Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pengaruh Modernisasi terhadap Budaya Nenek Moyang Masyarakat Toraja

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pengaruh Modernisasi terhadap Budaya Nenek Moyang Masyarakat Toraja"— Transcript presentasi:

1 Pengaruh Modernisasi terhadap Budaya Nenek Moyang Masyarakat Toraja
Presentasi Antropologi Kelompok 3B: Fitaria Setioso ( ) Maximillian Eureka ( ) Ngurah A. Pranata ( ) Gusriansyah ( ) Wahyu Hendro ( )

2 Latar Belakang Sejak dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan tata hidup (sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepecayaan) Adanya perbedaan kelompok masyarakat etnis Toraja yang tinggal di Kabupaten Tana Toraja (cenderung homogen) dengan yang hidup sebagai perantauan di luar Tana Toraja (pola pikir, hidup dalam konteks masyarakat yang majemuk, secara etnis maupun agama) Orang Bugis menyebut keseluruhan sistem tersebut Pangngadereng, orang Makassar Pangadakang, Orang Luwu menyebutnya Pangngadaran, Orang Toraja Aluk To Dolo dan Orang Mandar Ada’. Khususnya bagi masyarakat Toraja, budaya nenek moyang mengakar dan membentuk masyarakat yang kemudian menyusul kehadiran agama dan mereba Bagi mereka yang tinggal diluar Tana Torajaperilaku sosial mereka cukup dipengaruhi oleh motivasi mereka meninggalkan Tana Toraja yaitu pekerjaan. knya pengaruh modernitas.

3 tujuan Mengetahui pengaruh modernisasi terhadap masyarakat Toraja dalam aspek: Sistem Pengetahuan dan Teknologi Sistem Masyarakat Mata Pencaharian dan Ekonomi Sistem Religi Kesenian Bahasa

4 Rumusan permasalahan Bagaimana pengaruh modernisasi terhadap kebudayaan? Modernisasi yang bagaimana yang mempengaruhi kebudayaan masyarakat Toraja? Seberapa signifikan perubahan kebudayaan Toraja masa kini dibandingkan dengan masa lampau? Apakah masyarakat Toraja masa kini masih menerapkan kebudayaannya?

5 Landasan teori GRAND THEORY
Ferdinand Toennies  Gemeinschaft dan Gesselschaft: Saya membedakan kelompok sosial dalam dua tipe yaitu Gemeinschaft (community), yaitu kelompok yang terbentuk karena rasa kebersamaan dan ikatan saling membutuhkan yang dirasakan pula sebagai tujuan bersama. Dan yang kedua adalah Gesellschaft (society), yaitu kelompok yang terbentuk untuk memfasilitasi kebutuhan dan keinginan individual anggotanya.

6 LANDASAN TEORI SUPPORTING THEORY Teori psikoanalisa Sigmund Freud:
Saya meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

7 Landasan teori SUPPORTING THEORY Paradigma budaya Clifford Geertz:
Budaya adalah sistem yang diturunkan dari konsep yang diekspresikan dalam bentuk simbol-simbol dimana masyarakat mengkomunikasikan, mengabadikan, dan mengembangkan pengetahuan tentang kehidupan dan cara menyikapinya.

8 LANDASAN TEORI SUPPORTING THEORY
Konsep kurungan besi Max Weber (Iron Cage Concept): Meningkatnya rasionalisasi dalam kehidupan manusia memerangkap setiap individu dalam “kurungan besi” aturan-aturan sosial yang disebut birokrasi.

9 METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur Wawancara dengan : Anggi Putra Yanse Juryanto Tandepadang

10 pembahasan

11 sistem masyarakat Dalam budaya nenek moyang orang Toraja, ada stratifikasi sosial yang cukup menonjol. Ketika perbudakan masih berlaku di Toraja, dikenal golong puang (penguasa, tuan) dan kaunan (budak). Namun pada zaman kolonial Belanda hal itu dilarang. Tetapi dalam prakteknya, masyarakat adat Toraja tetap membedakan empat kasta dalam masyarakat yang diurut dari yang tertinggi yaitu: Tana’ Bulaan (Keturunan Raja. Bulaan = Emas) Tana’ Bassi (Keturunan bangsawan. Bassi = Besi) Tana’ Karurung (Bukan bangsawan, tetapi bukan juga orang kebanyakan. Karurung = sejenis kayu yang keras) Tana’ Kua-Kua (Kua-Kua = sejenis kayu yang rapuh) Dalam hubungan dengan upacara-upacara adat, dikenal pula golongan imam (To Minaa atau To Parenge’) dan orang awam (To Buda). Akhirnya strata sosial yang masih ada hingga kini ada di slide berikutnya.

12 Sistem Masyarakat -Saroan adalah suatu kumpulan orang-orang tertentu (kerabat/kampung) yang membentuk suatu organisasi yang terpola dan terstruktur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. -Ditentukan berdasarkan musyawarah berdasarkan garis keturunan terhormat, tertua dan terpandai/terbijak serta didukung oleh finansial yang cukup. -Masih terfokus pada kegiatan ritual adat budaya masyarakat seperti pesta adat, baik pesta adat sukacita (rambu tuka’) maupun pesta adat duka cita (rambu solo’). Namun demikian kegiatan tolong-menolong dalam segala segi kehidupan masih kental akibat adanya kebersamaan yang tercipta dalam setiap kegiatan ritual adat tersebut. Kegitan tolong-menolong ini sering disebut Sisaro, artinya saling bergantian membantu dalam bekerja tanpa diberi upah.

13 Mata Pencaharian dan Ekonomi
Pendapatan Rp /kk/tahun (Kabupaten termiskin ke-2) Generasi muda merantau ke luar daerah (terutama di luar sulawesi selatan) Modernisasi yang dibawa perantau -sebagian besar petani+pedagang -merantau rata2 buat sekolah+kerja; umumnya merantau di luar sulawesi selatan coz beda keyakinan+gengsi ma suku tetangganya, so jadinya orang toraja gampang ditemui dimana2 di seluruh indonesia -masuknya kristen&islam juga mendorong modernisasi; kesuksesan pendatang juga -Dengan meningkatnya tingkat pendidikan, masyarakat juga lebih memikirkan erbagai kebutuhan hidup yang lebih utama disbanding pesta perayaan kematian. -Sama dengan daerah lai, modernisasi masyarakat juga tidak lepas dari tuntutan kebutuhan akan energy, mineral, dan informasi yang selain dikonsumsi secara tidak langsung juga menjadi media modernisasi yang sangat efektif. Teori Toennies: community society

14 Tinjauan pengaruh modernisasi ekonomi terhadap upacara rambu solo’
BISNIS Rambu solo’=pesta adat duka cita yang didalamnya terdapat Ma'tinggoro tedong (penyembelihan kerbau dalam julah besar). Semula, kerbau lumpur khas toraja yang langka berasal dari kerabat dan masyarakat yang respect terhadap si mati. Sekarang menjadi kerbau ternak yang murah dan mudah didapat dari sumbawa. Penyelenggaraaan acara yang semula dilakukan gotong royong menjadi acara yang diatur EO bahkan dengan sponsor. Bagi orang bukan Toraja pesta itu hanya pertunjukan yang mahal. Akan tetapi, jika dilihat dari segi makro yaitu dari sisi masyarakat secara keseluruhan, secara teoritis pengeluaran seseorang yang besar akan menjadi pendapatan bagi orang lain. Hal ini berarti jumlah pengeluaran bagi penyelenggara upacara, merupakan pendapatan yang besar bagi kelompok masyarakat lainnya. Di samping itu, icon daerah yang menopang sektor pariwisata.

15 80 ekor kerbau, 150 ekor babi, seekor kuda, sapi, anoa
(sejenis kerbau kecil), kambing, anjing, dan monyet

16

17 Religi Aluk to Dolo Masuknya Kristen
Percaya satu dewa yaitu Puang Matua didopsi oleh Gereja untuk menyebut Tuhan Allah. Masuknya Kristen Pelarangan hal-hal yang berbau takhayul oleh Gereja. Dualisme Memandang ajaran kristen dan kebudayaan sebagai 2 hal independen yang berjalan bersamaan jika berada di dalam gereja, mereka menjadi orang Toraja yang berakar dalam budaya nenek moyang, tetapi tampil dengan “pakaian” Kekristenan. Ketika mereka keluar dari wilayah gereja, maka pakaian itu kembali dilepaskan untuk dipakai lagi ketika mereka kembali ke gereja. Jadi di dalam masyarakat, mereka berpegang teguh pada budaya, namun ketika mereka memasuki dunia kekristenan, maka “pakaian” Kristennya di pakai.

18 Kesenian Terjadi perubahan perilaku sosial, seperti adanya unsur gengsi. Contoh: Upacara pemakaman Keluarga yang meninggal : Menyediakan kerbau seadanya  banyak menyediakan kerbau walaupun hal itu pemborosan (demi martabat) Kerabat : Memberikan kerbau murni sebagai rasa simpati  unsur hutang (harga diri dipertaruhkan) Intinya: Pertunjukan kesenian pada saat upacara kematian tidak lagi merupakan bentuk solidaritas/penghargaan melainkan pertunjukan status sosial dan kemapanan ekonomi.

19 Bahasa Menggunakan bahasa Austronesia Barat (di Tana Toraja)  menggunakan bahasa yang sama hanya saja keaslian dan intensitasnya dalam penggunaan bahasa berkurang, yaitu dengan mencampur bahasa toraja dengan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasanya secara utuh jika berada di dalam kelompok masyarakat Toraja (perantauan) Tidak terlalu banyak penjelasan  di-follow-up saat kesimpulan.

20 Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Sejak dulu masyarakat Tana Toraja sangat peduli dengan kelestrian hutan. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya upacara adat sebelum masuk hutan untuk menebang. Upacara yang dilakukan dimaksudkan sebagai permohonan ijin kepada Dewa Pencipta. Bagi masyarakat tana toraja Pola pengelolaan hutan adat merupakan pengetahuan lokal (indigenous knowledge) Kayu yang mereka tebang tidak berlebihan, biasanya secara tebang pilih dan selalu memperhatikan factor permudaan alam dan luas penutupan tajuk pohon guna menajami kelestariannya. Vegetasi pada daerah Tana Toraja Bambu-bambuan (Bambusa Sp.) Cemara Gunung/Buangin (Casuarina junghniana) Cempaka(Elmerillia) Pinus (Pinus merkusii)

21 Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kayu yang ditebang digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat toraja untuk kegitan adat/keagamaan dan pembutan rumah adat. Rumah adat (Tongkonan) Tana Toraja merupakan lambang permersatu masyarakat adat yang terhimpun dalam suatu ikatan kekerabatan yang kental membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar.

22

23 Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Atap yang semula terbuat dari bambu disubstitusi dengan atap seng. Tiang rumah yang besar dan kokoh, dulu diambil dari hutan adat sekarang dibeli. Menjaga kayu-kayuan yang tumbuh di hutan supaya tidak ditebang muda atau dicuri. Memberi tanda beberapa pohon tertentu, kemudian diberitahu masyarakat bahwa pohon tersebut dipersiapkan untuk pembangunan/perbaikan bangunan adat (Tongkonan, Alang ataupun Lantang). Perubahan manajemen sumber daya kayu ini disebabkan oleh dua hal: Meningkatnya jumlah penduduk sementara kesadaran pelestarian hutan adat menurun. Modernisasi dalam bahan bangunan yang digunakan masyarakat.

24

25

26 Wawancara

27 kesimpulan

28 kesimpulan Modernisasi mempengaruhi kebudayaan dalam hal landasan berpikir, dimana manusia menjadi lebih kritis dan individualis dalam menjalankan perannya dalam masyarakat. Modernisasi yang mempengaruhi kebudayaan masyarakat antara lain adalah masuknya zaman kolonial Belanda, masuknya agama Kristen, hingga yang paling dominan adalah modernisasi pola pikir yang dibawa oleh generasi muda Toraja yang umumnya kaum perantau.

29 kesimpulan Signifikansi perubahan kebudayaan dan pergeseran nilai-nilainya ada pada penghapusan perbudakan serta sistem kemasyarakatan, religi, mata pencaharian, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pada aspek kesenian dan bahasa, tidak terlampau berubah jauh dibandingkan dengan pada masa nenek moyang. Masyarakat Toraja masih menerapkan kebudayaannya namun sebatas tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama (Kristen pada umumnya) dan tuntutan ekonomi. -Tidak berbenturan dgn nilai2 agama  tidak melakukan sesuatu hal berlandaskan sesuatu yg mrpkan takhayul menurut agama. -Tidak berbenturan dgn tuntutan ekonomi  penghidupan yang layak sudah menjadi prioritas dibandingkan dengan pelaksanaan upacara2 maupun kebiasaan2 adat istiadat.

30 Terima kasih


Download ppt "Pengaruh Modernisasi terhadap Budaya Nenek Moyang Masyarakat Toraja"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google