Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pragmatik Dewi Puspitasari.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pragmatik Dewi Puspitasari."— Transcript presentasi:

1 Pragmatik Dewi Puspitasari

2 *Struktur bahasa terdiri dari fonologi, leksikon dan gramatika
Sistem Bahasa Pragmatik Dunia bunyi Dunia makna Struktur bahasa* Pragmatik Pragmatik Pragmatik *Struktur bahasa terdiri dari fonologi, leksikon dan gramatika

3 Penjelasan Di dalam dunia bunyi dan dunia makna terdapatlah konteks.
Konteks mempengaruhi keserasian sistem suatu bahasa. Konteks sebagai unsur di luar bahasa dikaji dalam pragmatik.

4 Untuk mengkaji pragmatik...
Diperlukan pemahaman budaya masyarakat pengguna bahasa itu. Di Indonesia: “Mau ke mana?” Di Cina: “Sudah makan?”

5 Contoh-contoh sapaan tersebut...
Menunjukkan bahwa penutur bahasa yang bersangkutan mengerti bahwa orang yang mengajaknya bicara bermaksud berbasa-basi kepadanya. Apa yang dimaksud oleh para pengguna bahasa ketika berinteraksi inilah yang dipelajari dalam pragmatik.

6 Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa.
Kesimpulan Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa.

7 Definisi Pragmatik (Yule, 1996:3)
(1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

8 Dari definisi tersebut...
Timbul pertanyaan: Apakah makna juga dibahas dalam pragmatik? Bukankah makna itu merupakan kajian semantik?

9 Untuk menjawab pertanyaan tersebut...
Kita mengingat kembali definisi dari semantik, yaitu cabang linguistik yang mengkaji makna secara internal, dalam arti makna yang ada di dalam bahasa (kata) tsb. Sedangkan, pragmatik adalah cabang linguistik yang mengkaji makna secara eksternal, dalam arti makna yang ada di luar bahasa (kata) tersebut. Makna yang ada di luar bahasa (makna eksternal) sama dengan makna penutur (maksud dari penutur).

10 INTERAKSI & SOPAN SANTUN

11 Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan...
.. harus mengetahui: Siapa saja yang terlibat didalamnya, Bagaimana hubungan dan jarak (status) sosial di antara pembicara.

12 Contohnya... A: Setelah ini, kerjakan yang lain. B: Baik, Bu.
Penggalan Percakapan 1 Penggalan Percakapan 2 A: Setelah ini, kerjakan yang lain. B: Baik, Bu. A: Bantuin, dong! B: Sabar sedikit kenapa, sih?

13 Bentuk Sopan Santun Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik bila ada kesadaran akan bentuk sopan santun. Bentuk sopan santun dapat diungkapkan dengan: Penggunaan bentuk pronomina Pengungkapan secara tidak langsung

14 1. Penggunaan Bentuk Pronomina
Kata anda dan beliau dalam bahasa Indonesia. Kata tu dan vous dalam bahasa Perancis. Kata anata dan ano kata dalam bahasa Jepang.

15 2. Pengungkapan secara Tidak Langsung
A: Hari ini ada acara? B: Kenapa? A: Kita makan-makan, yuk! B: Wah, terima kasih, deh. Saya sedang banyak tugas!

16 Pengungkapan secara Tidak Langsung 2
Bentuk pengungkapan tidak langsung juga dapat ditemukan di dalam maksud yang tersirat, sehingga dibutuhkan kemampuan seseorang untuk menangkap maksud yang tersirat di dalam suatu ujaran. Contohnya: A: Tong sampah sudah penuh. B: Tunggu, ya. Aku baca koran dulu. Nanti kubuang, deh!

17 IMPLIKATUR PERCAKAPAN

18 Di dalam percakapan, seorang pembicara memiliki maksud tertentu ketika mengujarkan sesuatu.
Maksud yang terkandung di dalam ujaran disebut dengan Implikatur.

19 Pembicara harus berusaha agar apa yang dikatakannya relevan dengan situasi dalam percakapan, serta jelas dan mudah dipahami oleh pendengarnya. Dengan kata lain, ada kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh pembicara agar percakapan berjalan lancar. Kaidah-kaidah ini dalam pragmatik dikenal dengan prinsip kerja sama.

20 Prinsip Kerja Sama Menurut Grice (1975), di dalam prinsip kerja sama, pembicara harus mematuhi empat maksim*, yaitu: Maksim Kuantitas Maksim Kualitas Maksim Relevansi Maksim Cara *Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta tuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun interpersonal agar proses komunikasi berjalan lancar.

21 1. Maksim Kuantitas Dalam percakapan, penutur harus memberikan kontribusi secukupnya kepada mitra tutur (lawan bicara) nya. Contoh: Anak gadis saya sekarang sudah punya pacar. Anak gadis saya yang perempuan sekarang sudah punya pacar. Bandingkanlah kalimat 1 dan 2!

22 1. Maksim Kuantitas (lanjutan)
Kalimat 1 menunjukkan kontribusi yang cukup kepada mitra tutur (lawan bicara) nya. Kalimat 2, kata gadis sudah mencakup makna ‘perempuan’, sehingga kata perempuan memberikan kontribusi yang berlebihan pada kalimat tersebut.

23 2. Maksim Kualitas Dalam percakapan, peserta percakapan harus mengatakan hal yang sebenarnya. Misalnya, seorang mahasiswa Universitas Brawijaya seharusnya mengatakan bahwa kampus Universitas Brawijaya berada di Malang, bukan kota lain, kecuali jika ia benar-benar tidak tahu.

24 2. Maksim Kualitas (lanjutan)
Kadangkala penutur tidak merasa yakin dengan apa yang diinformasikannya. Untuk mengatasi keraguan tersebut, maka dapat digunakan ungkapan di awal kalimat seperti setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya, dsb sebagai pembatas yang memenuhi maksim kualitas.

25 3. Maksim Relevansi Setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan. Contoh: 1. A: Kamu mau minum apa? B: Yang hangat-hangat saja. 2. A: Kamu mau minum apa? B: Sudah saya cuci kemarin. Bandingkan penggalan percakapan 1 dan 2!

26 3. Maksim Relevansi (lanjutan)
Contoh penggalan percakapan 1 merupakan kontribusi yang relevan dari jawaban yang diberikan B. Contoh penggalan percakapan 2, B TIDAK memberikan jawaban yang relevan terhadap pertanyaan A.

27 3. Maksim Relevansi (lanjutan)
Topik-topik yang berbeda dalam percakapan dapat menjadi relevan jika memiliki kaitan. Kaitan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan ungkapan di awal kalimat seperti ngomong-ngomong..., sambil lalu..., atau by the way... sebagai pembatas yang memenuhi maksim relevansi.

28 4. Maksim Cara Setiap peserta percakapan harus berbicara langsung dan lugas serta tidak berlebihan. Seorang penutur juga harus menafsirkan kata-kata yang dipergunakan oleh mitra tuturnya berdasarkan konteks pemakaiannya.

29 4. Maksim Cara (Contoh) Penggalan Percakapan 1 Penggalan Percakapan 2 A: Mau yang mana, komedi atau horor? B: Yang komedi saja. Gambarnya juga lebih bagus. A: Mau yang mana, komedi atau horor? B: Sebetulnya yang drama bagus sekali. Apalagi pemainnya aku suka semua. Tapi ceritanya tidak jelas arahnya. Action oke juga, tapi ceritanya aku tidak mengerti. A: Jadi kamu pilih yang mana?

30 4. Maksim Cara (Penjelasan)
Penggalan percakapan 1, B memberikan jawaban yang lugas dan tidak berlebihan, Penggalan percakapan 2, B melakukan pelanggaran terhadap maksim cara dengan memberikan jawaban tidak lugas dan berlebihan.

31 Speech Act PERTUTURAN

32 Definisi Pertuturan (Speech Act)
Seluruh komponen bahasa dan nonbahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh, dan yang menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian, topik, dan konteks amanat itu.

33 Jenis Pertuturan (Speech Act)
1. Pertuturan Lokusioner 2. Pertuturan Ilokusioner 3. Pertuturan Perlokusioner

34 Definisi Jenis Pertuturan (Speech Act)
Pertuturan Lokusioner Dasar tindakan dalam suatu ujaran (pengungkapan bahasa). Pertuturan Ilokusioner Maksud atau tujuan tindakan yang menyertai ujaran tersebut. Pertuturan Perlokusioner Pengaruh dari maksud dan dasar tindakan tersebut.

35 Contoh Pertuturan (Speech Act)
Pertuturan Lokusioner Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu. Pertuturan Ilokusioner Saya mengungkapkan janji untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu. Pertuturan Perlokusioner Perubahan yang dijanjikan oleh “saya” bahwa saya tidak akan melakukan perbuatan tersebut.

36 Contoh Pertuturan Lain
Awas kalau kamu berani kemari lagi!

37 Contoh Pertuturan 1 Mulai hari ini kamu adalah bagian keluarga kami.
Pertuturan Lokusioner Mulai hari ini kamu adalah bagian keluarga kami. Pertuturan Ilokusioner “Kami” menyatakan kepada “kamu” untuk menjadi bagian dari keluarga “kami”. Pertuturan Perlokusioner Perubahan yang terjadi pada “kamu” bahwa “kamu” telah menjadi bagian keluarga “kami”.

38 Contoh Pertuturan 2 Pertuturan Lokusioner Saya peringatkan sekali lagi, jangan coba-coba mencontek. Pertuturan Ilokusioner Saya memperingatkan orang lain untuk tidak mencontek. Pertuturan Perlokusioner Perubahan yang terjadi pada orang tersebut bahwa orang tersebut tidak akan mencontek dengan peringatan dari “saya”.

39 Contoh Pertuturan Awas kalau kamu berani kemari lagi!
Pertuturan Lokusioner Awas kalau kamu berani kemari lagi! Pertuturan Ilokusioner Seseorang mengancam “kamu” untuk tidak datang kemari lagi. Pertuturan Perlokusioner Perubahan yang terjadi pada “kamu” bahwa “kamu” tidak berani datang lagi karena ancaman seseorang.

40 Berdasarkan tujuannya, pertuturan dikelompokkan atas...
Asertif Direktif Komisif Ekspresif Deklaratif

41 Penjelasan 1 Asertif, melibatkan penutur kepada kebenaran atau kecocokan proposisi, misalnya menyatakan, menyarankan, dan melaporkan. Direktif, bertujuan sebagai tanggapan berupa tindakan dari mitra tutur, misalnya menyuruh, memerintahkan, meminta, memohon, dan mengingatkan.

42 Penjelasan 2 Komisif, melibatkan penutur dengan tindakan atau akibat selanjutnya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam. Ekspresif, memperlihatkan sikap penutur pada keadaan tertentu, misalnya berterima kasih, mengucapkan selamat, memuji, menyalahkan, memaafkan, dan meminta maaf.

43 Penjelasan 3 Deklaratif, menunjukkan perubahan setelah diujarkan, misalnya membaptiskan, menceraikan (secara Islam), menikahkan, dan menyatakan.

44 Contoh Pertuturan Lain
Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu. Mulai hari ini kamu adalah bagian keluarga kami. Saya peringatkan sekali lagi, jangan coba-coba mencontek! Awas kalau kamu berani kemari lagi! Komisif Deklaratif Direktif

45 REFERENSI & INFERENSI

46 Definisi Referensi Inferensi
Hubungan di antara unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa dengan lambang yang dipakai untuk mewakili atau menggambarkannya. Pengetahuan tambahan yang dipakai oleh mitra tutur atau pembaca untuk memahami apa yang tidak diungkapkan secara eksplisit di dalam ujaran.

47 Contoh Seseorang suka mendengarkan musik dangdut.
Orang itu suka mendengarkan musik dangdut. Orang suka mendengarkan musik dangdut.

48 Penjelasan 1 Kalimat 1 memiliki referensi tak takrif* (referensi tak tentu), dimana pronomina seseorang adalah ‘orang yang tidak dikenal’. *(ke)takrif(an): hal yang bersangkutan dengan sifat nomina atau frase nominal yang referennya telah ditentukan atau dianggap sama-sama diketahui oleh pembicara dan pendengar dalam situasi komunikasi. Bagian kalimat yang takrif biasanya mengandung kata itu, sang, dll, atau berupa nama diri.

49 Penjelasan 2 Kalimat 2 memiliki referensi takrif, karena apa yang dirujuknya jelas dan bertolak pada rujukan tertentu, yaitu penggunaan pronomina orang itu. Kalimat 3 memiliki referensi generik (umum), karena tidak merujuk kepada sesuatu yang khusus, dan lebih menekankan pada sesuatu yang umum, yaitu penggunaan pronomina orang.


Download ppt "Pragmatik Dewi Puspitasari."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google