Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SiFAT KONDRATI MANUSIA (Pertemuan ke-4)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SiFAT KONDRATI MANUSIA (Pertemuan ke-4)"— Transcript presentasi:

1 SiFAT KONDRATI MANUSIA (Pertemuan ke-4)
Oleh : Andri Wijaya, S.Pd., S.Psi., M.T.I. Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Global Informatika Multi Data Palembang

2 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Perubahan dasar teknologis dari pekerjaan menimbulkan revolusi industri pada abad XVIII. Revolusi Industri menyebabkan perubahan dari masyarakat Eoteknik menjadi Paleoteknik. Masyarakat Eoteknik: Kelompok masyarakat desa yang khusus bekerja di sektor pertanian, sedang industrinya berupa usaha kecil-kecilan milik pedagang, tukang dan petani. Status sosial ditentukan oleh faktor keturunan.

3 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Periode Paleoteknik: Periode perubahan kota-kota besar menggantikan desa dan kota- kota kecil, buruh-buruh menggantikan tukang-tukang yang ahli, pabrik-pabrik besar menggeser industri rumah tangga, terjadinya kompetisi yang tidak terkendali yang menggeser usaha yang bersifat kooperatif dan kekeluargaan. Status sosial ditentukan oleh usaha pribadi.

4 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Pandangan hidup baru pada fase paeoteknik tersebut mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan; ilmu pengetahuan sosial telah menggunakan metoda-metoda eksperimen dan metoda ilmiah. Psikologi pada periode eoteknik lebih bersifat filsafi; pada periode paleoteknik mulai menggunakan data empiris dan informasi-informasi faktual.

5 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Dalam eksperimen penelitian yang dilakukan di universitas Leipzig, Wilhelm Wundt menjadi terkenal dengan studinya mengenai perangsang, penglihatan, ingatan, minat, pendengaran, rasa, pengecap, dan sebagainya. Sigmund Freud mengembangkan konsep mengenai instink, dorongan, kebutuhan, seksualitas, dasar kepribadian, hubungan keluarga, konflik mental, unsur ketidaksadaran, dorongan seks, dorongan agresi, yang mempengaruhi perilaku kerja manusia dan cara hidup manusia.

6 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Menurut Freud : Unsur nafsu dan kecemasan yg menjadi ciri manusia modern dan bersumber pada konstruksi biologis manusia, mendorong manusia bertingkah laku/ melakukan macam-macam kegiatan di tengah masyarakat. Konsep-konsep Freud banyak mendasari pandangan psikiatri modern yang banyak menggunakan konsep - konsep psikoanalisis.

7 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Psikiatri: cabang dari ilmu obat-obatan yang menangani perawatan dan penyembuhan gangguan mental. Secara universal manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan biologis tertentu seperti, makan, minum, tidur, tempat berteduh, udara, kehangatan, seks, dan kebutuhan-kebutuhan sosial ; cinta kasih, simpati, pengakuan sosial, status sosial, respek, martabat diri, kerja, keramah- tamahan, dan lain-lain, baik di tengah keluarga sendiri maupun dalam lingkungan kerjanya.

8 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Sehubungan dengan konsep Freud, orang beranggapan bahwa tingkah laku individu pada zaman paleoteknik dan abad modern sekarang ini akan terus “berubah dan berkembang” sesuai dengan perkembangan bakat pembawaan alaminya. Instink dianggap sebagi sumber pendorong tingkah laku, dinamisme manusia, dan sumber kegiatan bekerja.

9 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Bila suatu masyarakat mau mempertahankan eksistensinya, maka ia harus diatur oleh norma- norma dan aturan tertentu yang mencerminkan semangat ‘memberi & menerima’, dan berdasarkan atas kooperasi dan bukan hanya dengan kompetisi melulu saja. Untuk menciptakan iklim kooperatif, setiap individu harus mau berkorban dan mengetahui tempat masing-masing serta tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan dalam hubungannya dengan masyarakat sebagai totalitas.

10 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Pendapat Freud yang didukung oleh sarjana psikologi saat itu menyatakan adanya dikotomi dasar diantara diri manusia sebagai individu dengan masyarakat/ lingkungannya sebagai totalitas wadah berpijaknya. Freud menyatakan: “Pada dasarnya tabiat manusia itu jahat dan secara alami manusia itu bersifat “anti sosial”. Menjadi tugas masyarakatlah untuk menjinakkan manusia tersebut, sebab masyarakat merupakan kumpulan dari atom-atom manusiawi, dimana masing-masing individu “berperang” melawan individu lain. Karena itu, ada “bellum omnium contra”: perang dari semua melawan semua.

11 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Thomas Hobbes menambahkan “Homo homini lupus”, manusia itu merupakan serigala bagi sesamanya. Menurutnya, masing-masing orang berdiri sendiri, memperjuangkan kepentingan sendiri, dan dibatasi oleh interest masing- masing, sehingga agar kelompok masyarakat (bangsa-bangsa) yang selalu ricuh bisa dikendalikan maka perlu diatur.

12 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Teori Freud memunculkan konsep relasi- inversi (relasi yang terbalik), yaitu diantara kepuasan manusia untuk memenuhi instink-instinknya, dengan tingkat kebudayaan yang dicapainya. Semakin keras penekanan atau pengekangan terhadap impuls-impuls alami dalam pemenuhan kebutuhan yang alami, semakin tinggi perkembangan peradaban manusia, namun meninbulkan banyak gejala gangguan syaraf; dan sebaliknya.

13 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Menurut Freud “semua tingkah laku manusia itu pada dasarnya berlandaskan kepentingan sendiri”. Pada hakekatnya emosi-emosi yang positif: cinta kasih, keramahtamahan, kebajikan, persahabatan, dan lain-lain adalah bersifat sekunder dan merupakan derivasi/ turunan dari emosi yang negatif (bersifat primer), antara lain : kerakusan, kekejaman, sadisme, agresivitas, egoisme, dan kejahatan.

14 Konsep Wundt & Freud Tentang Konsep Kodrat Manusia
Gambaran suram yang dinyatakan oleh Freud, dkk, memang di luar jangkauan orang awam dan dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan subjektif yang belum terbukti. Manusia dilahirkan ke dunia tanpa membawa moral-moral tertentu. Sebab moral ditanamkan pada diri seseorang oleh lingkungannya dan masyarakat. Moral timbul dari interaksi sosial, maka tanpa masyarakat, individu tidak mungkin bisa memanusiakan diri sendiri, bahkan tidak mungkin mampu bertahan hidup, berkarya, berproduksi, bekerja, dan melakukan macam- macam usaha.

15 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
“Individu-individu pada dasarnya bertabiat ricuh dan liar, sehingga perlu diadakan penekanan-pengekangan. Dalam dunia modern diperlukan adanya Manajemen . Teori Totalitas “Masyarakat/ kebudayaan merupakan satu kesatuan atau totalitas yang terpola, berkaitan satu sama lain dan tidak berfungsi sendiri-sendiri, setiap unsur berhubungan satu sama lain secara utuh”

16 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Kebudayaan manusia—juga masyarakat, bagikan mesin atau organisme, dimana setiap onderdil berinterrelasi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan utuh. Hal ini antara lain dicerminkan oleh reaksi masyarakat terhadap satu inovasi (pembaharuan baru).

17 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Bertolak dari pandangan modern yang memandang masyarakat sebagai suatu totalitas terpola, maka para ahli antropologi (Malinowski, Radcliffe Brown, dll dari mazhab fungsionalis) menyatakan bahwa : “Semua bentuk kebiasaan masyarakat, adat istiadat, kepercayaan, norma-norma/ nilai-nilai mempunyai fungsi tertentu dalam suatu kebudayaan sebagai satu totalitas, baik secara obyektif maupun subyektif”

18 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Contoh : Berdoa & sembahyang sebelum dan selama bekerja memang tidak menambah produktifitas pabrik secara langsung (obyektif & ekonomis), tetapi dapat memberikan ketenangan batin dan sekuritas emosional, memupuk moralitas dan kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan beragama dapat menambah solidaritas sosial dan menumbuhkan keefektifan kerja.

19 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Dampak/ Pengaruh Teknologi Industri Modern terhadap masyarakat: Inovasi baru mengharuskan masyarakat melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri tersebut melalui tiga tingkat: Inovasi dan penemuan teknik baru itu dilontarkan kepada masyarakat lalu diterima. Masing-masing individu memberikan reaksi sendiri- sendiri secara khas. Institusi kultural, kepercayaan, agama, dan tradisi-tradisi lama mengalami proses perubahan, lalu terjadi sintesis diantara pola lama dengan pola baru.

20 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Menceraiberaikan struktur keluarga sebagai unit sosial yang utuh. Kedudukan keluarga dalam masy pertanian sebagai unit produksi, unit sosial, unit psikologis, dan unit biologis lambat laun fungsinya semakin mengecil. Anak & Isteri tdk lagi menjadi modal ekonomis, tetapi menjadi beban tanggungan & beban ekonomis. Rumah & Keluarga tidak lagi menjd fokus sentral, anak-isteri-suami jarang bertemu dan berkomunikasi, karena masing-masing punya kesibukan & interestnya sendiri-sendiri.

21 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Penerapan mesin/ teknologi baru tanpa merubah metoda, mempersiapkan sikap mental, & keterampilan pekerja, dapat menyebabkan bencana ; frustasi, frustasi, dan konflik-konflik terbuka, dan kecelakaan, dan lain-lain.

22 RABBLE HYPOTHESIS & TEORI TOTALITAS
Kemajuan teknologi menimbulkan asumsi ‘kesuksesan & harta kekayaan tidak ada sangkut-pautnya dengan besarnya usaha. Masyarakat lebih memilih “koncoisme”, sogok-menyogok, dan nepotisme (negatif)”. Terjadi pengangguran (terdidik) akibat teknologi—jurang si miskin dan kaya semakin lebar--dan akhirnya terjadi “kriminalitas di tengah masyarakat”.

23 Berbagai Penyakit Sosial di Era Industri
Emosional (Emosi Negatif) ; iri hati, dendam, cemburu, cemas, takut, sakit hati, apatis, putus asa-membuat karyawan tidak bahagia dan memperpendek usia. Gejala Psikosomatis (penyakit tekanan batin) ; muncul dalam bentuk penyakit jasmaniah: radang usus besar, jantung, penyakit kulit, kelenjar gondok, rheumatik, dll.)

24 Berbagai Penyakit Sosial di Era Industri
Gejala Neurosis ; muncul dalam bentuk histeria, fobia, pribadi ganda, obsesi, keterasingan, dll. Terjadinya kecelakaan di pabrik-pabrik, disebabkan oleh motif-motif psikologis. Penyakit Absensiisme, bukan disebabkan oleh penyakit fisik, tetapi gangguan emosional dan tidak bahagia/ nyaman di pabrik atau di kantor.

25 Berbagai Penyakit Sosial di Era Industri
“Masalah relasi human dan kondisi lingkungan menjadi hal yang penting dalam era industri, sehingga perlu dipecahkan melalui metode psikologis dan manajemen sosial”


Download ppt "SiFAT KONDRATI MANUSIA (Pertemuan ke-4)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google