Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

LANJUTAN ANALISIS FUNDAMENTAL Chairul Anam. 2 FAKTOR FUNDAMENTAL 1. Aspek Makro Ekonomi2. Aspek Industri3. Aspek Perusahaan.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "LANJUTAN ANALISIS FUNDAMENTAL Chairul Anam. 2 FAKTOR FUNDAMENTAL 1. Aspek Makro Ekonomi2. Aspek Industri3. Aspek Perusahaan."— Transcript presentasi:

1 LANJUTAN ANALISIS FUNDAMENTAL Chairul Anam

2 2 FAKTOR FUNDAMENTAL 1. Aspek Makro Ekonomi2. Aspek Industri3. Aspek Perusahaan

3 3 1. Aspek Ekonomi Makroa. Tingkat Inflasib. Tingkat Pengangguranc. Tingkat Suku Bungad. Gross Domestic Product (GDP)e. Defisit Anggaran

4 4 a. Tingkat Inflasi Yaitu peningkatan harga barang/jasa pada suatu periode tertentu, yang disebabkan oleh : 1. Terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran 2. Penurunan nilai rupiah terhadap mata uang asing, sehingga terjadi kenaikan biaya produksi yang mendorong kenaikan harga jual

5 5 LANJUTAN 3. Terjadi pertumbuhan uang yang beredar yang melampaui kesediaan barang/jasa Jika suatu negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi maka akan menurunkan pendapatan riil dari investasi

6 6 b. Tingkat Pengangguran Merupakan salah satu indikator untuk melihat gambaran perekenomian suatu negara 1. Dalam keadaan krisis ekonomi maka tingkat pengganguran meningkat, sebaliknya jika terjadipertumbuhan ekonomi maka akan terjadi full capacity dalam produksi barang/jasa sehingga banyak tanaga kerja yang terserap

7 7 LANJUTAN 2. Tingkat pengangguran dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk berinvestasi disuatu negara apakah tersedia tenaga kerja yang cukup atau tidak 3. Tingkat pengangguran secara tidak langsung berhubungan dengan daya beli

8 8 c. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan faktor negatif bagi Pasar Modal. Karena investor lebih cenderung menginvestasikan dananya di Bank dengan perhitungan akan memberikan return yang tinggi dan dengan risiko yang relatif rendah (riskless investment) Suku Bunga yang tinggi kurang menguntungkan bagi dunia usaha, karena akan menaikan harga pokok produksi dan harga jual. Akibatnya konsumen akan menunda pembelian yang pada akhirnya menurunkan penjualan /profit perusahaan

9 9 d. Gross Domestic Product (GDP) Yaitu jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan domestik & asing pada suatu negara dalam periode tertentu 1. Merupakan indiktor pertumbuhan ekonomi suatu negara 2. Jika produksi barang/jasa meningkat, dapat diasumsikan bahwa suatu negara sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan ini dapat digunakan sebagai sinyal yang baik untuk berinvestasi di negara tersebut

10 10 e. Defisit Anggaran 1. Defisit anggaran didasarkan oleh Neraca Pemba- yaran suatu negara terhadap aktivitas ekonomi internasional, baik yang bersifat komersial maupun finansial 2. Kemampuan suatu negara untuk membiayai ang- garan belanjanya merupakan salah satu indikator perkembangan perkekonomian negara tersebut.

11 11 LANJUTAN 3. Apabila untuk membiayai kebutuhan rutinnya saja sudah sulit, tentu dapat diduga kemampuannya dalam perdagangan internasional. 4. Hal ini menjadi suatu pertimbangan bagi investor untuk menginvestasikan dananya pada suatu negara baik dalam rangka Direct Foreign Invest- ment (DIF) maupun Undirect Foreign Investment

12 12 2. Aspek Industri Penilaian ini sangat terkait dengan kinerja suatu perusahaan dalam kelompok industrinya. Sebagai contoh : Pada saat terjadi peristiwa WTC 1 September 2001 industri penerbangan dan asuransi di USA mengalami pukulan, karena banyak orang takut bepergian dengan pesawat dan asuransi harus membayar klaim atas hancurnya gedung WTC Pada saat permulaaan krisis moneter hampir semua industri dalam negeri mengalami dampaknya dan yang paling parah adalah sektor keuangan dan perbankan. Sebaliknya perusahaan costumer goods dan sektor pertanian yang berorientasi ekspor justru meraih keuntungan

13 13 3. Aspek Perusahaan Yaitu penilaian terhadap kinerja dan prospek suatu perusahaan, sehingga diketahui apakah layak untuk wadah berinvestasi atau tidak Salah satu alat untuk menilai kinerja dan prospek perusahaan adalah melalu Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan R/L Perusahaan yang telah listing di Bursa wajib menyampaikan dan memberikan Laporan Keuangannya kepada publik dan dipublikasikan melalui media cetak

14 14 Analisa Laporan Keuangan & Analisa Rasio Dari Analisa Laporan Keuangan dan Analisa Rasio akan diketahui tentang kondisi perusahaan sbb. : a. Tingkat Keuntungan (Profitabilitas)b. Posisi Hutang (Solvabilitas)c. Tingkat Likuiditas (Liquidity)d. Penilaian Rasio Sekuritas (saham dan Obligasi)

15 15 a. Tingkat Keuntungan (Profability Ratio) 1. Return on Asset (ROA) : EBT/Assets x 100 % = Rasio ini menunjukkan seberapa jauh aset perusahaan dapat dapat diberdayakan untuk menghasilkan laba 2. Return on Equity (ROE) EAT/Equity x 100% = Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari modal sendiri (ekuitas) 3. Net Profit Margin (NPM) EAT / Sals x 100% = Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total penjualan

16 16 b. Posisi Hutang (Solvability Ratio) 1. Debt to Equity Ratio : Total Liability/Equity x 100 % = Rasio ini menunjukkan porsi sumber dana perusahaan apakah lebih banyak dari ekuitas (modal sendiri) atau dari pinjaman/hutang 2. Debt to Total Asset : Total Liability/Asset x 100 % = Rasio ini menunjukkan berapa besar Asset perusahaan yang telah dibiayai dari dana pinjaman/ hutang atau berapa besar hutang perusahaan dapat dijamin dengan assetnya

17 17 c. Tingkat Likuiditas (Liquidity Ratio) 1. Curent Ratio : Current Asset/Current Liabilities x 100% = Menunjukkan kemampuan emiten untuk melunasi hutang/kewajiban jangka pendeknya dari sumber dana jangka pendek. Semakin tinggi rasio ini semakin baik 2. Quick Ratio : (Current Asset-Inventory) / Current Liabilies x 100% = Menunjukkan kemampuan emiten untuk melunasi hutang/kewajiban jangka pendeknya dari sumber dana jangka pendek yang paling lancar (cash & equivalent). Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi tingkat likuiditas emiten.

18 18 d. Penilaian Rasio Sekuritas S a h a m : 1. Earning Per Share (EPS) : EPS : EAT/Total Share x Rp 1,-= Merupakan keuntungan (return) yang diperoleh investor per sahamnya

19 19 LANJUTAN 2. Price Earning Ratio (PER) PER : Share Price/EPS x 1 kali = Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, yang dihitung dalam satuan kali. Bagi investor semakin kecil rasio ini semakin baik, karena saham ydm termasuk murah

20 20 LANJUTAN 3. Net Asset Value/Book Value Ratio (BV) BV : Equity/Total Share x Rp 1,- = Menggambarkan perbandingan antara Total Modal (Ekuitas) terhadap jumlah saham yang beredar

21 21 4. Price to Book Value (PBV) PBV : Share Price /Book Value x 1 kali = Menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham emiten. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek emiten tersebut.

22 22 5. Dividend Payout Ratio (DPR) DPR : Dividend per share/EPS x 100%= Menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepeda investor dalam bentuk dividen

23 23 6. Dividend Yield (DY) DY : Dividend per share/Share Price x 100% = Menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham. Semakin besar rasio ini semakin menarik bagi investor.

24 24 O B L I G A S I : 1. Current Yield (CY) : CY : Annual Coupon/Bond Price x 100% = Menggambarkan hasil kupon yang diperoleh dibandingkan dengan Harga Pasar obligasi, dinilai dalam % tase

25 25 2. Convertion Ratio (Rasio Konversi) : CR: Par Value Bond/ Convertion Share Price x 1 kali = Menggambarkan berapa kali obligasi konversi dihargai dibandingkan dengan nilai saham yang diperoleh


Download ppt "LANJUTAN ANALISIS FUNDAMENTAL Chairul Anam. 2 FAKTOR FUNDAMENTAL 1. Aspek Makro Ekonomi2. Aspek Industri3. Aspek Perusahaan."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google