Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas."— Transcript presentasi:

1 HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas Muhammadiyah Jakarta

2 Pendahuluan Survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2009 menyebutkan bahwa 78% perokok mengaku mulai merokok sebelum umur 19 tahun dan sepertiga dari siswa sekolah mengaku mencoba menghisap asap rokok pertama kali sebelum umur 10 tahun (Fact Sheet TCSC, 2012). Data dari Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa 35% siswa dan 3% siswi sekolah dengan umur tahun di Indonesia adalah perokok, tiga dari lima siswa yang merokok membeli rokok di toko dan warung pinggir jalan serta tiga dari lima siswa terpapar asap rokok di tempat umum (Fact Sheet GYTS, 2014). Peningkatan prevalensi konsumsi tembakau di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan (11,2% berbanding 9,4%) dalam 18 tahun terakhir ( ) (Fakta Tembakau, 2014). Peningkatan jumlah perokok aktif secara tidak langsung meningkatkan jumlah perokok pasif atau yang disebut secondhand smoker. Sebesar 85% rumah tangga terpapar asap rokok dan 81% anak muda terpapar asap rokok di tempat umum dan 65% terpapar di rumah masing-masing (Riskesdas, 2013).

3 Pendahuluan Keterpaparan asap rokok yang terus-menerus, akan berdampak pada peningkatan perokok pasif. Salah satu pengendalian untuk menurunkan angka perokok pasif yaitu dengan dibuatkannya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) atau Kawasan Bebas Rokok sesuai dengan amanat yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang kemudian diikuti oleh Peraturan Pemerintah RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Peraturan terbaru dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah. Meskipun terdapat peraturan dilarang merokok, faktanya masih saja didapati siswa yang merokok di lingkungan sekolah terutama di kantin atau warung depan sekolah dan di toilet siswa secara diam-diam. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok dan Faktor Lainnya dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun 2016”.

4 “ ” Tujuan Khusus Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor predisposisi (jenis kelamin, pengentahuan dan sikap) Mengetahui gambaran faktor pemungkin (ketersediaan dan keterjangkauan rokok) Mengetahui gambaran faktor penguat (keterpaparan iklan rokok, keterpaparan media pengendalian tembakau, perilaku merokok teman sebaya, guru yang merokok, keluarga yang merokok dan pelaksanaan KTR) Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku merokok remaja Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin dengan perilaku merokok remaja Mengetahui hubungan antara faktor penguat dengan perilaku merokok remaja Tujuan Umum Mengetahui karakteristik dan hubungan penerapan KTR dan faktor lainnya dengan perilaku merokok remaja pada siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun 2016

5 Penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) yang dilaksanakan pada April 2016, dengan instrumen berupa kuesioner yang diadopsi dari Global Youth Tobacco Survey 2014 yang sebelumnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berjumlah 411 siswa, sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 110 orang Teknik pengambilan sampel stratified random sampling Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan perangkat lunak komputer Metode Penelitian

6 Hasil Rekapitulasi Univariat
Variabel Perilaku Merokok Total Nilai P Ya Tidak n % 1 Usia 0,471 11-13 Tahun 15 24,6 46, 75,4 61 100 14-16 Tahun 16 32,7 33 67,3 49 2 Jenis Kelamin 0,000* Laki-laki 29 53,7 25 46,3 54 Perempuan 3,6 96,4 56 3 Keterpaparan Iklan Rokok 0,085 ≤ 30 hari 7 16,7 35 83,3 42 > 30 hari 14 38,9 22 61,1 36 Tidak Pernah 10 31,3 68,8 32 4 Keterpaparan Media Pengendalian Tembakau 0,662 Sering 5 22,7 17 77,3 Jarang 9 25,7 26 74,3 32,1 67,9 53 Pelaksanaan KTR di Sekolah 0,020* Tidak Ada KTR - Tidak Dilaksanakan dengan Baik 11 26,8 30 73,2 41 Dilaksanakan dengan Baik 25,8 74,2 66

7 Pembahasan Bivariat Variabel Nilai P % Penelitian Terkait Usia 0,471
Fitriana (2009) dengan nilai p = 0,190 Fatah (2013) dengan nilai p = 0,631 Khusniyati (2014) dengan nilai p = 0,000 Jenis kelamin 0,000 Fitriana (2009) dengan nilai p = 0,030 Fatah (2013) dengan nilai p = 0,000 Faturrahman (2013) dengan nilai p = 0,001 RISKESDAS (2013) perokok laki-laki (18,1%) lebih banyak dibanding perempuan (9,3%) pada kelompok umur tahun GYTS (2014) 35% remaja laki-laki dan 3& remaja perempuan di Indonesia adalah perokok Keterpaparan iklan rokok 0,085 Faturrahman (2013) Fatah (2013) dengan nilai p = 0,711 Hidayat (2014) dengan nilai p =0,060 Yanti (2014) dengan nilai p = 0,002 Yusren (2015) dengan nilai p=0,013 Keterpaparan media pengendalian tembakau 0,662 Zaenabu (2014) dengan nilai p= 0,362 Pramana (2015) Penerapan KTR 0,020 Maulana (2015) dengan nilai p = 0,000 Lestari (2012) dengan nilai p = 0,109

8 Kesimpulan Persentase responden yang merokok lebih sedikit (28,2%)
Responden perempuan tidak jauh berbeda dengan responden laki-laki dengan masing-masing persentase 50,9% dan 49,1% Sebagian besar responden mengaku melihat iklan rokok di televisi (38,2%) Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (nilai p 0,000) dan pelaksanaan KTR di sekolah (0,020) terhadap perilaku merokok responden (p value < 0,05) Usia dan keterpaparan iklan rokok tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value > 0,05) Responden yang tidak pernah terpapar media pengendalian tembakau cenderung merokok dibandingkan dengan responden yang sering terpapar media pengendalian tembakau Kesimpulan

9 Saran Bagi Dinas Kesehatan
Meningkatkan intensitas monitoring dan evaluasi pelaksanaan KTR di lingkungan sekolah Membuat media komunikasi, informasi dan edukasi tentang kawasan tanpa rokok dan dampak merokok bagi kesehatan Bagi Sekolah Memperbaharui peraturan terbaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang KTR di Lingkungan Sekolah Membuat peraturan tertulis tentang KTR bagi seluruh warga sekolah Membuat pelatihan kepada pendidik kesehatan terkait masalah perilaku merokok pada siswa Membentuk kelompok advokasi siswa


Download ppt "HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google