Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MEMBANGUN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MEMBANGUN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL"— Transcript presentasi:

1 MEMBANGUN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL
Dr. Bambang Widianto Staf Ahli Menteri Negara PPN Bidang SDM dan Kemiskinan Maret, 2007

2 MEMASUKKAN PRIORITAS DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
Visi dan Misi Presiden Terpilih RPJM RKP Menciptakan Indonesia yang aman dan damai; Menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis, dan; Meningkatkan kesejahteraan rakyat. Poverty reduction is integrated into the 3 priority agendas and several of the development programs Includes the MDGs: 8 development goals used to frame our medium targets as part of our international commitments, to be achieved by 2015 Includes the Poverty Reduction Strategy (SNPK), developed through a multi-stakeholder process, with targets for reducing multi-dimensional poverty by addressing 10 basic rights Government’s annual development plan (RKP) The Government sets development priorities each year. Poverty reduction has always been on the top priority The priorities provide guidance to ministries’ work plans and subsequently expenditure budgets Based on the elected president’s vision and mission, the government sets three agenda in order to solve the main problems in development. These three priority agenda are creating: Prosperous Indonesia Just and democratic Indonesia, and Safe and peaceful Indonesia These three priority agenda then has been integrated into the Medium Term Development Plan of our new President and Cabinet. In relate to poverty reduction, The Medium Term Development Plan (RPJM) also sets out poverty reduction targets linked to international MDGs but localized to our context, to be achieved by 2009. The RPJM, furthermore, includes the National Poverty Reduction Strategy. The Strategy based on concept of fulfilling ten basic rights, consistent with the MDGs, including: (i) right to sufficient food, and essential health and education services (ii) access to employment and business opportunities (iii) right to adequate housing and clean water (iv) equitable use and sustainable development of land and natural resources (v) right to security and to participate in development process The strategy completed in late 2004 just as new President elected, and in time to influence government and sectoral medium term development plans. The Medium Term Development Plan, in turn, provided the reference for ministries’ medium term plans, and each year moving forward, for the Annual Government Work Plan (RKP) and ministry Work Plans and Budgets (Renja-KL and RKA-KL).

3 PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
I. Mendorong pertumbuhan yang berkualitas - Pertumbuhan yang menciptakan kesempatan kerja yang memadai - Industri padat pekerja - Perdagangan dan ekspor - Usaha mikro, kecil dan menengah II. Meningkatkan akses masyarakat miskin ke pelayanan dasar - Pendidikan - Kesehatan - Infrastruktur dasar - Pangan dan gizi We are just in the process of developing our Annual Government Work Plan for Cabinet just approved 9 priority areas, consistent with those from 2006, again focused on reducing multi-dimensional poverty. The specific poverty reduction priorities and programs are: 1) To meet basic needs in health, education, basic infrastructure, food, and nutrition, 2) Empowerment of the poor, and 3) Improve social protection system Again, the National Development Planning Ministry and Finance Ministry collaborated to establish indicative ceilings, using the priorities as reference, for each ministry and program. As noted previously, we will use the findings of the assessments of the major fuel subsidy savings programs to make improvements and/or alter budget allocations as warranted. We will also be examining the possibility of piloting an program of conditional cash transfers.

4 PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
Pemberdayaan masyarakat miskin - Pembangunan berbasis masyarakat Ekonomi, sosial dan lingkungan - Memberikan lapangan kerja  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat IV. Memperbaiki sistem perlindungan sosial - Bantuan sosial - Jaminan sosial berbasis asuransi kepada masyarakat miskin - Menjajaki pelaksanaan SLT bersyarat  Program Keluarga Harapan

5 MASALAH DAN TANTANGAN 1. Pelaksanaan Bantuan Sosial yang Belum Memadai
2. Pelaksanaan Jaminan Sosial Berbasis Asuransi terutama bagi Masyarakat Miskin Belum Memadai

6 OBJECTIVES AND FUNCTIONING OF SCHEMES FOR SOCIAL PROTECTION
1. Bismarck-Type Regulations Social state model (Germany, Lord Chancellor Bismarck, 1881). Based on social insurance financed by income-related contributions and on complementary social assistance financed by taxes 2. Beveridge-Type Regulations Welfare state model (Great Britain, Beveridge, 1942) General provisions of public care against all existential risks and is financed by taxes 3. Residual-Type Regulations Based on private insurance financed by risk-related premiums and on complementary social assistance financed by taxes

7 BANTUAN SOSIAL Bantuan yang diberikan kepada pihak pihak yang rentan, berupa: A. Bantuan Langsung: Subsidi Cash Transfer Dana Sosial B. Bantuan Tidak Langsung: Pelayanan Rehabilitasi/Pembinaan Perlindungan Pemberdayaan

8 KELOMPOK RENTAN 1. Penyandang Cacat 2. Terlantar: Lansia Terlantar
Anak Terlantar 3. Komunitas Adat Terpencil 4. Tuna Sosial: Gelandangan Pengemis PSK Eks Narapidana Eks Korban NAPZA 5. Korban Bencana

9 JUMLAH PENYANDANG CACAT MENURUT JENIS
MASALAH KECACATAN JUMLAH PENYANDANG CACAT MENURUT JENIS No Jenis Cacat Banyaknya 1 Penyandang tuna netra (buta) 2 Penyandang tuna rungu (tuli) 3 Penyandang tuna wicara (bisu) 4 Penyandang tuna wicara dan rungu (bisu-tuli) 67.575 5 Penyandang tuna daksa (cacat tubuh) 6 Penyandang tuna grahita (cacat mental) 7 Penyandang cacat jiwa 8 Penyandang cacat ganda 83.396 Sumber: Data Susenas Modul 2003 dalam Analisis Deskriptif PMKS, BPS dan Depsos

10 JUMLAH PENYANDANG CACAT YANG MENDAPAT PELAYANAN
MASALAH KECACATAN JUMLAH PENYANDANG CACAT YANG MENDAPAT PELAYANAN No Jenis Cacat Pelayanan Luar Panti Pelayanan Dalam Panti 1 Penyandang tuna netra (buta) 98.661 4.025 2 Penyandang tuna wicara dan rungu (bisu-tuli) 4.020 3 Penyandang tuna daksa (cacat tubuh) 51.529 1.480 4 Penyandang tuna grahita (cacat mental) 43.809 1.705 5 Penyandang cacat ganda 13.395 913 Sumber: Data Sensus Potensi Desa 2003

11 MASALAH KETERLANTARAN
JUMLAH ANAK DAN LANSIA TERLANTAR DAN RAWAN TERLANTAR Tahun Kategori Terlantar Rawan terlantar 2000 Anak 2003 2004 n.a. Lansia Sumber: Data Susenas Modul 2003 dan Pusdatin Depsos 2004

12 OPSI-OPSI TARGETING Means-testing, meskipun memerlukan data berkualitas tinggi yang jarang tersedia di banyak negara dan membutuhkan biaya besar Geographical targeting, pemberian bantuan disediakan bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi Community-based targeting, memanfaatkan struktur komunitas untuk mengidentifikasi anggota termiskin dalam suatu komunitas atau mereka yang memenuhi kriteria penerima bantuan Menyediakan manfaat bagi mereka yang diketahui tergolong ke dalam salah satu kategori “rentan” dalam populasi tertentu; dan Self-targeting seperti program-program yang menyediakan pekerjaan dengan besaran upah di bawah standar pasar (below-market wage), dengan pertimbangan bahwa individu akan memilih untuk berpartisipasi

13 PRINSIP-PRINSIP DALAM MERANCANG BANTUAN SOSIAL
i. Responsive to the needs, realities and conditions of livelihood of beneficiaries; ii. Affordable in the context of short and medium term budget planning for the public budget – and in terms of not placing unreasonable burdens on household and communities; iii. Sustainable, both financially and politically – with a requirement on government to ensure that the state’s role in social protection reflects an adequate level of public support for interventions to assist the poorest; iv. Mainstreamed institutionally within sustainable structures of governance and implementation wheter within state or civil society structures; v. Built on a principle of utilizing the capabilities of individuals, household and communities and avoiding creation of dependency and stigma; and Flexible – capable of responding to rapidly changing scenarios and vi. Emergence of new challenges (e.g. impact of HIV/AIDS), and of supporting individuals through the changing demands of the life cycle.

14 EXAMPLE OF DESIGN OPTION MATRIX
Aim Vulnerabilities Time Span Type Of Support To cope with difficult circumstance Disability, severe illness, neglect, age, unemployment, homeless, ethnic minority, single mother Fixed length Cash (regular payments, lump sums); in-kind: subsidies (food, education, health, housing), goods (food for work); and services (health care) To mitigate the effects of negative events Natural disasters: flood, earthquake, drought Short-term In-kind: subsidies (food, education, health, housing), goods (food for work); and services (health care) To prevent decline in living standards Poverty, lack of education, lack of assets, economic shocks Long-term

15 ISSUES IN IMPLEMENTING INSURANCE-BASED SOCIAL PROTECTION
JAMINAN SOSIAL ISSUES IN IMPLEMENTING INSURANCE-BASED SOCIAL PROTECTION INSTITUTIONAL ARRANGEMENT How are we going to organize this? HOW MUCH DOES IT COST? WHO IS GOING TO FINANCE? WHAT IS THE IMPACT TO EMPLOYMENT

16 PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI BERSYARAT (Conditional Cash Transfer)
PKH Adalah bantuan Tunai Yang Diberikan Kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Peserta PKH diwajibkan untuk mengirim anaknya ke PUSKESMAS (0-6 tahun) dan/atau mengirim ke sekolah (7-15 tahun), dan/atau membawa ibu hamil ke PUSKESMAS

17 Manfaat BTB 1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui: - Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin) - Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect). 3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya. 4. Mengurangi pekerja anak. 5. Mempercepat pencapaian MDGs (melalui peningkatan akses pendidikan, peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian balita, dan peningkatan kesetaraan jender).

18 Partisipasi Sekolah Menurut Golongan Pendapatan Tahun 2005
Termiskin Terkaya Sekolah Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Total Usia 7-12 tahun Hadir di sekolah Tidak berada di sekolah 82.865 Tidak pernah bersekolah 92.381 47.778 Drop out 84.938 50.848 35.087 TOTAL Usia tahun 49.956 29.350 12.230 9.432 7.595 Usia tahun 56.215 28.597 20.196 13.395 6.766 Sumber: diolah dari data BPS, Susenas 2005

19 Persentase Pekerja Anak (10-17 tahun)
Dan Jumlah Jam Kerja Tahun JUMLAH JAM KERJA FEB 2005 NOV 2005 FEB 2006 AGT 2006 0 *) 82.326 48.041 37.506 95.362 1 - 14 1 - 34 - 35+ TOTAL % Pekerja anak terhadap total yang bekerja 10 tahun ke atas 3,41 2,70 2,33 2,80 Sumber: Sakernas *) Sementara tidak bekerja

20 Keterlibatan dan Potensi Terjerumus Ke Dalam
Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan Yang Mempekerjakan Pekerja Anak Sektor Usia 10-14 Usia 15-17 Pelacuran Tidak ada data 27.000 Perdagangan Narkoba (minimum) Pertanian Pertambangan 16.182 28.444 Pekerjaan Rumah Tangga Perikanan 31.172 Konstruksi 6.912 94.623 Manufaktur TOTAL

21 JUMLAH SISWA MISKIN PENERIMA BANTUAN KHUSUS DARI DANA BOS DI BEBERAPA SEKOLAH SAMPEL  Menunjukan Program Pendidikan Belum Efektif Bagi Orang Miskin Provinsi Jumlah Siswa Siswa Miskin (Tidak Mampu) yang Memperoleh Perlakuan Khusus % dari jumlah siswa miskin Jawa Timur 2.957 1.002 33,9 242 8,2 24,2 Banten 2.367 397 16,8 48 2,0 12,1 Sulawesi Utara 3.173 tad 296 9,3 Sumatera Utara 2.841 940 33,1 256 9,0 NTB 1.74 568 32,6 111 6,4 Total 13.078 2.907 29,3 953 6,5 22,6 Sumber: Smeru (2006)

22 Persentase Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, Tahun 2003

23 Status Kesehatan Menurut Golongan Pendapatan
Quintile AKB AKBA Persalinan dg Pertolongan Tenaga Kesehatan (%) Q 1 (Termiskin) 61 77 21.3 Q 2 50 64 38.4 Q 3 44 56 48.1 Q 4 36 45 64.4 Q 5 (Terkaya) 17 22 89.2 Semakin miskin, semakin tinggi kematian Keterangan: AKB = Angka kematian bayi/1000 kelahiran hidup AKBA = Angka kematian balita Sumber: SDKI 2002/2003 dan Depkes

24  Menunjukan Program Kesehatan Belum Efektif Bagi Orang Miskin
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN MISKIN DIBANDINGKAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI SULAWESI UTARA  Menunjukan Program Kesehatan Belum Efektif Bagi Orang Miskin Sumber: Rapid Assessment PKPS-BBM Bidang Kesehatan, Puska UI, Mei 2006

25 Permasalahan yang Dihadapi Penduduk Dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan, Tahun 2002-2003
Sumber: SDKI

26 SASARAN RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN Tahun 2007
Untuk Tahap awal (2007) ditujukan untuk Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). RTSM yang mempunyai anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu dalam keadaan hamil saat survey registrasi. Data calon penerima berasal dari daftar RTM penerima program SLT yang diranking kembali berdasarkan metodologi yang disempurnakan untuk mengurangi exclusion dan inclusion error pada data SLT. BPS akan melakukan survey kembali, untuk: - Melengkapi rincian data RTSM yang dibutuhkan. - Menjaring RTSM yang terlewat pada survey SLT sebelumnya.

27 Lokasi Penerima Program BTB
Dilaksanakan di beberapa daerah uji coba/percontohan yang dipilih berdasarkan: - Kesediaan daerah, disampaikan pada saat musrenbang - Kondisi kemiskinan cukup besar: jumlah dan persentase penduduk miskin, kasus gizi buruk dan angka putus sekolah - Kesiapan sisi supply pelayanan kesehatan dan pendidikan Uji coba diperlukan untuk penyempurnaan targeting, perbaikan supply side, dan testing instrumen verifikasi kondisi, penyaluran, pengaduan, dsb Terpilih 7 Propinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan NTT Melalui pemilihan random berdasar data kemiskinan di atas terpilih 48 kabupaten dan 348 kecamatan: 1 kota di DKI Jakarta (Jakarta Utara) 11 kabupaten/kota di Jawa Barat 21 kabupaten/kota di Jawa Timur 1 kabupaten di Sumatera Barat (Pesisir Selatan) 5 kabupaten/kota di Sulawesi Utara 2 kabupaten/kota di Gorontalo 7 kabupaten/kota di NTT

28 KEWAJIBAN BAGI PENERIMA PKH
Penerima PKH diwajibkan: a. Ibu hamil: Pemeriksaan kehamilan (min.4 kali) dan mendapatkan suplemen Fe. Proses kelahiran yang ditangani tenaga medis Kunjungan setelah melahirkan (min.2 kali) untuk penyuluhan kesehatan/ibu menyusui b. Anak usia 0-6 tahun: Usia 0–11 bulan melakukan imunisasi komplet (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan pemantauan tumbuh kembang anak setiap bulan Usia 6-11 bulan melakukan pemberian Vitamin A (2 kali setahun: Februari dan Agustus), Usia 12–59 bulan melakukan imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang setiap bulan Pemantauan tumbuh kembang anak usia pra sekolah (5-6 tahun) c. Anak Usia 7-15 tahun: Mendaftarkan anak usia 6-15 tahun di SD dan/atau SMP dengan kehadiran min. 85% hari sekolah dalam sebulan selama thn ajaran berlangsung. RTSM dengan anak usia >15 tahun namun belum menyelesaikan dikdas dapat menerima bantuan apabila anak tsb bersekolah atau mengikuti pendidikan kesetaraan dan memenuhi ketentuan yang berlaku. 2. Bantuan diberikan per 3 bulan kepada ibu/wanita dewasa dalam RTSM. 3. Tidak ada persyaratan untuk penggunaan uang.

29 SKENARIO BESARAN BANTUAN
Total dana program BTB non pendidikan: Rp. 1 Triliun Skenario Bantuan Bantuan per RTM per tahun (Rp) Bantuan tetap Bantuan bagi RTSM yang memiliki: a. Anak Usia Balita b. Ibu Hamil/Menyusui c. Anak Usia SD/MI d. Anak Usia SMP/MTs Rata-rata bantuan per RTSM Bantuan minimum per RTSM Bantuan maksimum per RTSM Catatan: Bantuan kesehatan berlaku untuk RTSM dengan balita dan/atau ibu hamil Besar bantuan adalah 16% rata2 pendapatan RTSM per tahun Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata2 RTSM per tahun

30 LANDASAN HUKUM : BAPAK PRESIDEN :
I. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007  Rp. 1,8 T di Depdiknas  Rp. 2,2 T di Depsos, BPS, Menko Info, PT Pos Rp. 4,0 T II. UU Nomer 18 Tahun 2006 Tentang APBN Tahun 2007  Rp. 1,0 T di Depsos, BPS, Menko Info, PT Pos Rp. 2,8 T BAPAK PRESIDEN : I. Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tanggal 16 Agustus 2006  Rp. 4 T II. Pidato Presiden R.I. Tanggal 23 Agustus 2006 di Dewan Perwakilan Daerah  Rp. 4 T

31 PEMBAGIAN KERJA DAN ALUR INFORMASI PELAKSANAAN PKH
TIM PENGENDALI PKH TIM PELAKSANA PKH DEPARTEMEN SOSIAL Sensus RTSM Sistem Informasi PKH Pencetakan Kartu Sekretariat Pelaksana PKH Pengaduan Dari Masyarakat BPS PT. POS Pemerintah Daerah Depsos/Depdagri/Diknas/ Depnakertrans/Depkes/ Depkominfo/BPS/PT. POS Survey Kesiapan ‘Supply Side’ Depsos Dan PT POS K/L Terkait dan PEMDA Penyaluran PKH BPS PT. POS PENDAMPING Proses Verifikasi Supply Side RTSM SOSIALISASI DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI

32 PERSIAPAN PELAKSANAAN
Penyusunan dan penyempurnaan targeting (BPS). Survey registrasi (beneficiary roster) & Penjaringan dan Verifikasi RTSM (BPS). Survey kesiapan prasarana dan sarana kesehatan dan pendidikan (BPS). Penyusunan Unit-unit Pelaksana PKH (Depsos). Penyusunan sistem verifikasi dan pencetakan berbagai format/kartu yang diperlukan (Depsos). Pelatihan fasilitator pelaksana di lapangan (Depsos). Sosialisasi di daerah pelaksanaan BTB (Depkominfo). Pengembangan Sistem data dan Informasi (Depsos + PT. POS).

33 NEGARA-NEGARA YANG MELAKSANAKAN BANTUAN TUNAI BERSYARAT
AMERIKA LATIN: Meksiko Honduras Jamaika Colombia Ekuador Chili Brazil Nikaragua LAINNYA: Turki Bangladesh Pakistan Kenya Afrika Selatan Tepi Barat dan Jalur Gaza Burkina Faso Ethiopia Lesotho ASIA: Kamboja Indonesia (pilot)

34 PERSIAPAN PELAKSANAAN
Komitmen bersama untuk mensukseskan Program Keluarga Harapan (PKH). DEPKES Anggota keluarga RTSM usia 0-6 tahun peserta PKH didaerah uji coba memperoleh pelayanan kesehatan sesuai protokol Depkes. DIKNAS Anggota keluarga RTSM usia 7-15 tahun peserta PKH didaerah uji coba memperoleh pelayanan pendidikan sesuai protokol Diknas. 4. MENKO KESRA meresmikan Tim Pengedali.

35 PNPM Latar Belakang Masyarakat telah terbiasa dengan konsep swadaya
Memiliki sejarah yang panjang Masyarakat telah terbiasa dengan konsep swadaya PERDESAAN 1980an: Program Padat Karya 1994: IDT 1995: Infrastruktur perdesaan (8,000 desa) PERKOTAAN 1970an: Kampung Improvement Program (KIP) 1980an: KIP mendapat beberapa penghargaan international 1998an s/d sekarang: perubahan paradigma pemberdayaan masyarakat pada saat kepercayaan terhadap pemerintah rendah dan untuk lebih menjangkau masyarakat yang bertambah miskin akibat krisis  menggunakan pendekatan Community-Driven Development (CDD)

36 Pendekatan Community-Driven Development (CDD)
Definisi Komunitas memiliki kontrol atas keputusan yang diambil dan sumberdaya yang digunakan Masyarakat miskin diperlakukan sebagai pelaku utama (subyek dan mitra) dalam proses pengambilan keputusan Pemberdayaan terjadi pada saat masyarakat berinteraksi secara saling hormat menghormati, bertoleransi dan terdapat dukungan sosial. Dukungan yang diperlukan Institusi pendukung/fasilitator yang demand-responsive Terdapat akses informasi Terjadi penciptaan lingkungan/kondisi yang memadai untuk pengembangan aset

37 Proses pengambilan keputusan masyarakat
PS Siapa yg miskin? Apa masalahnya? Apa potensinya? Siapa yg akan melaksanakan? + 8 – 10 bulan + 6 – 10 bulan PJM Pronangkis RK Bagaimana melaksanakannya? Apa itu kemiskinan? + 10 – 12 bulan + 5 – 6 bulan Apa kita akan memanfaatkan proyek? Siapa yg akan Menerima manfaat? + 4 bulan > 8 bulan

38 Konvensional (berbasis sektor/kedinasan)
Perbedaan antara proyek-proyek konvensional dan yang berbasis komunitas Tipe Proyek Kelebihan Kekurangan Berbasis Komunitas Terdapat ownership masyarakat Efektif untuk mengatasi masalah yg ada Manfaat nyata Pembelajaran langsung bagi rakyat Memerlukan waktu lama untuk sosialiasi dan fasilitasi Belum tersedianya peraturan/perundanganyayang memadai Konvensional (berbasis sektor/kedinasan) Waktu lebih cepat Tidak ada ownership untuk operasi & pemeliharaan Kurang efektif karena tidak sesuai kebutuhan masyarakat KKN

39 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
1. Untuk menyediakan barang jasa skala kecil (tidak kompleks), dapat dikerjakan melalui kerjasama masyarakat di tingkat lokal dan sekaligus untuk penciptaan kesempatan kerja: Pengembangan infrastruktur Pengembangan ekonomi masyarakat/lokal Peningkatan sumberdaya manusia 2. Mengisi pasar yg tidak sempurna dan layanan pemerintah yg tidak berhasil  komplemen aktivitas publik dan pasar 3. Internalisasi pembangunan untuk masyarakat miskin dan marginal Pemberdayaan penduduk miskin dan modal sosial 4. Keberlanjutan (Sustainability) Membangun ownership masyarakat terhadap pembangunan dan hasil-hasilnya Efisiensi dan efektivitas penanganan masalah Kontribusi upaya pengurangan kemiskinan Membangun kemampuan masyarakat dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta operasi, dan pemeliharaan institusi dan fasilitas fisik yang terbangun.

40 Rencana Pengembangan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Penggabungan desain program pemberdayaan masyarakat yang besar: a. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP): Executing agency: Departemen PU Jangkauan: 869 kecamatan (5.082 desa kelurahan) Komponen kegiatan skr: a) modal bergulir; b) perbaikan sarana/prasarana dasar; dan c) pengembangan kapasitas masyarakat dan pemda. b. Program Pengembangan Kecamatan (PPK): Executing agency: Depdagri Jangkauan: kecamatan ( desa) Komponen kegiatan skr: a) modal kerja usaha ekonomi produktif/simpan pinjam; b) pembangunan sarana/prasarana dasar; c) pengembangan kapasitas masyarakat dan pemda. 2.Harmonisasi kegiatan program pemberdayaan masyarakat lainnya: Program Ekonomi Pemberdayaan Masyarakat (PEMP), Community and Empowerment for Rural Development (CERD), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas/WSSLIC), Rural Infrastructure and Social Economic (RISE), dll.

41 Rencana Perluasan Dengan asumsi:
(1) P2KP dan PPK di awal tahun 2007 masih berjalan di 789 kecamatan. (2) Jumlah kecamatan di seluruh Indonesia: kecamatan. Tahun Target: Kecamatan Yang Akan Dijangkau 2007 Target 2000 kecamatan kekurangan = kecamatan 2008 Target kecamatan kekurangan = kecamatan 2009 Target kecamatan kekurangan = kecamatan

42 Kebutuhan dana pengembangan program
Tahun Komponen dana Alt. 1 Alt. 2 Bantuan kecamatan (2000 kec) Rp M Rp M Kegiatan pendukung Rp M Rp M Total Rp M Rp M Bantuan kecamatan (3800 kec) Rp M Rp M Kegiatan pendukung Rp M Rp M Total Rp M Rp M Bantuan kecamatan (5.623 kec) Rp M Rp M Kegiatan pendukung Rp M Rp M Total Rp M Rp M Total perkiraan kebutuhan dana Rp M Rp M Catatan: Alternatif 1= Bantuan Rp. 1,5 M per kecamatan Alternatif 2 = Bantuan Rp. 3 M per kecamatan

43 Catatan Kenaikan Besaran Bantuan Langsung Masyarakat
Kondisi Sekarang Sejak 1998: Bantuan Langsung Masyarakat diberikan sebesar Rp. 1 milyar / kecamatan (untuk PPK), dan rata-rata Rp. 300 juta / kelurahan (untuk P2KP). Investasi pemerintah melalui PPK dan P2KP sejak 1998: USD 1.3 milyar. Jumlah desa dan kelurahan PPK dan P2KP yang terlayani kedua program: +/ dengan jumlah penduduk miskin yang terjangkau sekitar 61 juta orang. Investasi per kapita melalui kedua program ini: USD 2.93 per tahun. Usulan Kenaikan Diajukan dengan pertimbangan: (1) percepatan upaya penyediaan akses terhadap prasarana dan sarana dasar; (2) penciptaan kesempatan kerja dalam rangka mempercepat penurunan angka kemiskinan; (3) penciptaan dampak sosial ekonomi yang lebih besar.

44 Kebutuhan dan Perkiraan Sumber Dana Tahun 2007
Kebutuhan Dana 2007 (Alternatif 1) Rp M Sudah Masuk RAPBN 2007 Sumber Bank Dunia Jumlah Dana - PPK dan P2KP (789 Kecamatan) Rp ,8 M Usulan Tambahan 1. Bank Dunia dan Siap Dimasukkan ke RAPBN - Dana PPK yang belum terserap Rp ,0 M 2. JBIC (renegosiasi proyek RISE) Rp ,0 M 3. Pinjaman baru (consessional; IDA) Rp ,2 M

45 Terima Kasih


Download ppt "MEMBANGUN SISTEM PERLINDUNGAN SOSIAL"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google