Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Nutritional Relationship

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Nutritional Relationship"— Transcript presentasi:

1 Nutritional Relationship
By: Nanang Prayitno, MPS

2 Type of Relationship There are two basic relationships that exist between nutrients A. Synergistic relationship ( they work together or in cooperation with each other./Enhancer B. Antagonistic relationship ( nutrients can work against each other) / Inhibition

3 Anemia Ditinjau dari aspek Hubungan antar zat gizi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin kurang dari normal menurun kelompok umur dan jenis kelamin.

4 Kadar Haemoglobin Normal Menurut Kelompok Umur
Kadar HB (g %) Balita 11 Anak 6 – 14 tahun 12 Wanita Dewasa Laki-laki Dewasa 13 Ibu Hamil Ibu Menyusui

5 Macam Anemia Anemia Anemia Gizi ( karena ke kurangan zat-zat gizi untuk pembentukan Haemoglobin Anemia non Gizi ( Karena kecelakaan, menstruasi berlebihan, hemofilia, Thalasemia, Gagal Ginjal dll )

6 Dari Segi Morfologi Makrositik Anemia ( sel darah besar, Mean Corpuscular Volume/ MCV tinggi ). Makrositis megaloblastik ( < Vit B 12) dan asam folat Makrositik nonmegaloblastik ( Eritropoiesis yang cepat). Mikrositik Anemia (ukuran sel kecil, karena < Fe Normositik Anemia (ukuran darah normal, karena kehilangan darah yang akut, gangguan endokrin, gangguan endokrin, ginjal, hati

7 Zat Besi (Fe) Fe, Nomor Atom 26, BM, 55,58
Fe (Besi hem, dari Hewani banyak terdapat pada hemoglobin dan mioglobin) Fe (Besi non hem dari Nabati ) Kemampuan untuk diserap berbeda antara Fe hem dan Fe non hem. Dalam makanan berkisar antara 5 – 15 % Besi Hem dapat diserap 10 – 30 % Besi nonhem dapat diserap 2 – 10 %

8 Interaksi Antara Fe dan Karbohidrat
Charley (1963), Davis (1966), Deller (1970) Bates (1972) membuktikan bahwa penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan meningkat dengan adanya fruktosa. Hal ini disebabkan karena fruktosa dapat menyebabkan Fe menjadi lebih mudah larut dalam larutan. Hubungan Fe dan Fruktosa ( sinergistik ) Sumber fruktosa adalah Madu

9 Interaksi Fe dan Karbohidrat
Laktosa juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi, akan tetapi pengaruh yang ditimbulkan oleh laktosa sifatnya tidak langsung. Laktosa akan membuat kondisi usus menjadi asam sehingga menguntungkan bagi penyerapan zat besi Hubungan Fe dan laktosa ( sinergistik) Sumber laktosa adalah susu.

10 Interaksi Fe dan Karbohidrat
Serat suatu polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Salah satu sifat serat adalah mampu mengikat mineral termasuk Fe. Sumber serat adalah buah dan sayuran Suplemen serat

11 Hambatan Penyerapan Fe oleh Serat
Sumber Intake (mg/hari) Keseimbangan ( mg/hari) Wheat bran 35 -2,9 22 + 1,2 Control 9 +0,8 Buah & sayuran 24 +4,6 4,6 +3,8

12 Prebiotik Dengan Fe Prebiotik dengan MO (fermentasi) menghasilkan asam lemak rantai pendek (membuat suasana asam) Suasana asam membuat Fe lebih mudah larut dan diserap Hub Prebiotik dg Fe bersifat sinergistik

13 Interaksi Fe dan Protein
Albumin (protein telur) dapat menghambat penyerapan Fe Penelitian Monsen dan Cook pada Makanan yang ditambah putih telur, penyerapan Fe berkurang menjadi 40 % Makanan yang Putih telurnya ditiadakan maka penyerapan Fe meningkat menjadi 150 %. Interaksi Albumin dan Fe ( bersifat antagonis).

14 Interaksi Fe dan Protein
Protein nabati umumnya bersifat menghambat penyerapan Fe non hem. Protein Susu, keju bersifat menghambat penyerapan Fe non hem Penelitian dengan menggunakan protein kacang kedele ternyata penyerapan Fe hanya 20 %. Protein hewani umumnya meningkatkan penyerapan Fe non hem

15 Pengaruh Jenis Protein terhadap Penyerapan Fe non hem
Absorption Ratio Hati 3,5 Daging Sapi 2,9 Daging Kambing 3,1 Daging Babi 3 Daging Ayam 2,4 Ikan 2,1 Albumin Telur 1

16 Interaksi Fe dan Lemak Pada saat tubuh kelebihan Fe, maka akan menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), karena besi akan mengkatalisis proses oksidasi PUFA, serta meningkatkan pembentukan radikal bebas.

17 Interaksi Fe dan Mn Finley WJ. (1999) : Penyerapan zat besi dan Mn menggunakan mekanisme transport yang sama pada tingkat sel. Sehingga keadaan defisiensi salah satu mineral akan menguntungkan bagi penyerapan mineral yang lainnya. Hubungan Fe dan Mn ( antagonis)

18 Interaksi Fe dan Zn Gordon ( 1993) : Peningkatan asupan Zn yang berasal dari makanan akan menurunkan kadar Fe di duodenum, karena Zn akan meningkatkan Metallothionein (MT) di mukosa sel yang akan menghalangi Fe masuk ke dalam mukosa sel Hubungan Fe dan Zn ( antagonis )

19 Interaksi Fe dan Yodium ( I )
Zimmerman ( 2000) : Respon theurapetik yang ditimbulkan setelah pemberian iodium hasilnya kurang baik pada anak-anak yang menderita goiter dan anemi gizi besi dibandingkan dengan anak yang menderita goiter tanpa anemia. Jadi adanya anemi gizi besi mengakibatkan program intervensi iodium menjadi kurang efektif.

20 Interaksi Fe dan Yodium ( I )
Sattarzadeh (1999) berpendapat bahwa pada saat I dan Fe digunakan secara bersama untuk memfortifikasi suatu makanan makan akan terjadi interaksi yang sifatnya merugikan. Keberadaan ion Ferro dan oksigen akan membuat iodium tidak stabil, sebaliknya zat besi akan dirubah menjadi ion ferri yang mempunyai bioavailabilitas yang rendah. Untuk iodium (potasium iodide) dilapisi oleh dekstran sebagai barier antara senyawa iodine dan Fe

21 Interaksi Fe dan Ca Calsium akan menghalangi transport Fe pada saat melewati mukosa sel untuk masuk ke peredaran darah. Hubungan Fe dan Ca ( bersifat antagonis ).

22 Interaksi Fe dan Copper (Cu)
Winzerling dan Law ( 1997) : Enzim cooperoksidase membantu reaksi oksidasi dan reduksi zat besi yang sangat penting bagi proses penyerapan dan mobilisasi zat besi. Hubungan Fe dan Cu ( bersifat sinergistik)

23 Interaksi Fe dan Chromium (Cr)
Harris ( 1997) : Fe dan Cr menggunakan transport yang sama, Fe dan Cr akan bersaing untuk dapat berikatan dengan transferin. Hubungan Fe dan Cr ( bersifat antagonis)

24 Interaksi Fe dan Vit C Saidin (1998) : penambahan 100 mg Vit C baik dalam bentuk pil atau alami (buah pepaya 250 gr) dapat meningkatkan penyerapan Fe sebesar 37,5 % - 54,2 % pada makanan ibu hamil di Indonesia dengan makanan pokok beras, jagung dan tiwul. Vit C mempunyai kemampuan mereduksi Hubungan Fe dan Vit C ( bersifat sinergistik)

25 Interaksi Fe dan Vit A Mejia (1979) : Defisiensi Vit A mengakibatkan tarjadinya gangguan pada metabolisme besi, yaitu berupa hambatan dalam pengeluaran zat besi dari dalam hati dan atau dalam hal penggabungan zat besi ke dalam sel darah merah.

26 Interaksi Fe dan Vit A Garcia-Casal et.al (1998): Penambahan Vit A mampu meningkatkan rata-rata penyerapan Fe hingga 2 kali lipat pada nasi, 1,8 pada gandum dan 1,4 kali pada jagung. Muslimatun (2001) : Program suplementasi zat besi menjadi lebih efektif dengan penambahan Vit A, karena Vit A akan meningkatkan pemanfaatan Fe untuk pembentukan Hb. Hubungan Fe dan Vit A ( Sinergistik).

27 Interaksi Fe dan Riboflavin
Adelakan (1986): Keadaan defisiensi Vit B 2 akan mengakibatkan aktivitas enzim NADH-FMN oksidoreduktase menjadi lemah dan dapat mengganggu metabolisme zat besi, karena enzim tersebut berperan dalam pengeluaran zat besi dari ferritin Hubungan Fe dan Vit B 2 (bersifat sinergistik).

28 Interaksi Fe dan Vit E Ibrahim (1997) : Vit E merupakan antioksidan. Bila tubuh kelebihan Fe maka pembentukan radikal bebas akan bertambah, akibatnya kebutuhan Vit E juga bertambah.

29 Kesimpulan Ada beberapa zat gizi yang bersifat sinergistik dan ada pula yang bersifat antagonistik Melihat adanya zat-zat yang bersifat sinergistik, maka untuk penanggulangan masalah gizi yang ada di Indonesia memungkinkan dipadukan. Misal Fe, Vit A dan I karena semua zat ini bersifat sinergistik

30 SEKIAN TERIMA KASIH SELAMAT BELAJAR


Download ppt "Nutritional Relationship"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google