Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

STATISTIK PERKEBUNAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "STATISTIK PERKEBUNAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS"— Transcript presentasi:

1 STATISTIK PERKEBUNAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS
Jakarta, 17 April 2008

2 BPS Jakarta, 17 April 2008

3 BPS Jakarta, 17 April 2008

4 LATAR BELAKANG

5 1. Kontribusi dalam pendapatan nasional, 2. penyediaan lapangan kerja,
Perkebunan merupakan subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional melalui : 1. Kontribusi dalam pendapatan nasional, 2. penyediaan lapangan kerja, 3. penerimaan ekspor, dan 4. penerimaan pajak. BPS

6 2. Perkebunan Besar (BUMN , Swasta Dalam Negeri, PMA)
SUB SEKTOR PERKEBUNAN 1. Perkebunan Rakyat 2. Perkebunan Besar (BUMN , Swasta Dalam Negeri, PMA) BPS Jakarta, 17 April 2008

7 Perkebunan Rakyat (PR) adalah perkebunan yang diselenggarakan oleh rakyat secara perorangan.
Luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas dan perlindungan yang memadai dari pemerintah. Masalah ini menjadi penting antara lain karena jumlah KK yang tergantung pada perkebunan rakyat sekitar 15 juta. Hak menguasai oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidak-pastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan belum kunjung diselesaikan.

8 Pengembangan perkebunan besar adalah perkebunan yang diselenggarakan oleh perusahaan perkebunan (pemerintah atau swasta baik dalam negeri maupun luar negeri). lebih dilandasi pada pembukaan lahan hutan dalam skala besar yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak masyarakat di dalamnya. Pada beberapa daerah kondisi demikian ini telah menimbulkan konflik sosial serta dampak negatif terhadap lingkungan. BPS

9 Organisasi-organisasi perusahaan perkebunan yang menghimpun diri dalam asosiasi pengusaha perkebunan bersifat eksklusif dan powerful dengan tingkat kepedulian terhadap pemberdayaan organisasi-organisasi petani/pekebun rendah Perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas lahan terbatas BPS Jakarta, 17 April 2008

10 PERMASALAH PERKEBUNAN
1. Sumber Daya Manusia 2. Kelembagaan 3. Otonomi Daerah 4. Pemasaran 5. Rekayasa Teknologi Genetika (Bioteknologi) 6. Eksport BPS Jakarta, 17 April 2008

11 POLA PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
Pola Perusahaan Inti (PIR) Pola Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) Pola Swadaya Pola Perusahaan Perkebunan Besar BPS Jakarta, 17 April 2008

12 Pola Perusahaan Inti (PIR)
Pola Perusahaan Inti Rakyat atau disingkat PIR atau Perkebunan Plasma adalah pola Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan kesinambungan. PIR merupakan pola pengelolaan perkebunan kerja sama antara pemerintah maupun swasta dengan petani dimana petani tersebut tidak punya sumber daya yaitu tanah dan modal , sedang tanah dan modal tadi dari pemerintah atau swasta BPS Jakarta, 17 April 2008

13 Kebun Plasma Kebun plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan perkebunan (Kebun Inti), serta ditanami dengan tanaman perkebunan. Kebun plasma ini semenjak penanamannya dipelihara dan dikelola kebun inti hingga berproduksi. Setelah tanaman mulai berproduksi, penguasaan dan pengelolaannya diserahkan kepada petani rakyat (dikonversikan). Petani menjual hasil kebunnya kepada kebun inti dengan harga pasar dikurangi cicilan/angsuran pembayaran hutang kepada kebun inti berupa modal yang dikeluarkan kebun inti membangun kebun plasma tersebut. BPS

14 Pola Unit Pelayanan Pengembangan (UPP)
UPP adalah pola pengelolaan perkebunan kerja sama antara pemerintah maupun swasta dengan petani dimana petani tersebut tidak punya sumber daya yaitu tanah saja dan punya modal , sedang modal tadi dari pemerintah atau swasta BPS Jakarta, 17 April 2008

15 Pola Swadaya Pola Swadaya adalah pola pengelolaan perkebunan kerja sama antara pemerintah maupun swasta dengan petani dimana petani tersebut punya sumber daya yaitu tanah dan modal , sedang pemerintah atau swasta membantu secara parsial jika ada masalah BPS Jakarta, 17 April 2008

16 Pola Perusahaan Perkebunan Besar
Perusahaan Perkebunan Besar adalah pola pengelolaan perkebunan yang dikelola perusahaan BUMN , Swasta atau PMA yang bergerak disubsektor perkebunan. BPS Jakarta, 17 April 2008

17 LANDASAN HUKUM UU No 16 tahun 1997 tentang Statistik
PP RI No 51 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik Perpres No. 86 Tahun 2007 tentang BPS

18 TUJUAN Mendapatkan luas tanaman, produksi , sarana produksi, struktur ongkos, tanaman perkebunan tahunan untuk survei Tahunan pada Perusahaan Perkebunan Mendapatkan luas tanaman, produksi , sarana produksi, struktur ongkos, tanaman perkebunan semusim untuk survei Tahunan pada Perusahaan Perkebunan Mendapatkan luas tanaman, produksi primer dan distribusi produksi primer perkebunan rakyat. 9 komoditi per bulan

19 RUANG LINGKUP DAN CAKUPAN
Pengumpulan data perusahaan perkebunan dilaksanakan di seluruh wilayah negara RI Perusahaan perkebunan yang dicakup adalah perusahaan perkebunan berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha perkebunan

20 PETUGAS Petugas lapangan yang terlibat dalam pengumpulan data perusahaan perkebunan adalah KSK dan atau Staf BPS Propinsi/Kab/Kota yang diberi tugas

21 METODOLOGI Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data perusahaan perkebunan adalah pencacahan lengkap (sensus) terhadap seluruh perusahaan perkebunan yang berbadan hukum (PTPN, PT, CV, Firma, Koperasi, BUMN, Perusahaan Daerah, Yayasan) usaha perkebunandendan data yang dikumpulkan tahunan dengan referensi waktu setahun yang lalu.

22 KONSEP DEFINISI BPS

23 Perusahaan Perkebunan Perusahaan perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai, dengan tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha adri instansi yang berwenang dalam pemberian izin usaha perkebunan. Usaha budidaya tanaman perkebunan diluar bentuk badan usaha, seperti yang diusahakan perorangan tanpa izin usaha atau diusahakan oleh rumah tangga petani tidak termasuk dalam konsep ini dan biasanya disebut usaha perkebunan rakyat. BPS

24 Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan BPS Jakarta, 17 April 2008

25 CV atau Commanditaire Vennotschaap adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan besama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara anggotanya. BPS Jakarta, 17 April 2008

26 Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap pemiliknya. Firma (Fa) adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana tiap- tiap anggota bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Modal firma berasal dari anggota pendiri seta laba/ keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta pendirian. BPS Jakarta, 17 April 2008

27 Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. BPS Jakarta, 17 April 2008

28 PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau biasa disingkat PTPN I (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang agribisnis perkebunan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. BPS Jakarta, 17 April 2008

29 *. Perkebunan karet produksi primernya adalah Latex, Lumb
Produksi Kebun Produksi kebun atau lazim disebut produksi primer adalah produksi/hasil yang dipanen dari usaha perkebunannya tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Contoh produksi kebun/produksi primer dari : *. Perkebunan karet produksi primernya adalah Latex, Lumb *. Perkebunan kelapa sawit produksi primernya adalah Tandan Buah Segar *. Perkebunan kakao produksi primernya adalah Buah Basah BPS

30 Produksi Olahan Pada umumnya perusahaan perkebunan mempunyai unit pengolahan sendiri sehingga produk yang dipasarkan sudah dalam bentuk barang hasil olahan. Produk olahan adalah produksi primer yang telah diolah menjadi suatu bentuk barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi. Kebun inti Kebun inti adalah kebun yang dibangun oleh perusahaan perkebunan dengan kelengkapan fasilitas pengolahan dan dimiliki oleh perusahaan perkebunan tersebut dan dipersiapkan menjadi pelaksana Perkebunan Inti Rakyat BPS

31 Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba BUMN. Kebun plasma yang belum dikonversi adalah perkebunan rakyat yang dibangun dan dibina oleh perusahaan perkebunan yang terkait dengan program PIR-BUN yang belum diserahkan ke rakyat BPS

32 Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Tembakau adalah daun tembakau basah. Rendemen Tembakau adalah berat daun tembakau kering yang dihasilkan dibandingkan dengan berat daun tembakau basah yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

33 Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Kelapa Sawit adalah Tandan Buah Segar (TBS) Rendemen Kelapa Sawit adalah berat CPO (Crude Palm yang dihasilkan dibandingkan dengan TBS yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

34 Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Teh adalah daun basah. Rendemen teh adalah berat daun teh kering yang dihasilkan dibandingkan dengan daun teh basah yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

35 Produksi Primer Teh adalah daun basah.
Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Teh adalah daun basah. Rendemen teh adalah berat daun teh kering yang dihasilkan dibandingkan dengan daun teh basah yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

36 Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Kopi adalah buah masak/gelondong Rendemen kopi adalah berat biji kopi kering yang dihasilkan dibandingkan dengan berat kopi dalam bentuk buah masak/gelondong yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

37 Produksi Primer kina adalah kulit basah.
Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer kina adalah kulit basah. Rendemen Kina adalah berat kulit kina kering yang dihasilkan dibandingkan dengan berat kulit kina basah yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

38 Produksi Primer Karet adalah lateks.
Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Karet adalah lateks. Produksi Primer adalah hasil perkebunan/tanaman yang diambil/dipanen dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Produksi Primer Kakao adalah buah masak/gelondong. Rendemen kakao adalah berat biji kakao kering yang dihasilkan dibandingkan dengan berat kakao dalam bentuk buah masak/glondong yang diproses yang dinyatakan dalam persen. BPS

39 Kantor Pusat adalah perusahaan/usaha yang mempunyai cabang/perwakilan unit pembantu di tempat lain yang secara administratif melakukan pengkoordinasian kegiatan dan pengawasan terhadap seluruh perusahaan cabang/perwakilan/unit pembantunya. Kantor Administratur adalah suatu unit kegiatan ekonomi/usaha yang mengatur kegiatan administrasi kebun BPS

40 Tanaman Perkebunan Tahunan adalah tanaman yang pada umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak dibongkar sekali panen. Contoh : Cengkeh, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa, Kelapa Sawit, Teh, Jambu Mete, Kemiri, Kapok, Kayu Manis, Kina, Lada, Pala dan lain-lain. Tanaman Perkebunan Semusim adalah tanaman perkebunan yang pada umumnya berumur kurang dari satu tahun dan pemanenannya dilakukan sekali panen langsung dibongkar. Contoh : Tebu, Tembakau, Kapas, Nilam, Akar Wangi, Sereh Wangi, Serat Abaca/Manila, Kenaf, Rosella dll. BPS

41 - remilling/room latex, crumb rubber, rumah asap (karet,)
Unit pengolahan produksi adalah unit yang melakukan kegiatan mengubah produksi primer menjadi hasil olahan dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Contoh : - remilling/room latex, crumb rubber, rumah asap (karet,) - Pengolahan kopi (kopi) - pabrik gula (tebu) - pengolahan teh (teh) - pengeringan bunga basah (cengkeh) - pengolahan kelapa sawit (kelapa sawit) BPS

42 Cengkeh Ambon Bunga basah 11.Kemiri Buah basah
Jenis Tan. Tahunan Wujud Produksi Primer Jenis Tan. Tahunan Wujud Produksi Primer Cengkeh Ambon Bunga basah Kemiri Buah basah Cengkeh Zanzibar Bunga basah Kina Kulit kina basah Jambu Mete Biji Basah Kopi Arabika Buah masak/glondong Kakao Buah masak/glondong 14.Kopi Robusta Buah masak/glondong Kapok Buah kapok kering 15.Lada Buah masak/glondong Karet Lateks Panili/Vanili Buah segar/biji panili Kayu Manis Kulit batang basah 17.Teh Daun basah Kelapa Sawit Tandan Buah Segar (TBS) 18.Pala Biji pala basah Kelapa Dalam Buah kelapa Sagu Pohon sagu Kelapa Hibrida Buah kelapa BPS

43 Jenis Tanaman Wujud Produksi Jenis Tanaman Wujud Produksi
Wujud produksi primer dari tanaman perkebunan semusim yang dimaksud pada survei ini adalah : Jenis Tanaman Wujud Produksi Jenis Tanaman Wujud Produksi Semusim Primer Semusim Primer 1.Abaca/Manila Serat basah 6.Sereh wangi Daun basah 2. Akar Wangi Akar basah 7.Tebu Batang tebu basah 3. Kapas Buah masak 8.Tembakau Daun basah 4. Kenaf Batang basah 9.Yute Batang segar 5. Rami/Rosela Batang basah 10.Nilam Daun basah BPS

44 Pekerja Kantor/administrasi adalah pekerja yang kegiatannya berkaitan erat dengan masalah-masalah ketatalaksanaan/administrasi. Pekerja Kebun/Lapangan adalah pekerja yang kegiatannya berkaitan langsung dengan kebun/lapangan, seperti pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemanenan serta perawatan perkebunan. Pekerja harian lepas/borongan adalah pekerja yang memperoleh upah/gaji berdasarkan banyaknya hari kerja dan apabila diberhentikan tidak mendapat pesangon. BPS

45 Pekerja Tetap : Isikan jumlah pekerja tetap pada kolom (3) dan upah/gaji pekerja tetap dalam ribuan rupiah pada kolom (4) menurut status pekerja. Pekerja Tidak tetap : Isikan jumlah pekerja tidak tetap pada kolom (5) dan upah/gaji pekerja tidak tetap dalam ribuan rupiah pada kolom (6) menurut status pekerja. Pekerja tetap adalah pekerja yang memperoleh upah/gaji secara tetap, tidak tergantung pada banyaknya hari kerja. Biasanya apabila diberhentikan akan mendapat pesangon. Pekerja Tidak Tetap adalah pekerja yang dibayar secara bulanan dengan tidak memperhitungkan jumlah hari kerja dan apabila diberhentikan tidak diberi pesangon. BPS

46 Pendapatan bersih adalah jumlah seluruh pendapatan usaha dikurangi seluruh biaya produksi dan biaya operasional. Usaha pertanian lainnya meliputi usaha tanaman hortikultura, usaha peternakan, usaha perikanan dan lain-lain. Pendapatan bersih dari usaha pertanian lainnya adalah jumlah pendapatan bersih dari seluruh jenis usaha pertanian selain usaha tanaman perkebunan. BPS

47 DOKUMEN YANG DIGUNAKAN
PB10-PERKEBUNAN : UNTUK MENGUMPULKAN DATA PERUSAHAAN PERKEBUNAN TAHUNAN DAN SEMUSIM DALAM WAKTU SATU TAHUN. KUESIONER TANAMAN KELAPA SAWIT KUESIONER TANAMAN Teh KUESIONER TANAMAN TEMBAKAU KUESIONER TANAMAN KOPI KUESIONER TANAMAN SARAT TALI KUESIONER TANAMAN KARET KUESIONER TANAMAN KAKAO KUESIONER TANAMAN KINA KUESIONER GULA BPS

48 TATA CARA PENGISIAN KUESIONER
FILE KUESIONER BPS

49 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA STATISTIK TANAMAN PERKEBUNAN

50 LUAS PANEN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN
PENGUMPULAN DATA LUAS PANEN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN PERKEBUNAN RAKYAT : Dokumen yang digunakan : Formulir PSP Pendekatan : Area (Kecamatan), Semesteran Petugas : Mantri Perkebunan Data pokok yang dikumpulkan : Luas tanaman menghasilkan, luas tanaman belum menghasilkan, luas tanaman tidak menghasilkan dan produksi. BPS

51 LUAS PANEN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN
PENGUMPULAN DATA LUAS PANEN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN : Dokumen yang digunakan : Bulanan : Daftar PB (9 komoditi) Tahunan : PB-PERKEBUNAN Pendekatan : Perusahaan perkebunan (Sensus) Petugas : KSK/Staf BPS Kabupaten Data pokok yang dikumpulkan : Luas tanaman menghasilkan, luas tanaman belum menghasilkan, luas tanaman tidak menghasilkan, produksi dan struktur ongkos perusahaan perkebunan. BPS

52 PENGHITUNGAN PRODUKSI PERKEBUNAN
Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Luas Areal dan Produksi Perusahaan Perkebunan Luas Areal (Ha) dan Produksi (Ton) kementan dan BPS BPS

53 Laporan Bulanan Perusahaan Perkebunan
Data Pokok Yang Dihasilkan : Luas, Produksi, dan Stok, 9 komoditi Perkebunan Yang Diusahakan (Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Teh, Kina, Tebu, Tembakau, Serat, Kakao) Jumlah Unit Observasi : Administratur Kebun Metode : Pendataan Lengkap (bulanan) Jadwal Pencacahan : Jan – Des Jadwal Penyajian : Bulanan (B+4) Tingkat Sajian : Nasional Media Diseminasi : Publikasi (Indikator Ekonomi) ■ Judul Tabel Pokok : Produksi dan Persedian Tanamanan Perkebunan Besar

54 Survei Perusahaan Perkebunan Tahunan
Data Pokok Yang Dihasilkan : Keterangan Umum Perusahaan, Luas Areal, Produksi dan Struktur Ongkos Perusahaan Perkebunan Jumlah Unit Observasi : Administratur Kebun Metode Pengumpulan Data : Pendataan Lengkap (Tahunan) Jadwal Pencacahan : Jan – Jun Jadwal Penyajian : Oktober (T+1) Tingkat Sajian : Propinsi Media Diseminasi : Publikasi Statistik Tanaman Perkebunan (karet, teh, kelapa sawit) Judul Tabel Pokok - Luas Areal Perkebunan menurut status pengusahaan dan keadaan tanaman - Produksi tanaman Perkebunan Menurut status pengusahaan dan keadaan tanaman - Ekpor dan impor tanaman perkebunan

55 Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Tahunan
PB01 Distribusi Kuesioner Kuesioner PB02 Pengumpulan Data Kuesioner Terisi PB03 Pengolahan Data Data Komoditas Perkebunan PB04 Evaluasi dan Publikasi End Start Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Tahunan [PB00] Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Tahunan

56 Diagram Proses Distribusi Kuesioner [PB01] Distribusi Kuesioner
Start PB01 PB02 PB03 PB04 Diagram Proses Distribusi Kuesioner [PB01] Distribusi Kuesioner PB01.1 Cek Direktori Data Perusahaan Perkebunan PB01.2 Pencetakan Kuesioner Kuesioner PB01.3 Distribusi Kuesioner BPS Pusat BPS Kabupaten BPS Propinsi End PB02.1 Diagram Proses Distribusi Kuesioner [PB01] Distribusi Kuesioner PB01 PB02 PB03 PB04 BPS Pusat PB01.1 Cek Direktori Data Perusahaan Perkebunan PB01.2 Pencetakan Kuesioner PB01.6 Distribusi Kuesioner Ke KSK Start Kuesioner PB02.1 PB01.5 Terima Dokumen dari BPS Propinsi Kuesioner Kuesioner BPS Propinsi PB01.3 Distribusi Kuesioner PB01.4 Terima Dokumen dari BPS Pusat Kuesioner Kuesioner End

57 Koordinator Statitik Kecamatan Perusahaan Perkebunan
Start PB02.1 Evaluasi PB01.6 Konteks PB01 PB02 PB03 Koordinator Statitik Kecamatan (KSK) Kuisioner BPS Kabupaten PB02.2 Terima Kuisioner dari KSK PB02.3 Isi Kuisioner PB02.4 Pengembalian Kuisioner Terisi End PB03.1 Kuisioner Terisi Perusahaan Perkebunan Diagram Proses Pengumpulan Data

58 Diagram Proses Pengolahan Data Diagram Proses Pengolahan Data
Konteks Konteks PB01 PB01 PB02 PB02 PB03 PB03 Diagram Proses Pengolahan Data Diagram Proses Pengolahan Data BPS Pusat BPS Pusat Start Start PB04.1 PB02.4 PB02.4 PB03.1 Batching PB03.1 Batching PB03.4 Tabulasi PB03.4 Tabulasi File Tabulasi File Tabulasi End Raw Data Raw Data Kuisioner Kuisioner PB03.2 Editing dan Coding PB03.2 Editing dan Coding PB03.3 Entri Data PB03.3 Entri Data Kuisioner Kuisioner

59 Diagram Proses Evaluasi dan Publikasi
Start PB04.1 Evaluasi PB04.2 Rekonsiliasi PB04.3 Publikasi PB04.4 Shared Data End PB03.04 ED04.2 Direktorat Jendral Perkebunan dan Asosiasi- Asosiasi Tabulasi Data Pengolahan Data Komoditas Perkebunan Raw Data Konteks PB01 PB02 PB03 Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan Diagram Proses Evaluasi dan Publikasi

60 Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Bulanan
PBB01 Pengumpulan Data Kuesioner Terisi PBB02 Pengolahan Data Data Komoditas Perkebunan PBB03 Evaluasi dan Publikasi End Start PB01 PB02 PB03 Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Bulanan [PBB00] Diagram Konteks Survei Perusahaan Perkebunan Bulanan

61 Diagram Proses Pengumpulan Data [PBB01] Pengumpulan Data
Start PB01 PB02 PB03 Diagram Proses Pengumpulan Data [PBB01] Pengumpulan Data PB01.1 Cek Direktori Data Perusahaan Perkebunan PB01.2 Pencetakan Kuesioner Kuesioner PB01.3 Distribusi Kuesioner BPS Pusat PB02.1 PB01.4 Terima Kuesioner Dari BPS Pusat PB01.5 Isi Kuesioner PB01.6 Pengembalian Perusahaan Perkebunan

62 DIAGRAM PROSES PENGOLAHAN DATA
Konteks PB01 PB02 BPS Pusat Subdit Statistik Tanaman Perkebunan Start PBB01.6 PBB02.1 Batching PBB02.2 Editing PBB Entri Data Menggunakan Foxpro (DOS) PBB02.4 Tabulasi Menggunakan MS. Excel End PBB03.1 Kuesioner Terisi Raw Data Tabel

63 DIAGRAM PROSES EVALUASI DAN PUBLIKASI
Konteks PB01 PB02 PBB02.4 Raw Data PBB03.1 Evaluasi Tabulasi Data Perkebunan PBB03.2 Rekonsiliasi Data Komoditas Perkebunan PBB03.3 Publikasi PBB03.4 Stored Data End Start Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan ED04.2 Direktorat Jenderal Perkebunan dan Asosiasi-Asosiasi Perkebunan

64 Dalam Pengumpulan Statistik Tanaman Perkebunan (1)
Tahunan Informasi : Sensus, Komunikasi : Dilakukan melalui sms, Telephone dan fax Komunikasi dilakukan oleh petugas lapang yang terlibat Belum ada komunikasi yang intensif antara petugas lapang yang terlibat dengan responden Teknologi : Terbatas pada penggunaan teknologi komputer Lebih terfokus pada pengolahan Metode Estimasi yang digunakan masih kurang tepat Pengumpulan data belum menggunakan sistem on line

65 Dalam Pengumpulan Statistik Tanaman Perkebunan (2)
Bulanan Informasi : Survei, Komunikasi : Belum ada komunikasi yang intensif dengan responden Teknologi : Terbatas pada penggunaan teknologi komputer Lebih terfokus pada pengolahan Metode Estimasi yang digunakan masih kurang tepat Pengumpulan data belum menggunakan sistem online

66 Pengolahan Data Statistik Tanaman Perkebunan (1)
Tahunan Pengolahan dilakukan di pusat, meliputi batching, editing, entry data dan tabulasi Saat ini aplikasi data entry menggunakan pemograman FOXPRO (DOS) Selanjutnya aplikasi data entry akan menggunakan pemograman visual Basic 6.0 dan Microsoft Office Access Metode estimasi yang digunakan masih belum tepat Belum ada pengolahan di tingkat provinsi Belum ada sistem pengolahan online

67 Pengolahan Data Statistik Tanaman Perkebunan (2)
Bulanan Pengolahan dilakukan di pusat, meliputi batching, editing, entry data dan tabulasi Saat ini aplikasi data entry menggunakan pemograman FOXPRO (DOS) Metode estimasi yang digunakan belum tepat Belum ada sistem pengolahan online

68 PUBLIKASI BPS

69 STATUS ANGKA YANG DISAJIKAN
Angka Estimasi terbit bulan Januari Angka Sementara (ASEM) terbit bulan Juni Angka Tetap (ATAP) terbit bulan Juli BPS

70 Kelapa Sawit BPS

71 PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT, 2003-2012
Tahun Luas Areal (Ha) Perkem- bangan Produksi (Ton-CPO) (000 Ha) (%) (000 Ton) 2003 638 21,83 482 8,84 2004 342 9,60 525 8,86 2005 256 6,57 545 8,44 2006 555 13,36 1.396 19,94 2007 354 7,50 1.226 14,60 2008 216 4,27 818 8,51 2009 433 8,20 1.886 18,06 2010 233 4,08 2.293 18,61 2011 371 6,24 1.380 9,44 2012 *) 292 4,62 1.373 8,58 *) Tahun 2007: Angka Sementara BPS

72 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PRODUKSI KELAPA SAWIT MENURUT PULAU TERHADAP PRODUKSI NASIONAL
Tahun 2003 Tahun 2012 BPS

73 POLA PRODUKSI BULANAN KELAPA SAWIT, 2010-2012*)
*) Tahun 2012: Angka Sementara BPS

74 11 PROP POTENSI KELAPA SAWIT, 2012 (ASEM)
Propinsi Produksi (Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1. Riau 26,98 2. Sumatera Utara 18,42 45,40 3. Sumatera Selatan 9,30 54,70 4. Kalimantan Tengah 7,96 62,67 5. Jambi 7,47 70,14 6. Kalimantan Barat 6,05 76,18 7. Sumatera Barat 5,66 81,85 8. NAD 4,43 86,27 9. Lampung 2,36 88,64 10. Kep. Bangka Belitung 2,21 90,85 11. Bengkulu 2,15 93,00 Subjumlah (11 Prop.) Propinsi Lainnya 7,00 100,00 INDONESIA - BPS

75 KAKAO BPS

76 PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI KAKAO, 2003-2012
Tahun Luas Areal (Ha) Perkem- bangan Produksi (Ton) (000 Ha) (%) (000 Ton) 2003 43 8,22 119 35,95 2004 95 16,62 81 - 18,14 2005 82 12,31 54 14,60 2006 72 9,54 116 27,46 2007 93 11,27 34 6,40 2008 50 5,49 128 22,35 2009 127 13,14 7 - 1,02 2010 76 6,97 57 8,26 2011 154 13,18 21 2,75 2012 *) 121 9,18 10 1,27 *) Tahun 2007: Angka Sementara BPS

77 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PRODUKSI KAKAO MENURUT PULAU TERHADAP PRODUKSI NASIONAL
Tahun 2003 Tahun 2012 BPS

78 POLA PRODUKSI BULANAN KAKAO, 2010-2012*)
*) Tahun 2012: Angka Sementara BPS

79 12 PROP POTENSI KAKAO, 2012 (ASEM)
Propinsi Produksi (Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1. Sulawesi Tengah 19,47 19,74 2. Gorontalo 16,58 36,05 3. Sulawesi Selatan 15,41 51,46 4. Sulawesi Tenggara 99.333 12,75 64,21 5. Sumatera Utara 61.453 7,89 72,09 6. Lampung 25.368 3,26 75,35 7. Kalimantan Timur 25.208 3,24 78,58 8. Maluku Utara 24.734 3,17 81,76 9. NAD 20.614 2,65 84,40 10. Jawa Timur 20.234 2,60 87,00 11. Sumatera Barat 19.356 2,48 89,49 12. Papua 11.640 1,49 90,98 Subjumlah (12 Prop.) Propinsi Lainnya 70.287 9,02 100,00 INDONESIA - BPS

80 12 PROP POTENSI KAKAO, 2012 (ASEM)
Propinsi Produksi (Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1. NAD 20.614 2,65 2. Sumatera Utara 61.453 7,89 10,53 3. Sumatera Barat 19.356 2,48 13,02 4. Lampung 25.368 3,26 16,27 5. Jawa Timur 20.234 2,60 18,87 6. Kalimantan Timur 25.208 3,24 22,10 7. Sulawesi Tengah 19,47 41,58 8. Sulawesi Selatan 15,41 56,99 9. Sulawesi Tenggara 99.333 12,75 69,74 Gorontalo 16,58 86,31 11. Maluku Utara 24.734 3,17 89,49 12. Papua 11.640 1,49 90,98 Subjumlah (12 Prop.) Propinsi Lainnya 70.287 9,02 100,00 INDONESIA - BPS

81 GULA BPS

82 PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI GULA, 2003-2012
Tahun Luas Areal (Ha) Perkem- bangan Produksi (Ton) (000 Ha) (%) (000 Ton) 2003 10 - 2,53 704 - 32,10 2004 35 - 9,25 6 0,38 2005 2 - 0,45 196 13,12 2006 4 1,11 2,10 2007 1,82 30 1,73 2008 15 - 4,28 -123 - 7,03 2009 9 2,70 420 25,72 2010 37 10,73 190 9,27 2011 3,84 65 2,91 2012 *) 8 2,07 23 1,01 *) Tahun 2007: Angka Sementara BPS

83 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PRODUKSI GULA MENURUT PULAU TERHADAP PRODUKSI NASIONAL
Tahun 2012 Tahun 2003 BPS

84 POLA PRODUKSI BULANAN GULA, 2010-2012*)
*) Tahun 2012: Angka Sementara BPS

85 7 PROP POTENSI GULA, 2012 (ASEM)
Propinsi Produksi (Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1. DI Yogyakarta 46,40 2. Lampung 30,08 76,48 3. Jawa Tengah 11,15 87,63 4. Jawa Barat 4,91 92,54 5. Sumatera Selatan 59.753 2,56 95,11 6. NAD 51.285 2,20 97,31 7. Sulawesi Tenggara 49.233 2,11 99,42 Subjumlah (7 Prop.) Propinsi Lainnya 13.498 0,58 100,00 INDONESIA - BPS

86 KOPI BPS

87 PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI KOPI, 2003-2012
Tahun Luas Areal (Ha) Perkem- bangan Produksi (Ton) (000 Ha) (%) (000 Ton) 2003 17 - 1,42 86 20,08 2004 26 - 2,26 3,35 2005 133 11,83 23 4,30 2006 53 4,18 15 2,64 2007 59 4,48 113 19,81 2008 80 - 5,85 11 - 1,58 2009 12 0,93 -24 - 3,56 2010 49 - 3,73 -7 - 1,08 2011 4,26 42 6,53 2012 *) 3 0,25 5 0,68 *) Tahun 2007: Angka Sementara BPS

88 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PRODUKSI KOPI MENURUT PULAU TERHADAP PRODUKSI NASIONAL
Tahun 2003 Tahun 2012 BPS

89 POLA PRODUKSI BULANAN KOPI, 2010-2012*)
*) Tahun 2012: Angka Sementara BPS

90 13 PROP POTENSI KOPI, 2012 (ASEM)
Propinsi Produksi (Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1. Sumatera Selatan 21,77 2. Lampung 20,53 42,30 3. Bengkulu 63.821 9,29 51,60 4. Jawa Timur 51.116 7,44 59,04 5. Sumaetra Utara 50.475 7,35 66,39 6. NAD 42.308 6,16 72,55 7. Sulawesi Selatan 32.697 4,76 77,31 8. Sumatera Barat 29.781 4,34 81,65 9. NTT 19.014 2,77 84,42 10. Bali 16.227 2,36 86,78 11. Jawa Tengah 14.291 2,08 88,86 12. Sulawesi Tenggara 12.955 1,89 90,75 13. Jambi 12.459 1,81 92,56 Subjumlah (13 Prop.) Propinsi Lainnya 51.098 100,00 INDONESIA - BPS

91 Indikator kinerja Keadaan sekarang: - Laporan Bulan : 9072 (40 %)
- Survei Perusahaan Tahunan : 709 (40 %) Keadaan Tahun 2014: - Laporan Bulan : (65 %) - Survei Perusahaan Tahunan : 1152 (65 %)

92 KENDALA response rate RENDAH
methodology of non-response estimation, BELUM TERSEDIA Directory of establishments , TIDAK UP TO DATE Belum ada pelatihan terhadap pencacah yang berkesinambungan. BPS

93 TERIMA KASIH BPS Jakarta, 17 April 2008


Download ppt "STATISTIK PERKEBUNAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google