Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Konsep Gangguan Kesehatan pada Anak

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Konsep Gangguan Kesehatan pada Anak"— Transcript presentasi:

1 Konsep Gangguan Kesehatan pada Anak
Silvie Mil, SE, M.Pd

2 TIK Mampu mendeskripsikan tentang macam gangguan kesehatan pada anak
Mampu menjelaskan mekanisme penyebaran penyakit Mampu menganalisa imunisasi dalam mencegah dan mengurangi masalah kesehatan AUD Mampu mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mengontrol penyebaran penyakit pada AUD

3 Masalah Kesehatan pada AUD
masalah kesehatan yang sering dialami anak- anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan (Santrock, 2007: 157)

4 Macam-macam Penyakit pada Anak Usia Dini
Kurang Gizi / Malnutrisi tidak memenuhi kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhannya/ kekurangan zat-zat gizi tertentu, seperti kekurangan vitamin A, yodium, dan lain-lain. dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak, termasuk: Dalam kasus ringan:  pertumbuhan lambat perut bengkak tubuh kurus kehilangan nafsu makan kehilangan energi pucat (anemia) luka di sudut-sudut mulut sering pilek dan infeksi lainnya rabun ayam

5 Dalam kasus yang lebih serius, malnutrisi dapat menyebabkan:
berat badan tidak bertambah pembengkakan kaki (kadang-kadang muka juga) bintik hitam, 'memar', atau buka mengupas luka rambut menipis atau bahkan rontok kurangnya keinginan untuk tertawa atau bermain luka dalam mulut kecerdasan tidak berkembang 'Mata kering' (xeroftalmia) kebutaan

6 Penanggulangan Malnutrisi
dengan memberikan makanan bergizi secara cukup, atau memberinya lebih banyak / sering makan. Penambahan (fortifikasi) zat-zat nutrisi esensial misalnya zat besi, kalsium, vitamin, protein dll pada makanan juga sangat baik untuk memenuhi kekurangan zat tersebut. Usahakan selalu berpedoman pada pola 4 sehat 5 sempurna dalam memenuhi makan anak-anak.

7 B. Diare dan Disentri Ditandai frekwensi buang air besar >4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. BERBAHAYA: dehidrasi/kehilangan terlalu banyak cairan dari tubuh. jika disertai muntah-muntah. Bayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat: sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin  Oralit. Jika anak dalam masa pemberian ASI, lanjutkan pemberian ASI, tetapi juga perlu ditambahkan cairan / minum agar tidak mengalami dehidrasi. Bahaya besar kedua untuk anak-anak yang terkena diare adalah kekurangan gizi. Berikan anak makanan bergizi.

8 C. Demam dikatakan demam jika suhu tubuhnya melebihi dari 37,5°C waktu diukur dengan termometer. Pada anak-anak kecil, demam tinggi (lebih dari 39°C) dapat dengan mudah menyebabkan kejang atau kerusakan otak. Untuk menurunkan demam, dapat dilakukan beberapa hal: Kompres dengan air hangat Berikan obat pereda demam Memberikan banyak cairan Istirahat yang cukup

9 D. Kejang Penyebab dari kejang pada anak-anak antara lain demam tinggi, dehidrasi, epilepsi, dan meningitis Tanda-tanda kejang pada anak, di antaranya: kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan- gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas. gigi terkatup Muntah tak jarang si anak berhenti napas sejenak. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil. pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit

10 E.  Meningitis sebagai komplikasi dari campak, gondok, atau yang lain yang serius penyakit atau anak-anak dari ibu yang memiliki TB mungkin mendapatkan meningitis TBC Gejala yang khas dan umum: (Utk anak usia > 2 tahun) demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), Mual/muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri

11 Meningitis pada bayi: sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui. Meningitis yang disebabkan virus  ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Pencegahan: Mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ke toilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi berolahraga yang teratur Pemberian imunisasi vaksin meningitis

12 F. Anemia Tanda-tanda umum pada anak-anak, antara lain:
pucat, terutama di dalam kelopak mata, gusi, dan kuku lemah dan cepat lelah tampak seperti malnutrisi glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit) diare dan kehilangan nafsu makan Penyebabnya antara lain: kurang zat besi infeksi usus kronis cacing tambang malaria

13 Pencegahan dan Pengobatan:
Makan makanan yang kaya zat besi seperti daging dan telur. Kacang, lentil, kacang tanah (kacang tanah), dan gelap hijau sayuran juga memiliki beberapa besi. Seringkali dijumpai adanya cacing tambang pada anak anemia. Jika anda mencurigai adanya cacing tambang, periksakan feses anak di laboratorium. Jika ditemukan telur cacing tambang, segera lakukan pengobatan untuk mengusir cacing tambang ini. Jika perlu, berikan garam besi dengan mulut (ferro sulfat).

14 G. Cacing dan Parasit lain
Jika salah satu anak dalam keluarga diketahui menderita cacingan, semua anak dalam keluarga harus dirawat atau diobati untuk memastikan hilangnya cacing. Pencegahan: Menjaga kebersihan menggunakan jamban. Tidak bertelanjang kaki. tidak makan daging mentah atau ikan mentah atau yang setengah matang. Minum hanya air rebus atau murni.

15 H. Masalah Kulit Masalah kulit yang paling umum dijumpai pada anak- anak antara lain: Kudis terinfeksi luka dan impetigo kurap dan infeksi jamur lainnya Untuk mencegah masalah kulit dapat dilakukan cara- cara berikut: Yang paling utama: jagalah kebersihan Mandikan anak sesering mungkin yang bersih Pengendalian kutu busuk, kutu, dan kudis. Jangan biarkan anak-anak yang menderita kudis, kutu, kurap, atau luka yang terinfeksi bermain atau tidur bersama dengan anak-anak sehat.

16 I. Pink Eye (Conjunctivitis)
Pinkeye/konjungtivitis adalah selaput membran jernih yang radang dan kemerahan yang meliputi bagian putih pada mata dan membran pada bagian dalam kelopak mata. Disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, meskipun alergi, bahan beracun dan penyakit yang mendasarinya mungkin juga berperan. Pengobatan: Bersihkan kelopak mata dengan kain basah yang bersih beberapa kali sehari. Gunakan salep mata antibiotik di dalam kelopak mata 4 kali sehari. Jangan biarkan anak dengan mata merah muda bermain atau tidur dengan orang lain. Jika dia tidak tidak sembuh dalam beberapa hari, hubungi dokter atau petugas kesehatan. Hindari menyentuh daerah mata, dan cucilah tangan anda sesering mungkin, terutama setelah menggunakan obat-obatan untuk area tersebut. Jangan pernah berbagi handuk atau saputangan, dan buanglah tisu-tisu segera setelah digunakan. Ganti seprai dan handuk setiap hari. Gunakan pembasmi hama pada semua permukaan, termasuk permukaan konter, bak cuci dan tombol pintu. Buanglah semua alat rias yang digunakan saat terinfeksi.

17 J. Pilek dan Flu Flu biasa, dengan hidung meler, demam ringan, batuk, sering sakit tenggorokan, dan kadang- kadang diare adalah sering tapi bukan masalah serius pada anak. Berikan banyak cairan pada anak. Biarkan anak banyak istirahat atau tidur. Berikan makanan bergizi dan buah-buahan agar anak-anak terhindar pilek dan cepat sembuh. Jika seorang anak yang menderita flu menjadi sangat sakit, demam tinggi, pernapasan cepat, mungkin si anak menderita pneumonia, segera hubungi dokter.

18 K. Sakit Telinga dan Infeksi Telinga
Infeksi telinga adalah umum pada anak-anak kecil. Demam akan meningkat, dan anak sering menangis atau menggosok bagian samping kepalanya. Kadang-kadang nanah bisa dilihat di telinga. Pada anak-anak kecil infeksi telinga kadang-kadang dapat menyebabkan muntah atau diare. Jadi, ketika seorang anak mengalami diare dan demam pastikan untuk memeriksa telinganya. Pengobatan: ·         Adalah penting untuk mengobati infeksi telinga segera mungkin. Berikan antibiotik penisilin seperti atau kotrimoksazol. Pada anak-anak di bawah 3 tahun, ampisilin sering bekerja lebih baik. Berikan acetaminophen untuk meredakan rasa sakit. Aspirin juga bekerja tetapi tidak aman bagi anak-anak. ·         Bersihkan nanah yang keluar dari telinga dengan kapas secara hati-hati. ·         Anak-anak yang menderita telinga bernanah harus mandi secara teratur, hindarkan berenang atau menyelam minimal 2 minggu setelah kesembuhannya. Untuk mencegah infeksi pada telinga, bersihkan telinga si anak secara rutin dan hati-hati.

19 Mengapa imunisasi bayi penting dilakukan?
Anak memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari virus dan bakteri sejak ia masih dalam kandungan. sel pembentuk antibodi, sel B dan sel T, telah terbentuk sejak usia kehamilan 14 minggu dan terus berkembang di tahun pertama kelahiran. Dengan melakukan imunisasi bayi, berarti melindungi bayi dari berbagai penyakit di masa yang akan datang vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda akan membantu sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya Prosedur ini cepat, aman, dan sangat efektif. Jika anak tidak diimunisasi, anak akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.

20

21 Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel
Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalent) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2,3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2,4, dan 6 bulan. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk usia lebih dari 7 bulan diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada usia tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.

22 Vaksin pneumokokus (PCV)
Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia ≥ 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia ≥ 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.

23 Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Vaksin human papilloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1- 2 tahun berikutnya. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6, dan 12 bulan.

24 Faktor-faktor yang dapat mengontrol penyebaran penyakit pada AUD
Vaksinasi: Dapat mengurangi penyebaran penyakit selama terjadinya wabah atau sebagai bagian dari program jangka panjang pemberantasan penyakit untuk mengurangi penyebaran infeksi. Pengobatan: Administrasi obat-obatan (antibiotik atau anthelmintik) dapat digunakan sebagai bagian dari program pengendalian atau untuk mengurangi risiko penyakit yang terjadi. Pengendalian vektor dan reservoir penyakit: Penyakit menular dapat ditularkan oleh serangga penular penyakit atau induk reservoir berbeda (Nipah virus). Pengendalian vektor dan induk reservoir akan membantu pengendalian penyakit. Upaya-upaya keamanan: Upaya-upaya keamanan meliputi kebersihan, pembasmian kuman, dan upaya-upaya pengelolaan lainnya yang dapat mengurangi penyebaran penyakit. Dapat dilakukan di tingkat hewan, kawanan hewan, peternakan atau wilayah.


Download ppt "Konsep Gangguan Kesehatan pada Anak"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google