Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Oleh: KUNTJOJO D3 Kebidanan Kediri, Poltekes Malang 2009

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Oleh: KUNTJOJO D3 Kebidanan Kediri, Poltekes Malang 2009"— Transcript presentasi:

1 Oleh: KUNTJOJO D3 Kebidanan Kediri, Poltekes Malang 2009
STRES Oleh: KUNTJOJO D3 Kebidanan Kediri, Poltekes Malang 2009

2 A. KONSEPSI-KONSEPSI MENGENAI STRES
Stress sbg stimulus Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

3 2. Stres sebagai respons Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stress merupakan variable tergantung (dependent variable) sedangkan stressor merupakan variable bebas atau independent variable. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

4 Keletihan dan kelelahan akibat kehidupan.
Pengertian stres yang mengacu pada konsepsi stres merupakan respon diantaranya dikemukakan oleh E.P. Gintings. Menurut Gintings (1999 : 5-6), stres ialah reaksi tubuh manusia kepada setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam hal sebagai berikut. Keletihan dan kelelahan akibat kehidupan. Suatu keadaan yang dinyatakan oleh suatu sindroma khusus dari peristiwa biologis. Mobilisasi pembelaan tubuh yang memungkinkan adaptasi terhadap peristiwa kekerasan atau ancaman. Tergangguangan mekanisme keseimbangan dalam diri seseorang yaitu keseimbangan dalam dan keseimbangan luar yang bersifat fisik, sosial, mental, dan spiritual oleh karena perubahan mendadak yang sifatnya tidak menyenangkan maupun menyenangkan. Mengecilnya potensi seseorang karena adanya luka-luka perasaan, beban berat, dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri seseorang. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

5 Respon individu terhadap stressor memiliki dua konponen, yaitu : komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak keluar keringat dst. respon-repons psikologis dan fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

6 Lazarus and Folkman’s Theory (The Stress Response)
Physiological component: Arousal, hormone secretion. Emotional Component: Anxiety, fear, grief, resentment, excitement (if stress is from challenge). Behavioral Component: Coping strategies (both behavioral and mental)—problem focused and/or emotion-focused. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

7 3. Stres Sebagai Interaksi antara Individu dengan Lingkungan
Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Di dalam proses hubungan ini termasuk juga proses penyesuaian. (Bart Smet, 1994 : 111). Dalam konteks stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, stres tidak dipandang sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu proses di mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi perilaku kognitif dan emosional. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

8 Menurut Bart Smet (1994 : ), reaksi terhadap stres bervariasi antara orang satudengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama, karena pengaruh variabel-varibel sebagai berikut. a. Kondisi individu, seperti : umur, tahap perkembangan, jenis kelamin, temperamen, inteligensi, tingkat pendidikan, kondisi fisik, dst. b. Karakteristik kepribadian, seperti : introvert atau ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, ketabahan,, dst. c. Variabel sosial-kognitif, seperti ; dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dst. d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan sosial, dst. e. Strategi coping. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

9 4. Stres Sebagai Hubungan antara Individu dengan Stressor
Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit jasmani yang dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres dipandang sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor internal maupun eksternal. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

10 Konsep tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh W. F
Konsep tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh W.F. Maramis (1980 : 65-69), mengenai sumber stress. Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis. a. Frustrasi merupakan terganggunya keseimbangan psikis karena tujuan gagal dicapai. b. konflik adalah terganggunya keseimbangan karena individu bingung menghadapi beberapa kebutuhan atau tujuan yang harus dipilih salah satu. c. Tekanan merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan oleh individu. d. Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

11 B. DEFINISI STRES 1. Stress is our physiological and psychological response to situations that threaten or challenge us and that require some kind of adjustment. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

12 2. Stress: the human reaction to events in our environment
Eustress: Good stress (getting into college, getting engaged, winning the lottery) Distress: Stress from a bad source (difficult work environment, overwhelming sights and sound, threat of personal injury) 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

13 C. GEJALA-GEJALA STRES Gejala-gejala fisik Headaches
Muscle tension or pain Stomach problems Increased sweating A desire to urinate Breathlessness or palpitations Dry mouth Rapid breathing Cool skin 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

14 Feeling anxious or tense Feeling in low mood Feeling of apathy
2. Gejala afeksi: Feeling irritable Feeling anxious or tense Feeling in low mood Feeling of apathy Feeling low in self esteem 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

15 3. Gejala-gejala motorik:
Talking too fast Talking too loud Drinking or smoking too much Changes in eating habits Withdrawing from usual activities Over reacting Grinding teeth 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

16 D. COPING TERHADAP STRES
Coping adalah usaha untuk mengatasi emosi yang umumnya negatif, yang terjadi akibat stres. 1. Lazarus dan Folkman (Davison et al, 2006: ), mengidentifikasi dua macam c oping thd stress, yaitu: a. Problem-focused coping (coping yang berfokus pada masalah) b. Emotion-focused coping (coping yang berfokus pada emosi) 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

17 COPING TERHADAP STRES 2. Coping thd stres dapat dilakukan dgn flight response, fight response, dan freeze response (Yulia D. Gunarsa, 2000: ) a. flight response: menghindar dari masalah atau situasi penyebab stress. b. fight response: menghadapi masalah atau stressor. c. freeze response: berdiam diri, pasrah menyerah terhadap apa yang terjadi pada dirinya. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

18 COPING TERHADAP STRESS
3. W.F. Maramis (2000: 71) membedakan coping terhadap stres menjadi dua macam, yaitu Taks oriented: mengatasi sres secara realistis dan rasional. Ego oriented (ego defence mechanism): mengatasi stres dgn melakukan pembelaan pada ego atau keakuannya. Ego oriented dapat dilakukan dengan: 1) rasionalisasi, 2) regresi, 3) fiksasi, 4) displacement, 5) proyeksi. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

19 Ego defence mechanism 1) Rasionalisasi: menyelesaikan masalah dengan membuat alasan-alasan yang seolah-olah masuk akal/benar padahal sebenarnya tidak seperti itu. Rasionalisasi terdiri dari: a) Sour grape technique: kecewa karena gagal meraih sesuatu lalu memberikan atribut yang jelek pada sesuatu yang gagal diraihnya. (Apa yang sebenarnya manis dikatakan masam). b) Sweet orange technique: kecewa karena gagal meraih sesuatu lalu membuat alasan bahwa pada dirinya tidak ada masalah dengan kegagalan tersebut (apa yang sebenarnya masam dikatakan manis). 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

20 Ego defence mechanism Regresi: menyelesaikan masalah dgn tindakan yg tak sesuai dgn tingkat perkembangannya. Fiksasi: menyelesaikan masalah dgn cara yang itu-itu saja, meskipun masalahnya berbeda. 4) Displacement: menghadapi pihak tertentu yg menyebabkan stres tidak mampu/tidak berani lalu mengalihkan kejengkelan/kemarahan pada pihak lain yang lebih lemah. 5) Proyeksi: memproyeksikan kelemahan / kesalahan dirinya pada pihak lain 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

21 Coping terhadap stres 4. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres: a. Breathe b. Talk c. Laugh d. Relax e. Mediate f. Help a friend or a volunteer g. Exercise h. Yoga i. Do something creative 4/6/2017 Designed by Kuntjojo

22 AKTIVITAS YG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI STRESS
Breathe – Deep breathing is a quick, easy and effective way to de-stress. Talk – Find someone with whom you can talk about your problems. If you are reluctant to share your problems, it can be therapeutic just to talk and be social, providing a much needed break from your worries. Laugh – Laugh at a humorous movie or book or share a joke with friends. Laughing releases beneficial biochemicals that can make you feel better.

23 Relax – This is often times easier said than done, but it gives your mind time to process your problems and perhaps come up with some solutions. Five minutes with a cup of tea can make all the difference. Meditate – Please read on for meditation suggestions. Help a friend or volunteer – Helping someone else not only keeps you active, it also takes you away from your problems and may help put them in perspective. Take time – Make time for yourself and do something relaxing that you enjoy. Make sure this time is free from any interruptions.

24 Take time – Make time for yourself and do something relaxing that you enjoy. Make sure this time is free from any interruptions. Exercise – Exercise not only helps you deal with the immediate stress that you are feeling, it can also help your body be better prepared for future stress. Take a walk on your lunch break. Yoga-Taking a yoga class can be relaxing, social, and offers an alternative form of exercise. Do something creative – Write a poem, draw a picture, write a story, play an instrument; all of these things can help you focus on something other than your problem, while doing something that you enjoy.

25 REFERENSI Davison (et al) (2006) Psikologi Abnormal (Alih bahasa: Noermalasari Fajar) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Yulia Singgih D. (2000) Azas-azas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 4/6/2017 Designed by Kuntjojo


Download ppt "Oleh: KUNTJOJO D3 Kebidanan Kediri, Poltekes Malang 2009"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google