Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Seminar Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHAMKA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Seminar Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHAMKA"— Transcript presentasi:

1 STUDI SOSIOLOGIS MINAT PEMUDA DESA UNTUK URBANISASI Studi Kasus Desa Sukasari, Kabupaten Majalengka
Seminar Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHAMKA Oleh : Indah Meitasari M.Si Jumat, 19 Mei 2017 Indah Meitasari M. Si

2 Desa Sukasari Indah Meitasari M. Si

3 I. Pendahuluan Urbanisasi senantiasa berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi desa yang mendorong warganya untuk pindah ke kota mencari kehidupan yang relatif lebih layak. Bagi penduduk desa, kota memiliki daya tarik untuk mencari pekerjaan. Upaya membangun desa dilakukan oleh pemerintahan desa melalui bantuan dana desa, sehingga banyak mengalami kemajuan dari segi pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana desa. Meski demikian, kehidupan di kota bagi sebagian pemuda desa, masih tetap menjanjikan. Tulisan ini mengetengahkan minat pemuda untuk berurbanisasi di Desa Sukasari di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat yang memiliki kemajuan pembangunan dan kehidupan sosial yang dapat mengikat warga untuk tetap tinggal di desa. Indah Meitasari M. Si

4 Struktur Sosial Masyarakat Desa
Masyarakat dipandang sebagai sistem sosial yang mempunyai pola interaksi sosial yang terdiri atas komponen sosial yang teratur dan melembaga dengan karakteristik yang mencakup susunan status dan peran yang memunculkan nilai-nilai dan norma. Masyarakat selaku bagian dari struktur sosial akan melakukan tindakan sosial yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Struktur sosial di pedesaan berkaitan dengan pola hubungan sosial, interaksi yang terjalin secara intens, dan menciptakan interdependesi yang berlangsung secara terus menerus yang kemudian akan membentuk pola yang terorganisasi dari fungsi dan peranan yang ada. Indah Meitasari M. Si

5 Pengertian “desa” berasal dari Bahasa Sansekerta, deshi yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran, oleh karena itu sering dipahami sebagai tempat atau daerah, tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan , melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. (Jamaluddin, M.Ag 2015). Dengan cirinya tersebut sebagai tempat tinggal , tanah asal dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil, desa ditandai oleh keterikatan warganya. Indah Meitasari M. Si

6 Paul H Landis, seorang sarjana sosiologi pedesaan dari Amerika Serikat mengemukakan definisi desa dengan cara membuat pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Pertama, untuk tujuan analisis statistik, misalnya desa didefinisikan sebagai lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Kedua, untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memilki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Ketiga, untuk tujuan analisis ekonomi, desa di definisikan sebagai lingkungan yang penduduknya bergantung pada pertanian. (Jamaluddin, M Ag 2015). Dalam melakukan penelitian ke Desa Sukasari , menggunakan analisa sosial-psikologi dimana desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Indah Meitasari M. Si

7 II. Analisis Data Urbanisasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi). Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yakni pemuda usia tahun, dengan pertimbangan bahwa usia tersebut termasuk dalam kategori usia produktif, yang berhasil ditemui dan bersedia di wawancarai. Pertanyaan disusun secara terbuka (open-ended), tidak berstruktur (unstructured). Jumlah partisipan yang berhasil diwawancarai sebanyak 39 orang Dari 39 pemuda yang berhasil ditemui dan diwawancarai, sebanyak 27 orang atau 69% mengatakan tidak minat urbanisasi, sedangkan 1 orang atau 3 % menjawab tidak tahu dan 11 orang atau 28% menjawab berminat untuk urbanisasi . Berikut ini hasil wawancara terhadap empat orang pemuda ketika ditanya minatnya untuk urbanisasi Indah Meitasari M. Si

8 1. Nama pemuda: Asep, usia 25 tahun. Pekerjaan : Tukang Ojek
1. Nama pemuda: Asep, usia 25 tahun. Pekerjaan : Tukang Ojek. Mengenai urbanisasi menurutnya sama saja, tinggal di kota biaya hidup semakin besar dan belum tentu mendapatkan pekerjaan yang layak. Dia lebih memilih tinggal di desa Sukasari karena sudah nyaman dan dari kecil sudah tinggal di desa Sukasari. Asep sering kali di tawari pekerjaan di kota oleh saudaranya, awalnya sempat tertarik dan membayangkan kalau tinggal di kota serba enak, mendapat banyak uang. Tapi karena saudaranya yang tinggal di kota tidak mengalami banyak perubahan yang baik, maka Asep berpikir bahwa lebih baik tinggal di desa saja. Menurutnya, Desa Sukasari sudah maju, menurutnya Kepala Desa mampu menggunakan dan mengelola dana bantuan desa dengan sebaik mungkin untuk membangun desanya agar menjadi desa yang maju. Menurut Asep yang bekerja supir ojek, warga desa sangat ramah dan baik sekali, hal ini membuat Asep betah tinggal di desa kelahirannya ini. Indah Meitasari M. Si

9 2. Nama pemuda: Ajip, usia 25 tahun. Pekerjaan : Tukang Ojek
2. Nama pemuda: Ajip, usia 25 tahun. Pekerjaan : Tukang Ojek. Saat ditanya mengenai minatnya untuk untuk urbanisasi, Ajip menjawab berminat untuk bekerja di Jakarta, karena menurutnya jika pindah ke kota maka hidupnya akan jauh lebih baik lagi. Baginya, kota akan memberikan pekerjaan yang lebih baik. Kalau kini dirinya menjadi tukang ojek, maka bila di kota, meski tetap menjadi tukang ojek namun meningkat menjadi tukang ojek bebasis online yakni Gojek atau Grabjek. Menurutnya, menjadi tukang ojek disana sangat menguntungkan. Dirinya tergiur setelah menonton acara Televisi tentang supir ojek berbasis online Indah Meitasari M. Si

10 3. Nama : Sinta. Usia 16 tahun. Kota yang pernah disinggahi adalah Kota Bandung. Menurutnya kota Bandung adalah kota tren, karena banyak orang- orang mengenakan baju yang bagus-bagus. Beda dengan penampilan orang-orang desa Sukasari. Kalau ke kota, maunya hanya sementara, tidak ingin tinggal menetap, karena menurutnya di desa lebih aman, nyaman dan tentram di bandingkan di kota (Bandung). Sinta juga menolak untuk tinggal di kota seperti Jakarta karena menurutnya hidup di Jakarta sangat tidak enak, berbeda jauh kalau tinggal di desa Sukasari, disini warganya lebih ramah-tamah. Selain itu, dirinya tidak ingin jauh dari ibu dan adiknya oleh karena itu Sinta hanya ingin tinggal di Desa Sukasari. Indah Meitasari M. Si

11 4. Nama : Ilham. Usia: 18 tahun
4. Nama : Ilham. Usia: 18 tahun. Sejak kecil Ilham sudah tinggal di Desa Sukasari. Menurutnya, desa ini sangat menarik karena penduduknya ramah-ramah terhadap sesama, sifat kekeluargaannya sangat erat dan juga peduli terhadap lingkungan sekitar. Desa Sukasari ini menurut ilham sudah lebih maju dibandingkan desa-desa lain disekitarnya. Sarana dan fasilitas di Desa Sukasari ini sudah cukup memadai. Namun, Ilham ingin sekali setelah lulus sekolah nanti melanjutkan kuliah, sekaligus bekerja di kota, tepatnya di Kota Tangerang. Ilham sudah pernah PKL di Kota Tanggerang selama tiga bulan. Baginya cara bicara masyarakat di kota dengan masyarakat di desa itu sangat berbeda, jika di kota menurut ilham cara berbicaranya memakai nada tinggi seperti menghentak, terkesan sombong dan menyebalkan masyarakatnya. Berbeda dengan di Desa yang ramah terhadap sesama. Ilham memilih untuk pindah ke kota, dia ingin mendapatkan pekerjaan dan bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi sekaligus. Tetapi tidak akan melupakan Desa Sukasari. karena dia sudah terbiasa dengan desa ini. Terbiasa akan keramahan, kesopanan, dan kepedulian terhadap sesama warrga desa. Indah Meitasari M. Si

12 Indah Meitasari M. Si

13 Indah Meitasari M. Si

14 Indah Meitasari M. Si

15 Indah Meitasari M. Si

16 Nilai dan norma yang mereka miliki bersama adalah : 1. Gotong Royong
Dari hasil wawancara dengan para pemuda desa, ada faktor yang menentukan minat para pemuda di desa, Desa Sukasari memiliki pola interaksi sosial yang terdiri atas komponen sosial yang teratur dan melembaga yang memunculkan nilai-nilai dan norma. Nilai dan norma yang mereka miliki bersama adalah : 1. Gotong Royong Gotong Royong berarti saling membantu meringankan beban satu sama lain. Contohnya membersihkan masjid, membersihkan tanaman liar, membuat saluran pipa air sampai ke pelosok dusun. 2. Solidaritas Solidaritas adalah perasaan kebersamaan, senasib sepenanggungan dan saling meringankan penderitaan orang lain. Kegiatan yang dilakukan adalah kesusahan, sakit atau duka cita, seperti mengirimkan makanan bila ada tetangga yang berduka. Indah Meitasari M. Si

17 3. Komunal. Komunal adalah lawan dari sifat individual
3. Komunal. Komunal adalah lawan dari sifat individual. Lebih tepat dikatakan Guyub, yakni kerukunan dan keramahtamahan. Tercermin dari hubungan yang dekat, ramah dan akrab dengan para tetangga. Keakraban terlihat ketika berkumpul pada saat pengajian yang rutin diadakan di desa selepas sholat maghrib sampai Isya. Para ibu juga mengadakan pengajian majelis ta’lim di rumah. Selain itu, para remaja secara rutin berkumpul untuk berlatih kesenian marawis hadroh atau ikut berlatih olah raga pencak silat tradisonal Kuda Putih, yang merupakan ciri khas budaya mereka. Indah Meitasari M. Si

18 Ferdinand Tönnies ( ), Sosiolog asal Jerman, dalam bukunya berjudul Gemeinschaft und Gesellschaft, memisahkan dua dasar pengertian bentuk kehidupan manusia yang berbeda: Gemeinschaft adalah rasa keterikatan tradisional, ditandai dengan kepolosan, suatu yang wajar, solidaritas, keramah-tamahan, hubungan tetangga yang rukun secara tradisional. Merupakan ciri khas dalam kehidupan pedesaan. Sebuah komunitas kecil dengan orang yang hidup dengan latar belakang dan pengalaman serupa. Hampir semua orang tahu satu sama lain, serta interaksi sosial yang akrab seperti dalam kekerabatan. Gesellschaft menurut Tonnies adalah komunitas yang mencirikan kehidupan urban modern. Dalam komunitas ini, kebanyakan orang tidak mengenal satu sama lain dan merasakan sedikit kesamaan dengan penduduk yang lainnya. Hubungan-hubungan diatur oleh peran sosial yang tumbuh dari tugas-tugas yang mendesak, seperti pembelian sebuah barang atau mengatur pertemuan bisnis. Kepentingan pribadi mendominasi dan hanya sedikit kesepakatan tentang nilai-nilai atau komitmen kepada kelompok. Akibatnya kontrol sosial diserahkan pada teknik-teknik yang lebih formal, seperti hukum dan aturan berbentuk hukuman. (Soekanto, 2015) Indah Meitasari M. Si

19 Dari hasil penelitian ke Desa Sukasari, Majalengka
Dari hasil penelitian ke Desa Sukasari, Majalengka. Para mahasiswa yang melakukan wawancara mendalam terhadap 39 pemuda desa, menemukan bahwa kehidupan sosial budaya di Desa Sukasari memilik ciri Gemeinschaft. Adapun karakteristik tersebut sebagai berikut : Masyarakat yang ramah, senang bergotong-royong, bersifat kekeluargaan, saling menolong, memiliki rasa kebersaman, kompak dan saling mengenal. Nilai-nilai dan norma dalam karakteristik Gemeinschaft, disampaikan oleh Afif, 25 tahun, bahwa lingkungan tempat tinggalnya bersifat kekeluargaan, sering mendapat pertolongan teman, bahkan diberikan pinjaman mesin jahit untuk usaha. Alasan ini membuat Afif merasa berat meninggalkan kampung halaman tempat kelahirannya, Desa Sukasari. Begitupula yang disampaikan oleh Yuni, bahwa warga senantiasa bergotong royong dalam membangun desa, hal ini terlihat ketika membangun jalan beton menuju area pemakaman, disamping itu masyrakatnya ramah dan sangat menjunjung silaturahim Indah Meitasari M. Si

20 III. Kesimpulan Dari hasil studi lapangan yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Geografi UHAMKA, dari 39 pemuda desa, sebanyak 69% menyatakan tidak berminat untuk urbanisasi. Sisanya, 27 % mengatakan memiliki minat dan 1% menjawab tidak tahu. Hal ini memperlihatkan bahwa para pemuda kurang memiliki minat urbanisasi. Dari 11 pemuda yang berminat urbanisasi, 7 orang mengatakan dengan alasan ekonomi, dan 4 orang dengan alasan pendidikan. Sedangkan 69 % yang menyatakan tidak berminat urbanisai dengan berbagai alasan, namun terutama karena merasa nyaman dan aman tinggal di desa. Ada rasa Gotong-Royong, Solidaritas dan Komunal di antara warga desa.  Pembangunan dirasakan warga Desa Sukasari, yang memiliki kemajuan dalam membangun infrastruktur sarana dan prasarana desa yang sangat bermanfaat bagi kehidupan sosial mereka. Gotong-royong, Solidaritas dan Komunal merupakan karakteristik masyarakat Gemeinschaft yakni rasa keterikatan tradisional, solidaritas, keramah-tamahan, hubungan tetangga yang rukun dan membuat terjalinnya ikatan dan jaringan sosial diantara warga desa. Bila kondisi ini semakin terpelihara dengan baik, ditambah pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan pada warga, diharapkan semakin berukurang minat pemuda untuk urbanisasi. Indah Meitasari M. Si

21 Indah Meitasari M. Si

22 Daftar Pustaka : Jamaludin, Adon Nasrullah , Dr. M.Ag. Sosiologi Perdesaan. Pustaka Setia 2015. Soerjono Soekanto, Prof. Dr. Budi Sulistyowati Dra.MA. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers 2015. Indah Meitasari M. Si

23 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Dalam riwayat Bukhâri ada tambahan: Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalinkan jari jemari kedua tangannya. Nabi SAW juga bersabda :Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur. (HR. Bukhâri dan Muslim) Sumber:  Indah Meitasari M. Si


Download ppt "Seminar Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHAMKA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google