Pengakuan kewajiban bergantung Keadaan kebergantungan rugi yang memicu pengakuan kewajiban: 1.Ketertagihan piutang usaha 2.Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk 3.Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran, ledakan, dan bahaya lainnya. 4.Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah 5.Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan 6.Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin (possible) terjadi 7.Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi 8.Jaminan terhadap utang pihak lain 9.Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit 10.Perjanjian untuk membeli piutang atau aser yang berkaitan yang telah dijual SFAS No. 5, prg.4
makna kewajiban relevan untuk mengakui rugi bersyarat Pertama, utang adalah keharusan sekarang (present) Kedua, keharusan sekarang kepada pihak lain berupa pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti jumlah dan saatnya.
Pengukuran Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang.
Kewajiban Dalam Pembelian Kredit Dasar pengukuran aset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit Contoh: pada toko A sebuah mesin dijual dengan 8 kali angsuran Rp200rb/triwulan (bunga eksplisit) dan kesepakatan kontrak Rp jika dibeli tunai RP (kos tunai implisit)
Secara konseptual diakui sebagai berikut : Mesin Rp Utang usaha Rp Secara teknis pembukuan, Mesin RP Bunga Tangguhan Rp Utang Usaha Rp
Diskun dan Premium Utang Obligasi Diskun utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang menunjukkan biaya bunga yang harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempu) utang obligasi premium obligasi ≠ “ pendapatan tangguhan”