Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Teori Operant Conditioning J.W Skinner

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Teori Operant Conditioning J.W Skinner"— Transcript presentasi:

1 Teori Operant Conditioning J.W Skinner
Nadya Erika Universitas Persada Indonesia YAI

2 Eksperimen Skinner Dalam eksperimen Skinner (Muhibbin Syah, 2003: 99), Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan “Skinner Box”. Peti sangkar ini terdiri atas dua komponen yaitu: manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit. (Rober, 1988). Dalam eksperimen ini, mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar dengan berlari-lari atau mencakari dinding. Aksi ini disebut ”emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Sampai pada suatu ketika secara kebetulan salah satu “emitted behavior” tersebut dapat menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir- butir makanan ke dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan. Butir-butir makanan ini merupakan reinforce bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku operant yang akan terus meningkat apabial diiringi dengan reinforcement, yakni pengauatan berupa butir-butir makanan yang muncul. Universitas Persada Indonesia YAI

3 Universitas Persada Indonesia YAI

4 Teori Operant Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner. Menurut Skinner dalam (Dimyati Mahmud, 1989: 123) tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Hal ini dapat dilukiskan sebagai berikut: Antecedent     –> tingkah laku      –> konsekuensi atau                             A          –>          B              –>          C Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain di waktu yang akan datang. Universitas Persada Indonesia YAI

5 Prosedur Pembentukan Tingkah laku
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning secara sederhana adalah : a)    Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk. b)   Menganalisis, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Aspek-aspek tersebut lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud. c)    Berdasarkan urutan aspek-aspek itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing daerah itu. d)   Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan aspek-aspek yang telah tersusun itu. Universitas Persada Indonesia YAI

6 Respon Tingkah laku adalah hubungan antara perangsang dan respon. Tingkah laku terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan antara tingkah laku dan konsekuen. Konsekuen menyenangkan akan memperkuat tingkah laku, sementara konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku. Jadi, konsekuen yang menyenangkan akan bertambah frekuensinya, sementara konsekuensi yang tidak menyenangkan akan berkutrang frekuensinya. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu: Respondent response (reflexive response), yaitu respon yang ditimbulkan oleh suatu perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat melihat makanan tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian mendahului respon yang ditimbulkannya. Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-peerangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giatbelajar (intensif/ kuat). Universitas Persada Indonesia YAI

7 Pola-pola respon Apabila reinforcement didasarkan pada prinsip interval tetap, dapat diduga pola respon yang bakal muncul. Tetapi dengan menggunakan prinsip interval bervariasi, pola respon yang muncul akan berbeda. Aspek lain yang dikenakannya reinforcement adalah kegigihan berusaha. Kalau reinforcement sama sekali tidak diberikan, orang akan kendur semangat dan akhirnya tidak merespon sama sekali atau tingkah laku itu akan menghilang. Apabila reinforcement diberikan setiap kali, seseorang akan cepat berhenti merespon manakala reinforcement itu berhenti, demikian pula kalau yang diberikan pola reinforcement tetap. Universitas Persada Indonesia YAI

8 Mengendalikan konsekuensi
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan dan atau pun tidak menyenangkan bagi yang bersangkutan. Ada dua hal yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu: Reinforcement Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Dalam dunia psikologi, reinforcement adalah konsekuensi yang memperkuat tingkah laku. Setiap konsekuensi itu adalah pemberi reinforcement (reinforcer) kalau dia memperkuat tingkah laku berikutnya. Tingkah laku-tingakah laku yang diikuti dengan reinforcement akan diulang-ulang di waktu yang akan datang. Reinforcement positif             Disebut reinforcement positif apabila suatu stimulus terentu (menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Misalnya, uang atau pujian diberikan kepada seorang anak yang memperoleh nilai A pada mata pelajaran tertentu. Reinforcement negative             Dinamakan reinforcement negative apabila suatu stimulus tertentu (tidak menyenangkan) ditolak atau dihindari. Reinforcement negative memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, ayng bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa. Misalnya, murid yang berungkali dipanggil menghadap Kepsek, pelanggaran disiplin yang dilakukannya itu menjadi bertambah kuat karena dia tetap saja melakukannya. Universitas Persada Indonesia YAI

9 - Presentation punishment
Hukuman Reinforcement negative seringkali dikacaukan dengan hukuman. Proses reinforcement selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.  Suatu perbuatan yang diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang serupa di saat lain. Hukuman dibedakan menjadi dua: -          Presentation punishment Terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru memberikan tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalanan yang dibuat murid. -          Removal punishment Terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Misalnya anak-anak tidak diperkenankan nonton tv selama seminggu sehingga lalu tidak mau belajar. Universitas Persada Indonesia YAI

10 Pengaruh Teori Skinner
Teori Skinner sangat berpengaruh besar pada saat ini, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Di dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasarkan teori Skinner. Program-program tersebut misalnya: Programmed Instruction, dan sarananya programmed book. Computer Assisted Instruction (CAI), dan Program yang menggunakan teaching machine. Melalui teori ini orang-orang dapat melatih hewan peliharaan (kucing, anjing, burung dll.) maupun hewan-hewan yang berguna dalam membantu manusia (merpati, anjing polisi dll.). Dalam pengkondisian operan menurut Skinner ini, para pelaku eksperimen dapat mendorong perilaku baru dengan mengambil manfaat dari perbedaan tindakan subyek. Untuk melatih seekor anjing,agar bisa menekan bel dengan moncongnya, seorang penyelidik dapat memberikan imbalan setiap kali anjing tersebut mendekati kawasan bel, serta memberi isyarat bagi anjing untuk menyentuh bel. Dan jika akhirnya bel tersentuh, kembali diberi imbalan (penguatan).Dengan cara ini juga burung dara dapat dilatih dengan membentuk respon operan untuk menemukan lokasi orang- orang yang hilang di laut; ikan lumba-lumba dilatih untuk menarik  peralatan di bawah air. Universitas Persada Indonesia YAI

11 DAFTAR PUSTAKA * Djiwandono, Sri Esti Muryani Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo * Gredler, Margaret E. Bell Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. * Mahmud, Drs. M. Dimyati Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud * Purwanto, Ngalim Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya * Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada * Syah M.Ed., Muhibbin Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Universitas Persada Indonesia YAI


Download ppt "Teori Operant Conditioning J.W Skinner"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google