Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KELOMPOK II (JAJANG M) Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosi.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KELOMPOK II (JAJANG M) Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosi."— Transcript presentasi:

1 KELOMPOK II (JAJANG M) Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosi

2 ILUSTRASI

3 PENDAHULUAN Peserta didik yang merupakan anak-anak bangsa yang pada saat berikutnya menjadi penentu perkembangan dan kemajuan bangsa harus mendapatkan porsi pendidikan yang cocok berdasarkan fase atau masa perkembangannya. Perkembangan anak tidak hanya pada perkembangan intelektual tetapi juga perkembangan kepribadian.

4 KEPRIBADIAN ANAKJEPANG

5 BERDASARKAN TEORI

6 Teori Bronfenbrenner Teori ini menerangkan interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan mempengaruhi emosional anak, dan lingkungan sosialnya harus bisa menjadi contoh yang baik pada anak.

7 Teori Kohlberg (Perkembangan Moral) Dalam teorinya, kohlberg mengungkapkan bahwa terdapat 3 tahap perkembangan nalar anak, diantaranya : Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional, Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral yang dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.

8 Tingkat Dua: Penalaran Konvensional, merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar (Internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati stándar-stándar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat. Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional, Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.

9 A. Teori Piaget (Perkembangan Moral) Heteronimus, anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia, terjadi pada anak usia 4-7 tahun.

10 TEORI ERIKSON Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya yaitu di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan diselesaikan. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut : video

11 Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini : Developmental stage Fase Bayi ( 0-1 tahun ) Fase anak-anak ( 2-3 tahun ) Fase Pra sekolah(4-6 tahun) Usia Sekolah ( 6 -11 tahun ) Remaja ( 12 – 20 tahun ) Dewasa Awal (21-40 tahun) Dewasa ( 41-65 tahun ) Usia tua ( >65 tahun ) Basic Components Kepercayaan vs Kecurigaan Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu Inisiatif vs Kesalahan Kerajinan vs Inferioritas Identitas vs Kekacauan Identitas Keintiman vs Isolasi Generativitas vs Stagnasi Integritas vs Keputusasaan

12 1. Fase Bayi ( 0-1 tahun ) Kepercayaan vs Kecurigaan Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Tahap ini berlangsung pada masa oral. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan

13 Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil Perkembangan pada masa ini, sangat tergantung pada kualitas pemiliharaan ibu. Apabila kualitas pemeliharaan atau pengetahuan tentang perawatan anak ibu cukup maka akan dapat menumbuhkan kepribadian yang penuh kepercayaan, baik terhadap dunia luar maupun terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan memungkinkan jadi penakut, ragu – ragu dan khawatir terhadap dunia luar, terutama kepada manusia yang lain.

14 2. Fase anak-anak(2-3tahun) Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi– perasaan malu, ragu-ragu Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri (dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya)tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.

15 Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah (membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian), maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang seringkali menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam mengasuh anaknya yakni “tegas namun toleran”.

16 3. Fase Pra sekolah(4-6tahun) Inisiatif vs Kesalahan Usia bermain ditandai adanya kecenderungan inisiatif– kesalahan. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. Tahap ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. Tugas yang harus dijalani seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.

17 Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak, maka anak akan menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas – tugasnya atau terlalu banyak menggunakan hukuman verbal atas inisiatif anak, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah rangakain kata yang tepat untuk menggambarkan masa ini pada akhirnya bahwa keberanian, kemampuan untuk bertindak tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman mengenai keterbatasan dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya.

18 4. Usia Sekolah (6 -11tahun) Kerajinan vs Inferioritas Masa Sekolah ditandai adanya kecenderungan kerajinan–inferioritas. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar,. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.

19 Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri.

20 Oleh sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia seperti ini. Kegagalan di bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan orang tua maupun guru dalam mengontrol mereka. Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi – pribadi anak yang penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).

21 5. Remaja ( 12 – 20 tahun ) Identitas vs Kekacauan Identitas Tahap remaja, dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa remaja ditandai adanya kecenderungan identitas – kekacaun identitas. Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti ditengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat – sifat yang melekat pada dirinya sendiri.

22 Selain itu, didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini yaitu pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara seimbang, maka kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik. Kesetiaan yang dimaksudkan yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan

23 6. Dewasa Awal (21-40tahun) Keintiman vs Isolasi Masa Dewasa Awal ditandai adanya kecenderungan keintiman – isolasi. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif dengan membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

24 Pada jenjang ini menurut Erikson, adanya suatu keingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi (cenerung menutup diri) Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.

25 7. Dewasa ( 41-65 tahun ) Generativitas vs Stagnasi Masa Dewasa ditandai adanya kecenderungan generativitas –stagnasi. Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Tugas yang harus dicapai pada tahap ini ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi)

26 Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun. Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian. Kepeduliaan yang dimaksudkan yaitu, perhatian terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk – produk, ide – ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi – generasi mendatang

27 8. Usia tua ( >65 tahun ) Integritas vs Keputusasaan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Masa hari tua ditandai adanya kecenderungan ego integritas – keputusasaan Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.

28 Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas sehingga dapat memunculkan sikap yang terlalu cemas, timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian. Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara integritas dan keputusasaan guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu sikap bijaksana. Bijaksana yanng dimaksudkan yaitu, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri seseorang memiliki integritas yang baik yakni dapat menerima hidup dan oleh karena itu juga dapat menerima akhir dari hidup itu sendiri.

29 Fase-faseTujuanAkibatnya Fase Bayi ( 0-1 tahun ) Kepercayaan vs Kecurigaan pengharapan dan kepercayaanrasa curiga, distorsi indrawi dan penakut Fase anak-anak ( 2-3 tahun ) Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu kehendak dan kemandiriantergantung pada orang lain, kurangnya harga diri, dan merasa malu atau ragu- ragu Fase Pra sekolah(4-6 tahun) Inisiatif vs Kesalahan tujuan dan keberanianmalignasi berdiam diri, ketidakpedulian, takut mengambil resiko. Usia Sekolah ( 6 -11 tahun ) Kerajinan vs Inferioritas kompetensiRendah diri, keahlian sempit dan lamban. Remaja ( 12 – 20 tahun ) Identitas vs Kekacauan Identitas kesetiaan dan loyalitaskejahatan, diskriminasi kelompok, fanatisme dan penolakan. Dewasa Awal (21-40 tahun) Keintiman vs Isolasi cinta Dewasa ( 41-65 tahun ) Generativitas vs Stagnasi kepedulianmandeg dan tidak produktif, penolakan. Usia tua ( >65 tahun ) Integritas vs Keputusasaan kebijaksanaandepresi dan keputusasaan.

30 HATURNUHUUUN…


Download ppt "KELOMPOK II (JAJANG M) Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosi."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google