Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehMaman Med Telah diubah "4 tahun yang lalu
2
PROF.DR. SAID AGIL HUSIN AL-MUNAWAR, MA. PROF.DR. ADANG DJUMHUR SALIKIN, MAg. PROGRAM PASCASARJANA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON تخريج الحديث
3
PENGERTIAN TAKHRIJ Kata takhrij ( تخريج ) adalah bentuk mashdar dari ( خرّج - يخرّج - تخريجا ), yang secara bahasa berarti mengeluarkan sesuatu dari tempatnya. Takhrij secara istilah: التخريج هو الدلالة على موضع الحديث في مصادره الأصلية التي أخرجته بسنده. ثم بيان مرتبته عند الحاجة المراد بالدلالة على موضع الحديث "Menunjukkan letak hadits dari sumber-sumber aslinya (sumber primer), untuk kemudian diterangkan rangkaian sanadnya, dan dinilai derajat haditsnya jika diperlukan.
4
Takhrij berarti: Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya, atau berbagai sumbernya, dengan mengikutsertakan metode periwayatannya dan kualitas haditsnya. Mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli secara lengkap dengan matarantai sanad masing- masing dan dijelaskan kualitas hadits yang bersangkutan.
5
Tujuan Takhrij: adalah mengetahui derajat suatu hadits, apakah maqbul atau mardud. Termasuk di dalamnya, mengetahui asal-usul riwayat hadits, ada tidaknya syahid dan mutabi’ pada mata rantai sanad.
6
Manfaat Takhrij Al-Hadits: 1.Memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadits shahih, hasan, ataupun dhaif, shahih lighairi dan hasan lighairih, mutawatir, massuhur, aziz dan gharib, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya. 2.Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadits adalah hadits makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadits adalah mardud (tertolak). 3.Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadits adalah benar- benar berasal dari Rasulullah SAW. Yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadits tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.
7
Ilmu yang harus dikuasai: 1.Bahasa Arab. Karena literatur yang dipakai dalam takhrij hadits adalah kitab- kitab yang berbahasa Arab. 2.Ilmu Ushul al-Hadits alias Ilmu Mushthalah Hadits. 3.Ilmu at-Tarajum dan Ilmu al-Jarhi wa at- Ta’dil. Ilmu ini berkaitan dengan rawi dari setiap hadits yang akan ditakhrij, masa hidupnya dan penilaian ulama terhadapnya.
8
Sejarah Takhrij Al-Hadits Penguasaan para ulama terdahulu terhadap sumber-sumber As-Sunnah begitu luas, sehingga mereka tidak merasa sulit jika disebutkan suatu hadits dan mencarinya dalam kitab- kitab As-Sunnah. Ketika semangat belajar sudah melemah, terdapat kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadits yang dijadikan sebagai rujukan para ulama dalam ilmu- ilmu syar'i. Maka sebagian ulama bangkit dan memperlihatkan hadits-hadits yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab-kitab As-Sunnah yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari yang shahih atas yang dla'if.
9
1.Takhrij Menurut Lafaz Pertama Matan Hadis. Contohnya, jika mau mentakhrij hadis yang berbunyi: مَنْ حَدَّثَ عَنِّى حَدِيْثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِيْنَ Maka, langkah yang ditempuh adalah menentukan urutan huruf-huruf yang terdapat pada lafaz pertamanya, kemudian lafaz-lafaz selanjutnya. Lafaz pertama dari hadis di atas dimulai dengan huruf mim, maka dibuka kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan metode ini pada bab mim. Kemudian mencari huruf kedua setelah mim, yaitu nun..Berikutnya mencari huruf-huruf selanjutnya, yaitu ha, da, dan tsa. Demikianlah seterusnya mencari huruf- huruf hijaiyah pada lafaz-lafaz matan hadis tersebut. METODE TAKHRIJ:
10
Di antara kitab-kitab yang menggunakan metode ini: a.Al-Jami’ al-Shaghir min hadis al-Basyir al-Nadzir, karangan al-Suyuthi (w.911 H). b.Al-Fath al-Kabir fi Dhamm al-Ziyadat ila al-Jami’ al- Shagir, karangan al-Suyuthi. c.Jam’al-jawawi’ aw al-Jami’ al-Kabir, juga karangan al- Suyuthi. d.Al-Jami’ al-Azhar min hadis al-Nabi al-Anwar, oleh al- Minawi (w.1031). e.Hidayat al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari, oleh’Abd al-Rahim ibn ’Anbar al-Thahawi (w.1365). f.Mu’jam jami’ al-Ushul fi Ahadis al-Rasul, oleh Imam al- Mubarak ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jazari. METODE TAKHRIJ:
11
2. Takhrij Melalui Kata-kata dalam Matan hadis, baik berupa isim atau fiil. Hadits-hadits yang dicantumkan adalah berupa potongan atau bagian dari hadits, dan para ulama yang meriwayatkannya beserta nama kitab-kitab induk hadits yang dikarang mereka, dicantumkan di bawah potongan hadits-hadits tersebut. Umpamanya, pencarian hadis berikut: إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ صَلاَةً مِنْ غَيْرِ طَهُوْرٍ, وَلاَ صَدَقَةً مِنْغُلُوْلٍ Dalam pencarian hadis di atas dapat ditelusuri melalui kata-kata Thahurin, Shadaqotan, dan Ghululin. Akan tetapi, dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata ghululin karena kata tersebut jarang adanya ketimbang kata-kata yang lain dari hadis di atas, agar mudah di dalam mencari sumber hadis tersebut dari mana asalnya. METODE TAKHRIJ:
12
3. Takhrij melalui perawi hadis pertama, baik perawi tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya muttashil sampai kepada Nabi saw, atau dari kalangan Tabi’in, apabila hadis tersebut mursal. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini mencantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para perawi pertama tersebut.
13
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah kitab-kitab al-Athraf dan kitab-kitab Musnad. Kitab al-Athraf adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat. Penyusunnya hanya menyebutkan beberapa kata atau pengertian dari matan hadis. Sementara dari segi sanad, seluruh sanadnya dikumpulkan. Di antara kitab-kitab al-Athraf ini adalah: Athraf al-Shahihain, karya Imam Abu Mas’ud Ibrahim al-Dimasyqi (w.400 H), Athraf al-Kutub al-Sittah, karya Syams al- Din al-Maqdisi (w. 507 H).
14
Kitab Musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan perawi teratas, yaitu sahabat, dan memuat hadis-hadis setiap sahabat. Kitab ini menyebutkan seorang sahabat dan di bawah namanya dicantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw beserta pendapat dan tafsirannya. Suatu kitab musnad tidaklah memuat keseluruhan sahabat, ada diantaranya yang memuat sahabat dalam jumlah besar dan ada yang memuat sahabat-sahabat yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu, seperti musnad sahabat yang sedikit riwayatnya, atau musnad sepuluh sahabat yang di jamin masuk syurga, atau bahkan ada musnad yang memuat hadis-hadis dari satu orang sahabat, seperti musnad Abu Bakar.
15
4. Takhrij berdasarkan tema hadits. Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits. Untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadits yang akan di-takhrij, kemudian baru mencarinya melalui tema tersebut pada kitab-kitab yang disusun menggunakan metode ini. Seringkali suatu hadits memiliki lebih dari satu tema, dan mukharrij harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin di kandung oleh hadits tersebut. Contohnya pada hadits berikut: أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، ويقيموا الصلاة، ويؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام، وحسابهم على الله. Hadis di atas mengandung beberapa tema, yaitu iman, tauhid, salat, dan zakat. Berdasarkan tema-tema tersebut, maka hadis di atas harus dicari di dalam kitab-kitab hadis dengan tema-tema itu.
16
Di antara kitab berdasarkan metode ini: a.Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karya al-Muttaqi al-Hindi. b.Miftah Kunuz al-Sunnah oleh A.J Wensink. c.Nashb al-Rayah fi Takhrij Ahadis al- Hidayah oleh al-Zayla’i. d.Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah oleh Ibnu Hajar al-Asqholany. Dan kitab-kitab lainnya yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu dalam bidang Fiqh, Hukum, Targhib dan Tarhib, Tafsir, serta Sejarah.
17
5. Takhrij berdasarkan status hadits Metode ini menghimpun hadis berdasarkan statusnya, seperti Hadis-hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal, dan lainnya. Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah: a. Al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya al-Suyuthi. b. Al-Ittihafat al-Sanariyyat fi al-Ahadis al-Qudsiyyah karya al-Madani. c. Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya. Demikianlah beberapa metode takhrij yang dapat digunakan meneliti hadis-hadis Nabi saw dari segi sanad dan matannya, terutama dari segi status diterima (maqbul) dan ditolak (mardud)-nya suatu hadis.
18
Kitab-kitab yang digunakan dalam mentakhrij hadits 1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari karya Abdur Rahman Ambar al-Misri at-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam kitab Sahih Bukhari. Lafal-lafal hadis disusun menurut urutan huruf abjad Arab. Namun hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang dalam kitab Sahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat al-Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus hadits tersebut.
19
2. Mu’jam al-Fazi wala siyyama al-Garibu minha fihr litartibi ahadisi shahihi Muslim. Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-V dari kitab Shahih Muslim yang dikutip oleh Muhammad Abdul Baqi. Jus V ini merupakan kamus yang dimulai dari juz I, berisi: a. Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan juz yang memuatnya. b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam kitab Shahih Muslim. c. Daftar awal matan hadis yang tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.
20
3. Kitab Miftahus Shahihain disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadis-hadis yang berupa qauliyah. Hadis-hadis tersebut disusun menurut abjad dari awal lafal matan hadis.
21
4. Kitab Al-Bughyatu fi tartibi ahadisi al-hilyah karya Said Abdul Aziz bin al-Said Muhammad bin Said Siddiq al- Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim al-Asabuni (w.430 H) yang berjudul Hilyatul auliyai wababaqatul asfiyai. Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut tartibi li ahadisi tarikhul khatib, yang disusun oleh Said Ahmad bin Said Muhammad bin Said As- Siddiq al-Qammari yang memuat dan menerangkan hadis- hadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad al-Bagdadi yang dikenal dengan al-Khatib al-Bagdadi (w.463 H). Susunan kitabnya diberi judul Tarikhul Bagdadi yang terdiri atas empat jilid.
22
5. Kitab Al-Jami’us Sagir karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As- Suyuti (w. 91 H). Kitab ini memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh Imam Suyuti juga yaitu Kitab Jam’ul Jawani. Hadis yang dimuat di dalam kitab ini disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafal matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan adapula yang ditulis sebagian-sebagian saja, Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukharijnya. Hampir setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujui oleh Imam Suyuti.
23
6. Kitab Al-mu’jam al-Mufahras li alfazil hadis nabawi yang disusn tim orientalis, di antaranya ialah Dr. Arnold John Weinsinck (w.1939 M), seorang profesor bahasa-bahasa semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi hanya lafal-lafal yang berbeda di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis, asal saja sebagian dari lafal matan yang dicarinya itu telah diketahuinya. Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-Darimi, Muwatha’ Malik dan Musnad Ahmad.
24
7.Ushul at-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, karya: Mahmud at-Thahhan. 8.Kasyfu al-Litsam an Asrar Takhrij Sayyid al-Anam, karya: Abdul Maujud Muhammad Abdullatif. 9.Thuruq Takhrij Haditsi Rasulillah, karya: Abdul Mahdi bin Abdul Qadir.
25
Kutub At-Takhrij: 1.Takhrij Ahadits Al-Muhadzdzab; karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy-Syafi'I (wafat 548 H). Kitab ini merupakan kitab fiqih madzhab Asy-Syafi'I karya Abu Ishaq Asy- Syairazi. 2.Takhrij Ahadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib; karya Muhammad bin Ahmad Abdul- Hadi Al-Maqdisi (wafat 744 H). 3.Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidyah li Al- Marghinani; karya Abdullah bin Yusuf Az-Zaila'I (wafat 762 H). 4.Takhrij Ahadits Al-Kasyaf li Az-Zamakhsyari; karya Al-Hafidh Az-Zaila'I. 5.Al-Kafi Asy-Syafi fii Takhrij Ahadits Asy-Syafi karya Ibnu Hajar.
26
6.Al-Badrul-Munir fii Takhrijil-Ahaadits wal-Atsar Al- Waqi'ah fisy-Syarhil-Kabir li Ar-Rafi'I; karya Umar bin 'Ali bin Mulaqqin (wafat 804 H). 7.Al-Mughni 'an Hamlil-Asfaar fil-Asfaar fii Takhriji maa fil-Ihyaa' minal-Akhbar; karya Abdurrahman bin Al-Husain Al-'Iraqi (wafat tahun 806 H). 8.Takhrij Al-Ahaadits allati Yusyiiru ilaihat-Tirmidzi fii Kulli Baab; karya Al-Hafidh Al-'Iraqi. 9.At-Talkhiisul-Habiir fii Takhriji Ahaaditsi Syarh Al- Wajiz Al-Kabir li Ar-Rafi'I; karya Ahmad bin Ali bin Hajar Al-'Asqalani (wafat 852 H). 10.Ad-Dirayah fii Takhriji Ahaaditsil-Hidayah; karya Al-Hafidh Ibnu Hajar juga. 11.Tuhfatur-Rawi fii Takhriji Ahaaditsil-Baidlawi; karya 'Abdurrauf Ali Al-Manawi (wafat 1031 H).
27
12.. Taghliq at-Ta’liq, karya: al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H). Kitab ini menerangkan tentang hadits-hadits yang disinyalir mu’allaq dalam kitab Shahih Bukhari yang jumlahnya sekitar 1341 buah hadits. 13.Al-‘Ujab fi Takhrij ma Yaqulu fihi at-Tirmidizi, karya al- Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H). 14.Nushbu ar-Rayah Li Ahadits al-Hidayah, karya: Abdullah bin Yusuf az-Zailaghi (w. 726 H). Kitab ini merupakan takhrij dari kitab al-Hidayah karya Ali bin Abu Bakar al-Marghinani (w. 593 H). 15.Al-Badru al-Munir, karya: Sirajuddin ibn al-Mulaqqan (w. 804 H). Kitab ini mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu al-Kabir atau Fathu al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i (w. 623 H). Kitab as-Syarhu al-Kabir ini merupakan syarah dari kitab al- Wajiz karya Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).
28
16.. At-Talkhish al-Habir, al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H). Kitab ini juga mentakhrij hadits-hadits yang ada di kitab as-Syarhu al-Kabir atau Fathu al-Aziz bi Syarhi al-Wajiz karya Abdul Karim ar-Rafi’i (w. 623 H). 17.Al-Mughni an Hamli al-Asfar di al-Asfar, karya: al- Hafidz Zainuddin Abu al-Fadhl al-Iraqi (w. 806 H). Kitab ini mentakhrij kitab Ihya’ Ulum ad-Din karya Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H). 18.Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al- Ahadits al-Musytahirah ala al-Alsinah, karya: Syamsuddin as-Sakhawi (w. 902 H). Kitab ini mentakhrij hadits-hadits yang masyhur dalam masyarakat.
29
TAHAPAN DAN LANGKAH -LANGKAH TAKHRIJ AL-HADITS: Pertama: melakukan takhrij al-ahadis, atau penelusuran pada sumber hadis, untuk menemukan hadis yang diteliti pada kitab kitab sumber hadis atau kitab induk hadis yang memuat hadis secara lengkap dengan sanad dan matannya serta menjelaskan status dan kedudukan hadis tersebut.
30
TAHAPAN DAN LANGKAH -LANGKAH TAKHRIJ AL-HADITS: Kedua: melakukan penelusuran (i’tibar) jalur-jalur sanad hadis, agar dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain yang meriwayatkannya atau tidak, sehingga terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, nama para periwayatnya dan metode periwayatan yang dilakukan oleh masing-masing periwayat. Kegiatan i`tibar juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya mutabi` dan syahid terhadap sanad hadis yang diteliti.
31
HADITS MUTTABI’ DAN SYAHID: Mutabi`adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang periwayat baik dari segi lafaz atau makna. Syahid adalah sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat lain dengan lafaz atau makna yang sama dengan perawi lain walaupun tidak memiliki persamaan pada susunan lafaz sanad, dalam artian masing-masing perawi mengambil Hadis dari jalur yang berbeda. Keberadaan sanad Hadis yang memiliki mutabi` atau syahid yang kuat sanadnya dapat menjadi penguat dan pendukung sanad hadis yang diteliti.
32
TAHAPAN DAN LANGKAH -LANGKAH TAKHRIJ AL-HADITS: Ketiga: Naqd as-Sanad atau melakukan identifikasi para periwayat hadis, meliputi masa hidupnya: yaitu tahun lahir dan wafatnya, tempat lahirnya dan daerah-daerah yang pernah dikunjunginya, guru- gurunya; yaitu sumber hadis yang diterimanya; dan murid-muridnya; yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadis-hadisnya, penilaian atau kritik ulama hadis terhadap periwayat hadis. Khusus yang terakhir ini sangat terkait dengan apakah riwayat hadis yang diteliti dapat diterima sebagai hujah atau tidak.
33
TAHAPAN DAN LANGKAH -LANGKAH TAKHRIJ AL-HADITS: Ketempat: Naqd al-Matn: yaitu penilaian terhadap kesahihan matan Hadis. Penelitian sanad dilakukan terlebih dahulu, untuk meneliti kesahihan para periwayat Hadis. Bila terdapat kelemahan maka Hadis tidak diterima sekalipun matan Hadis dinilai sahih. Namun tidak berarti jika sanad telah diteliti dan bernilai sahih, maka matan Hadis juga bernilai sahih. Dalam melakukan penelitian matan Hadis dilakukan analisis perbandingan riwayat dengan akal, dan perbandingan dengan nas Alquran; artinya tidak bertentangan dengan apa yang Allah tetapkan atau yang termaktub dalam Alquran, tidak bertentangan dengan hadis mutawatir, dengan ijmak ulama, dan dengan peristiwa sejarah.
34
TAHAPAN DAN LANGKAH -LANGKAH TAKHRIJ AL-HADITS: Kelima: Menyimpulkan hasil penelitian. Setelah tahapan-tahapan di atas dilakukan, langkah terakhir yaitu menyimpulkan hasil penelitian. Hasil penelitian sanad berupa hadis maqbul, atau mardud, yaitu hadis yang dapat diterima dengan klasifikasi hadis sahih, hasan, dan tidak dapat diterima yaitu dlaif. Adapun hasil penelitian matan berupa sahih dan daif.
35
SUMBER PRIMER TAKHRIJ AL-HADITS KUTUB AL-SITTAH: 1.Sahih al-Bukhari oleh ’Abu ‘Abdillah Muhammad ibn ’Isma‘il ibn ’Ibrahim al-Bukhari (194-256 H), 2.Sahih Muslim oleh ’Abu Husain Muslim ibn Al- Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi (206- 261 H), 3.Sunan Abi Daud oleh Abu Daud Sulaiman ibn al- ’Asy‘a ṡ ibn Ishaq as-Sijistani (202-275 H), 4.Sunan at-Tirmiżi oleh Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa at-Tirmiżi (209-279 H), 5.Sunan an-Nasa’i oleh ’Ahmad ibn Syu‘aib ibn ‘Ali ibn Sinan al-Khurasani an-Nasa’i (215-303 H),
36
6.Sunan Ibn Majah oleh ’Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini (209-273 H), 7.Musnad ’Ahmad ibn Hanbal oleh ’Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (164-241 H), 8.Muwatta Malik oleh ’Abu ‘Abdillah Malik ibn ’Anas al-Asbahi (93-179 H) dan 9.Sunan ad-Darimi oleh ’Abu Muhammad ‘Abdillah ibn ‘Abd ar-Rahman ibn al-Fadl ibn Bahram ad- Darimi (181-255 H). SUMBER PRIMER TAKHRIJ AL-HADITS KUTUB AL-SITTAH:
37
1.al-Jarh wa at-Ta‘dil oleh Ibn Abi Hatim ar-Razi (240-327 H), 2.al-Isabah fi tamyiz as-Sahabah oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852 H), 3.Tahżib at-Tahżib oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852 H), 4.Tahżib al-Kamal fiAsma’ ar-Rijal oleh Jamal ad-Din al-Hajjaj Yusuf az-Mizzi (654- 742 H), 5.IkmalTahżib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal oleh ‘Ala’ ad-Din Muglatai ibn Qalij ibn ‘Abdillah al-Bakcari (689-762 H), 6.al-Jarh wa at-Ta‘dil oleh Syams ad-Din Muhammad ibn Ahmad ibn U ṡ man aż-żahabi (673-748 H), 7.Tażhib tahżib al-Kamal oleh Syams ad-Din Muhammad ibn Ahmad ibn U ṡ man aż-Żahabi (673-748), 8.Mizan al-I‘tidal fi Naqd ar-Rijal oleh Syams ad-Din Muhammad ibn Ahmad ibn U ṡ man aż-Żahabi (673-748), 9.Mausu‘ah rijal al-Kutub at-Tis‘ah oleh ‘Abd al-Gaffar Sulaiman al- Bandari dan Sayyid Kisrawi Hasan, 10.al-Jarh wa at-Ta‘dil Ibrahim ibn Abdillah al-Lahim. KITAB TAKHRIJ AL-HADITS (RAWI):
38
1.Maqayis Naqd Mutun as-Sunnah oleh Musfir ‘Azmullah ad-Damini, 2.Manhaj Naqd al-Matn ‘inda ‘Ulama’ al-Hadi ṡ an- Nabawi oleh Salah ad-Din Ahmad al-Idlibi, 3.Usul Manhaj an-Naqd ‘inda ahl al-Hadi ṡ oleh ‘Isam Ahmad al-Basyir KITAB TAKHRIJ AL-HADITS (MATAN):
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.