PATOFISIOLOGI IMUNITAS OLEH : DRG. YAYAH SOPIANAH, M.KES
IMUNODEFISIENSI - Sistem imun penting untuk melindungi organisme tubuh terhadap invasi dari luar. - Defisiensi pada salah satu komponen dari sistem imun dapat mengganggu aktivitas seluruh sistem pertahanan tubuh.
Perubahan Patologis 1. Reaksi hipersensitivitas 2. Penyakit Autoimun 3. Sindrom Imunodefisiensi a. sindrom imunodefisiensi kongenital atau primer b. sindrom imunodefisiensi di dapat atau sekunder
Klasifikasi Patogenesis Imunodefisiensi 1. Sel B atau imunitas selular antibodi 2. Imunitas seluler – T 3. Imunitas yang di mediasi oleh kerja sel pagosit 4. Imunitas yang dihubungkan dengan aktivasi komplemen.
KLASIFIKASI KELAINAN IMUNODEFISIENSI Penyakit imunodefisiensi anyi bodi (sel B) Hipogamma globulinemia kongenital Hipogamma globulinemi yang di dapat Defisiensi IgA, Igm, IgG, selektif 2. Penyakit imunodefisiensi seluler (sel T) Aplasia timus kongenital (sindro di george) Kandidiasis muko kutanes menahun
3. Penyakit imunodefisiensi kombinasi seluler/disfungsi fagositik Defisiensi glukosa g-fosfat dehirogenase (GG- PD) 4. Penyakit imunodefisiensi dan kelainan komplemen a. Imunodefisiensi sekunder
Kondisi yang menyebabkan imunodefisiensi sekunder Terapi imunosupresif Kortiko steroid Antibiotika 2. Terapi radiasi 3. Kanker 4. Stress 5. Proses penuaan 6. Infeksi sistemik 7. Malnutrisi 8. Penyakit ginjal
AQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) Disebabkan oleh HIV ( Human Immune Deficiency Virus) AIDS muncul : Setelah terjangkit virus HIV bertahun-tahun Tergantung daya tahan tubuh sistem kekebalan alamiah melawan penyakit runtuh oleh virus HIV : hancurnya sel-sel limposite T (sel T) Mudah terserang infeksi dan kanker kematian
HIV ditularkan melalui hubungan Sex dengan orang yang mengidap virus itu dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya Pada wanita virus masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim atau vagina Pada pria virus memasuki aliran darah pada genitalnya yang luka atau lecet Hubungan sex melalui dubur, vagina dan oral beresiko tinggi untuk terinfeksi
HIV dapat ditularkan melaui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotika suntikan), transfusi darah/produk darah, ibu hamil ke bayi saat melahirkan, pisau cukur dan sikat gigi Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti berjabatan tangan, mencium, gelas bekas yang dipaki penderita, handuk atau melalui kloset umum karena virus HIV sangat rapuh
Gejala AIDS : pilek, bronkitis, dan influensa Bedanya dengan penyakit biasa : gejala berlangsung lama, lebih parah, sukar hilang dan sering kambuh, rasa lelah yang berkepanjangan tanpa sebab, demam berminggu lamanya, diare berkepanjangan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau lipat paha, berat badan menurun, batuk-batuk
Kelompok beresiko tinggi terhadap HIV AIDS : homosex, pecandu obat narkotik suntik, hemofilia, transfusi darah anak dari ibu HIV positif, perawat, karyawan di laboratorium di klinik, dan wanita tuna susila (WTS) Uji antibodi HIV AIDS : hasil positif ybs telah terinfeksi HIV berpotensi menularkan virus kepada orang lain, hasil negatif ybs bebas dari infeksi tetapi harus diperiksa kembali 3-6 bulan karena antibodi terbentuk sampai beberapa bulan.
Sampai sekarang belum ada obat maupun vaksin untuk mengobati dan mencegah infeksi HIV Ada obat tertentu tetapi hanya memperlambat perjalanan penyakit Tidak satupun teruji mampu menyembuhkan AIDS
Hal-hal yang diperlu diperhatikan untuk mencegah perluasan AIDS Penderita HIV positif tidak menunjukan gejala apapun untuk 5-10 tahun Perlu keterbukaan berbicara tentang AIDS maupun prilaku seksual Perlu menganjurkan praktik hubungan seksual yang aman (menggunakan kondom) Jangan mengucilkan penderita AIDS
Klasifikasi hipersensitivitas Tipe I : hipersensitivitas imediat (anafilaksis atau atopi) Tipe II : hipersensitivitas sitotoksik Penyakit kompleks imun hipersensitivitas selular
Klasifikasi keadaan hipersensitivitas
Auto imun Penemuan anti bodi yang mengarah spesifik orang tertentu Banyak orang yang menunjukan auto-antibodi serum, tetapi tidak menunjukan adanya penyakit Terutama terjadi pada lansia Pada penderita infark miokardia ada auto-anti bodi miokardial tapi tidak menunjukan gangguan miokardial lanjut Pada pendrita DM auto-antibodi pada sel-sel pulau langerhans pankreas