Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERSPEKTIF KELOMPOK ISLAM RADIKAL

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERSPEKTIF KELOMPOK ISLAM RADIKAL"— Transcript presentasi:

1 PERSPEKTIF KELOMPOK ISLAM RADIKAL
GENDER DALAM PERSPEKTIF KELOMPOK ISLAM RADIKAL By Sjafiatul Mardliyah, S.Sos., M.A.

2 PRINSIP-PRINSIP KESETARAAN GENDER : PERSPEKTIF AL-QUR’AN
PENGERTIAN GENDER : WACANA KULTURAL DAN KONSTRUKSI SOSIAL PEMAHAMAN BIAS GENDER PADA KELOMPOK ISLAM RADIKAL KRITIK TERHADAP PEMAHAMAN AL-QUR’AN YANG BIAS GENDER

3 PRINSIP-PRINSIP KESETARAAN GENDER :
PERSPEKTIF AL-QUR’AN Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah Allah di bumi Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima Perjanjian Primordial Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis Laki-laki dan Perempuan berpotensi meraih prestasi

4 Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah
al-Qur’an, 49: 13 Hamba yang ideal dalam al-Qur’an diistilahkan dengan orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) yakni hamba yang paling mulia dihadapan Allah. Untuk mencapai derajat Muttaqin tidak dibedakan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu

5 Kekhususan-kekhususan yang diberikan al-Qur’an kepada laki-laki seperti :
suami setingkat di atas istri ( al-Qur’an, 4: 34) laki-laki pelindung perempuan (al-Qur’an, 4: 11) laki-laki menjadi saksi yang efektif (al-Qur’an, 2: 282) laki-laki diperkenankan poligami (al-Qur’an, 4: 3) adalah tidak menjadikan laki-laki sebagai hamba-hamba yang lebih utama dibanding perempuan. Kelebihan-kelebihan tersebut diberikan kepada laki-laki dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang memiliki peran publik dan sosial ketika ayat-ayat tersebut diturunkan. ( Umar, 1999: ).

6 Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah Allah di bumi
Manusia diciptakan di muka bumi disamping sebagai hamba (‘Abd Allah) juga sebagai khalifah yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya kepada Allah swt. Ayat yang menegaskan tentang manusia di muka bumi,( al-Qur’an, 6: 165; 2: 30) sama sekali tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu dan kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai tugas untuk mengemban amanah kekhalifahan tersebut. ( Umar, 1999: ).

7 Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima Perjanjian Primordial
perjanjian semasa di alam Ruh sebelum seorang manusia dilahirkan ke dunia. (al-Qur’an, 7 : 172) Demikian pula mereka mendapat pemulyaan oleh Tuhan, tidak dibedakan jenis kelamin maupun etnis, tetapi semua anak Adam dimulyakan Tuhan. (al-Qur’an , 17: 70)

8 Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis
Semua ayat yang menceritakan tentang keterlibatan Adam dan Hawa dalam drama kosmis yakni cerita tentang Adam dan isterinya di Surga selalu menekankan keterlibatan kedua belah pihak, menggunakan kata ganti kedua ( damir huma ) yaitu kata ganti untuk Adam dan Hawa. Keterlibatan itu antara lain : kedua-duanya sama-sama menempati surga (al-Qur’an , 2: 35), keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari Shaitan, (al-Qur’an 7: 20 ) sama-sama memakan buah Khuldi dan keduanya sama-sama menanggung akibat jatuh ke bumi (al-Qur’an, 7: 22) sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan (al-Qur’an, 7: 23) setelah di bumi sama-sama mengembangkan keturunan, saling melengkapi, dan saling membutuhkan. (al-Qur’an, 2: 187).

9 Laki-laki dan Perempuan berpotensi meraih prestasi
”siapa saja” yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang beriman, maka ia akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikit pun”. (al-Qur’an, 2: 187). ”barang siapa” yang beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan dan mereka dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Tuhan akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik”. (al-Qur’an, 16: 97). Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk meraih prestasi yang optimal. (al-Qur’an , 4: 124).

10 Spesifik/kasuistik: berhadapan dg janda dan anak-anak yatim.
Al-Qur’an Makkah Madinah Madaniyah Makkiyah Spesifik/kasuistik: berhadapan dg janda dan anak-anak yatim. Universal : tauhid, membongkar mitos, rasionalitas An-Nisa : poligami

11 PENGERTIAN GENDER : WACANA KULTURAL DAN KONSTRUKSI SOSIAL
adanya anggapan bahwa yang memposisikan perempuan dalam kedudukan yang marginal adalah pandangan agama, tidak terkecuali Islam. kultur masyarakat kurang tepat dalam memahami persoalan gender dan seks. Mereka tidak membedakan pemaknaan secara tepat, sehingga keduanya (gender dan seks) dianggap sama akibatnya struktur sosial telah menempatkan perempuan secara tidak adil terhadap perempuan. Perempuan dianggap sebagai bagian dari laki-laki dan harus berada di bawah kekuasaan, kontrol dan perlindungan laki-laki.

12 PEMAHAMAN BIAS GENDER PADA KELOMPOK ISLAM RADIKAL
1. pemikiran kelompok radikalis tentang masalah perempuan cenderung meminggirkan perempuan. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang karakter dan pola pemikiran yang dimiliki kelompok radikalis. Di antara pemikiran-pemikiran yang bias gender, yang bersumberkan dari kitab suci al-Qur’an, dapat dilihat dalam beberapa masalah: a, Posisi perempuan sebagai bagian dari laki-laki, b, Larangan perempuan menjadi pemimpin (partisipasi politik), c, Perempuan harus dibatasi hak publiknya karena akan menimbulkkan fitnah d, Perempuan akalnya lebih lemah dibanding laki-laki, dan beberapa pemikiran lain yang cenderung bias gender.

13 metode penafsirannya ini didukung oleh banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang secara tekstual bermakna bias gender. Beberapa ayat yang menghasilkan pemahaman bias gender adalah: surat al-Nisa’ ayat 34,” laki-laki sebagai pemimpin dan pelindung perempuan”, al-Baqarah ayat 228 “laki-laki memiliki kelebihan satu tingkat dari istrinya”, al-Nisa’ ayat 11: “laki-laki memperoleh warisan lebih banyak”, al-Baqarah ayat 282: laki-laki menjadi saksi yang efektif”, al-Nisa’ ayat 3: “laki-laki diperkenankan poligami”. al-Nisa’ ayat 34: “Apabila kalian khawatir jikalau istri-istri kalian membangkang, hendaklah menasehatinya mereka dan meninggalkan untuk tidak tidur dengan mereka dan pukullah”.

14 beberapa teks hadith yang dimaknai secara tekstual dan cenderung meminggirkan perempuan.
hadith tentang kekurangan akal dalam masalah agama bagi perempuan, sehingga perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah satu banding dua. Kekurangan akal ini bisa dimaknai sebagai kurangnya kemampuan daya nalar dan cenderung menggunakan perasaannya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadith shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. beberapa hadith lain yang makna teksnya cenderung memenjarakan perempuan seperti: perempuan tidak diperbolehkan ke luar rumah tanpa muhrimnya, perempuan harus menggunakan hijab (penutup), bahkan kelompok radikal tertentu memaknai hijab sebagai cadar, dan perintah bagi perempuan lebih baik shalat di rumah daripada shalat di masjid karena dikhawatirkan membuat fitnah.

15 Beberapa faktor bias gender tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Belum jelasnya perbedaan antara seks dan gender dalam definisi peran perempuan dan laki-laki Pengaruh kisah-kisah israiliyat yang berkembang luas di kawasan Timur Tengah Metode penafsiran yang digunakan selama ini oleh kebanyakan ‘ulama’ tafsir masih banyak mengacu pada pendekatan tekstual, bukannya kontekstual. Kuatnya pengaruh metode tafsir analitis ( tahlili) di masyarakat daripada metode tematis ( maudu”i ), mengakibatkan kurangnya nilai obyektifitas tafsir terhadap ayat-ayat gender dalam al-Qur’an Kemungkinan banyak pembaca al-Qur’an tidak netral dalam menilai teks ayat-ayat gender atau terlalu dipengaruhi oleh perspektif lain, sehingga seolah-olah al-Qur’an memihak kepada laki-laki dan mendukung sistem patriarkhi. Demikian pula pembaca mungkin membaca ayat-ayat gender secara parsial, sehingga tidak memperoleh pemahaman yang utuh tentang gender. (Umar, 1998: 13, Subhan, 2000: ).

16 KRITIK TERHADAP PEMAHAMAN AL-QUR’AN YANG BIAS GENDER
Kritik Sejarah Kritik Metodologi Kritik Kebahasaan

17 Kritik Sejarah Pada hakekatnya, pemahaman teks ayat-ayat al-Qur’an tentang sejarah tidak lepas dari pengaruh teks kitab agama Yahudi dan Nasrani yang sebelumnya telah lebih dahulu mapan dalam struktur masyarakat Timur Tengah.

18 Mitos-mitos Babilonia, Yunani, Romawi Bias gender
Kisah Israiliyat Kitab agama Yahudi (taurat, talmut) dan Nasarani (injil) Al-Qur’an

19 Metode tematik (maudu’i)
Kritik Metodologi Metode tematik (maudu’i) Metode tahlili Dominan

20 Metode tahlili metode penafsiran yang dilakukan secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. konsekwensi logisnya adalah akan menggunakan kaidah keumuman lafadh bukan kekhususan sebab ( al-‘ ibrah bi ‘umum al-lafdh la bi khusus al-sabab). Dengan kaidah tersebut perhatian kepada teks lebih kuat, sehingga konsep perintah dan larangan (khitab) dalam al-Qur’an menggunakan sighat umum, meskipun permasalahan yang dimaksud diturunkan oleh sebab khusus.

21 Metode tematik metode yang menetapkan topik tertentu dengan menghimpun seluruh atau sebagian ayat, atau surat yang berbicara tentang topik tersebut, sehingga akan diperoleh kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Qur’an. memfokuskan pada kasus-kasus yang timbul dengan tidak mengesampingkan teks secara umum. konsekwensinya harus berpegang pada kaidah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadh ( al-‘ibrah bi khusus al sabab la bi ‘umum al-lafdh). Sabab nuzul suatu ayat menjadi amat penting untuk dianalisis, sebab akan menghasilkan pengertian yang mendalam. (Shihab, 1992: 114).

22 Masyarakat Arab yang patriarki
Kritik Kebahasaan Bahasa Arab (“dipinjam”) Masyarakat Arab yang patriarki Bias gender dalam tanda huruf, baca, cara baca : kosa kata, struktur kata


Download ppt "PERSPEKTIF KELOMPOK ISLAM RADIKAL"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google