Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHARI BUDIARTO Telah diubah "4 tahun yang lalu
1
LELI FITRIYANI 1110931012 Dosen Pembimbing : Henmaidi, Ph.D
QUALITY CONTROL PRODUK SLAB BAJA JENIS MICRO ALLOY DENGAN METODE SIX SIGMA – DMAIC (Studi Kasus PT Krakatau Steel Di Pabrik SSP I) LELI FITRIYANI Dosen Pembimbing : Henmaidi, Ph.D
2
Sejarah Berdirinya PT Krakatau Steel
3
Visi dan Misi Perusahaan
Menjadi perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif, untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, menjadi perusahaan terkemuka di dunia. Visi Menyediakan produk baja bermutu, dan jasa terkait, bagi kemakmuran bangsa Misi
4
ALIRAN PRODUK PT KRAKATAU STEEL
Sponge Steel Making Billet Steel Wire Rod Hot Strip Coil Cold Roll C/S Slab Steel Hot Strip Sheet
5
Bagaimana kualitas slab baja jenis micro alloy yang dihasilkan pabrik SSP I saat ini dan bagaimana pengendalian kualitas kualitas slab baja dalam mengurangi jumlah produk yang cacat maupun produk dengan proses lanjut (rework) sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Perumusan Masalah
6
Tujuan Penelitian Mengenal proses produksi slab baja
Menentukan nilai Level Sigma untuk mesin CCM 1 dan CCM 2 Menentukan Jenis cacat yang sering terjadi Memberikan usulan perbaikan untuk mengurangi cacat produk
7
Batasan Masalah Penelitian dilakukan di PT Krakatau Steel khusus di pabrik SSP I Data yang diolah merupakan data inspeksi produk slab baja sebelum repair selama tahun 2013 Data yang digunakan yaitu cacat produk pada slab jenis micro alloy Penyelesaian masalah menggunakan metode Six Sigma DMAIC dengan batas penyelesaian sampai pada tahap analisis
8
Landasan Teori Kualitas Tujuan Pengendalian Kualitas
Kemampuan produk untuk digunakan konsumen sehingga dapat memberikan kepuasan bagi yang menggunakan produk tersebut sesuai dengan fungsinya. Kualitas Mendapatkan jaminan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis Tujuan Pengendalian Kualitas
9
Six Sigma Merupakan standar deviasi suatu proses. Nilai six sigma dapat diartikan seberapa sering cacat yang mungkin terjadi. Jika semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil toleransi yang diberikan untuk kecacatan. Tingkat pencapaian six sigma
10
Siklus DMAIC
11
Metodologi Penelitian
12
Penyelesaian Kasus Tahapan Penyelesaian masalah menggunakan metode six sigma yaitu : 1. Define (D) Menentukan jenis – jenis cacat yang terjadi pada slab baja dan Critical to Quality (CTQ). Kriteria yang ditentukan dalam CTQ yaitu : a. Lebar slab harus sesuai dengan ukuran (standar lebar slab minimal yaitu 500 mm) b. Ketebalan minimal (Standarnya mm) c. Bengkok dan lengkung maksimal sesuai toleransi yang ditetapkan d. Permukaan slab baja bebas cacat
13
Jenis cacat pada slab
14
Quality to Control Slab Baja
15
Penyelesaian Kasus 2. Measure (M) a. Menjelaskan proses produksi menggunakan diagram SIPOC 1. Proses Peleburan (Melting) Proses Metalurgi Sekunder
16
3. Proses Pengecoran (Casting) 4. Proses Inspeksi
Penyelesaian Kasus 3. Proses Pengecoran (Casting) Proses Inspeksi
17
Data Cacat produk Jenis Micro alloy di SSP I mesin CCM 1 Tahun 2013
18
Data Cacat produk Jenis Micro alloy di SSP I mesin CCM 2 Tahun 2013
19
Peta Kendali Pembuatan peta kendali bertujuan untuk melihat apakan data yang digunakan dalam melakukan perhitungan six sigma nantinya berada dalam batas kontrol atau tidak. Langkah pembuatan peta kontrol: 1. Melakukan pemeriksaan untuk cacat slab Jumlah produksi pada mesin CCM 1 = 1286 Jumlah produksi pada mesin CCM 2 = 1459 2. Menghitung jumlah cacat yang terjadi 3. Menentukan jumlah cacat rata – rata dari slab yang diperiksa
20
4. Menentukan standar deviasi untuk masing masing mesin CCM dengan rumus 5. Menentukan batas kendali masing – masing mesin CCM Mesin CCM 1 :
21
Data Batas Kendali Mesin CCM 1
23
Data batas kendali mesn CCM 1 setelah revisi
Data Batas Kendali Mesin CCM 1 Setelah Revisi Data batas kendali mesn CCM 1 setelah revisi CL = 0,0047 UCL = 0, 047 LCL = - 0, 038
24
Peta kendali mesin CCM 1 setelah revisi
25
Batas Kendali untuk Mesin CCM 2 : CL = 0,0069 UCL = 0,15 LCL = - 0,136
27
Pengolahan Data Penentuan nilai Six Sigma untuk Mesin CCM 1 a. Defect Per Opportunity (DPO): b. Defect Per Million Opportunity (DPMO)
28
Perhitungan level sigma: Level Sigma untuk mesin CCM 1
29
Pengolahan Data Penentuan nilai Six Sigma untuk Mesin CCM 2
a. Defect Per Opportunity (DPO): b. Defect Per Million Opportunity (DPMO)
30
Perhitungan level sigma untuk mesin CCM 2 :
31
3. Analisis (A) Tahap ke 3 dari metode six sigma yaitu tahap analisis
3. Analisis (A) Tahap ke 3 dari metode six sigma yaitu tahap analisis. Pada tahap ini dicari akar permasalahan terjadinya cacat pada slab baja yang dihasilkan.
32
Diagram Paretto untuk Jenis Cacat yang terjadi di Mesin CCM 1 pada Pabrik SSP I
33
Diagram Paretto untuk Jenis Cacat yang terjadi di Mesin CCM 2 pada Pabrik SSP I
34
Fishbone Diagram Untuk Retak Melintang Sudut (RMS dan RS) pada Mesin CCM 1
35
Fishbone Diagram Retak Melintang
36
Usulan Perbaikan dilakukan untuk :
1. Manusia a. Mengadakan peningkatan pelatihan b. Pengawasan lebih terhadap pekerjaan c. Membuatkan suatu alat bantu dalam menentukan takaran pemberian casting powder 2. Mesin a. Melakukan perawatan secara berkala b. Pembaharuan terhadap peralatan produksi 3. Metode SOP di buatkan dan tempel pada tempat kerja. 4. Material Dalam pencampuran material pastikan operator telah terlatih 5. Lingkungan kerja Setiap operator harus menggunakan APD saat bekerja. Jika ada yang tidak menggunakan APD maka akan diberikan sanksi yang tegas.
37
Kesimpulan Proses produksi di PT. Krakatau Steel telah terintegrasi dimana PT. Krakatau Steel mempunyai 6 pabrik yang saling terhubung untuk menghasilkan baja yang berkualitas. Setiap pabrik memiliki quality control yang selalu menginspeksi setiap barang yang akan di kirim ke konsumen. Penentuan nilai level sigma yang dilakukan terhadap dua mesin yang digunakan dalam proses produksi slab baja di pabrik SSP I. penentuan level sigma bertujuan untuk mengetahui tingkat produk cacat yang dihasilkan oleh pabrik SSP I. Apabil tingkat level sigma tinggi maka semakin kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan sehingga semakin tinggi kapabilitas proses, dan hal itu dikatakan semakin baik. Nilai level Sigma tertinggi yaitu 6 sehingga diharapkan nilai yang didapatkan mendekati level 6.
38
Kesimpulan Nilai level sigma yang didapatkan untuk mesin CCM 1 yaitu 4,809 dan untuk CCM 2 yaitu 4,70. Nilai level sigma yang didapatkan ini telah mencapai level rata – rata industri USA dengan persentase yang memenuhi spesifikasi yaitu 99,379%. meskipun begitu untuk nilai DPMO yang didapatkan masing - masing CCM yaitu 466,5 dan 685,4 dapat diartikan bahwa masih terdapat peluang cacat sebanyak yaitu 466,5 dan 685,4 dari sejuta peluang dalam produksi. Jenis cacat yang paling banyak terjadi di mesin CCM 1 yaitu retak melintang sudut dengan persentase kumulati 48,1% dan cacat yang paling banyak terjadi di mesin CCM 2 yaitu retak melintang dengan persentase kumulatif yaitu 27,9%.
39
TERIMAKASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.