim KKNI Direktorat Pembelajaran

8 Tim KKNI Direktorat Pembelajaran

9

10

11 G e n e r a s i Z

12 Generasi Milenial Sumber:

13 Source: http://generationz.com.au

14 BLENDED LEARNING

15 Definisi Blended Learning

16 Manfaat Blended Learning
Mendorong mahasiswa menggunakan sumber belajar internal dan eksternal dengan memanfaatkan teknologi informasi. Peningkatan kompetensi abad 21. Mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Perkembangan pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang semakin pesat, dll. E-Learning memberikan akses dan fasilitas kepada mahasiswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri, sedangkan dosen berperan sebagai fasilitator dan motivator.

17 E-Learning E-Learning adalah proses pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merupakan hasil integrasi secara sistematis atas komponen-komponen pembelajaran dengan memperhatikan mutu, sumber belajar, dan berciri khas adanya interaksi pembelajaran lintas waktu dan ruang (Kusumawardani, SS., 2015).

18 E-Learning Sloan’s Category Proportion of Content Delivered Online
Type of Course Typical Description 0% Traditional F2F course – with no ICT/online technology used, instruction is delivered in writing or orally. 1-29% ICT/Web Facilitated Course which uses ICT/web-based technology to facilitate what is essentially a F2F course. Uses a course management system or web pages to post the syllabus and assignments, or for communication. 30-79% Blended/ Hybrid Course that blends online and F2F delivery. Substantial proportion of the content is delivered online, typically uses online discussions, and typically has some F2F meetings. 80+% Online/ e-Learning A course where most of all of the content is delivered online, and interaction done virtually. Typically have no or minimal F2F meetings.

19

20

21

22 Massive Open Online Courses (MOOCs)
“a model for delivering learning content online to virtually any person - with no limit on attendance – who wants to take the course”

23 Karakteristik Pengembangan MOOC saat ini
The connectivist MOOCs (cMOOC) Didasarkan ada teori connectivism. Ex: The original MOOC, Connectivism and Connective Knowledge Content-based MOOCs (xMOOCs) Berbasis konten yang mengikuti pendekatan behaviorism Ex: coursera, edx, and udacity platforms

24 Flipped Learning

25 Prinsip Flipped Learning

26

27 Traditional Classroom
Definisi Prinsip Prosedur Kelas Penyajian materi. Tanya jawab. Diskusi kelompok. Rangkuman. Rumah Tugas/PR. Latihan soal. Percobaan/ penyelidikan. Traditional Classroom Rumah Kelas Rumah Mencari sumber belajar yang relevan termasuk video materi dari dosen. Membuat pointers dari sumber belajar yang relevan. Menyusun pertanyaan/ menyiapkan materi hasil belajarnya. Kelas Sharing temuan. Mencari solusi/penyelesaian masalah/kasus dengan SCL. Mendapatkan umpan-balik dari fasilitator. Temuan baru/ mengidentifikasikan tantangan belajar. Flipped Classroom

28 Prosedur LANGKAH 1: Menentukan pada pertemuan yang mana metode flipped-classroom dapat diterapkan. Bagaimana caranya? Melakukan identifikasi pada pertemuan mana dosen merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan aktivitas di kelas dan memerlukan mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan dan keahliannya. Melakukan identifikasi topik yang paling sulit dipahami oleh mahasiswa (didasarkan pada nilai ujian atau tugas sebelumnya). Melakukan identifikasi topik yang akan bermanfaat bagi mahasiswa dengan mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki dengan bimbingan dosen. 1 5 2 4 3

29 Prosedur LANGKAH 2: Merancang aktivitas daring dan aktivitas di kelas. Bagaimana caranya? Penting dicantumkan dalam RPS Contoh aktivitas: diskusi dan presentasi Kelompok, dll. 1 2 5 4 3

30 Prosedur LANGKAH 3: Menjelaskan hubungan antara aktivitas di luar kelas dan di dalam kelas. Bagaimana caranya? Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan: Apa yang dosen inginkan agar mahasiswa paham dan mampu menyelesaikan tahap proses perkuliahan ini? Apakah sudah sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah? Materi apa yang diperlukan mahasiswa agar dapat mengerjakan tugas yang lebih kompleks setelah kelas selesai? Apakah mhs mampu menghubungkan apa yang dikerjakan di kelas dengan tugas yang akan dikerjakan? Materi apa yang perlu diketahui mahasiswa agar dapat terlibat aktif dalam aktivitas di kelas? 1 2 5 4 3

31 Prosedur LANGKAH 4: Menyesuaikan materi pembelajaran agar dapat digunakan mahasiswa sebagai persiapan tatap muka di kelas. Bagaimana caranya? Dinamika kelas yang aktif membutuhkan persiapan yang baik dari mahasiswa dan dosen. Mahasiswa mempersiapkan mengikuti kelas dengan membaca materi yang relevan, video kuliah, podcasts, simulasi, audio, dll. Pada awal implementasi, dosen/ mahasiswa dapat menggunakan bahan atau konten daring yang ada. Hal yang penting adalah mendorong mahasiswa bertanggung-jawab untuk menyelesaikan tugas pra-kelas, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang dipelajari tersebut. 1 2 5 4 3

32 Prosedur Bagaimana caranya? LANGKAH 5: Memperluas pembelajaran di luar kelas melalui tugas individu maupun tugas kolaboratif. Ide untuk pendalaman materi meliputi forum diskusi dll. Penugasan dengan umpan balik. Mendorong mahasiswa untuk aktif dalam mengikuti diskusi-diskusi . 1 2 5 4 3

33 You only have to know one thing: “You can learn anything” (Khan Academy)

34 Rujukan Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longman. AUN-QA. (2015). Guide to AUN-QA Assessment at Programme Level Version 3.0. Bangkok: ASEAN University Network. Branch , R. M. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. New York: Springer. Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2014). The Systematic Design of Instruction (8 ed.). New York: Pearson. Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles of Instructional Design (4 ed.). New York: Harcourt Brace College Publishers. Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching (8 ed.). New Jersey: Pearson Education,Inc. Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (2015, Desember 28). Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44. Jakarta, DKI, Indonesia: Kemenristekdikti. Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016), Direktorat Pembelajaran – KemenristekDikti. Materi Pelatihan Blended Learning & Flipped Learning, Pusat Inovasi dan Kajian Akademik, Universitas Gadjah Mada.


Download ppt "KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN, DIREKTORAT PEMBELAJARAN Inovasi PEMBELAJARAN."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google