SEMINAR PROPOSAL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP KOMODITAS IKAN JULUNG-JULUNG (Hemiramphus sp) SECARA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOALEMO Disusun Oleh : Atep Ginanjar/ 7516141001
Latar Belakang Masalah Faktor ketergantungan : Ikan julung-julung (ikan roa) memiliki nilai ekonomis penting di Gorontalo khususnya Boalemo Di Gorontalo usaha penangkapan dan unit pengolahan ikan roa terdapat di Kabupaten Boalemo Produksi perikanan julung-julung di Kabupaten Boalemo berfluktuasi bahkan cenderung mulai menurun dari tahun ketahun.
Produksi perikanan tangkap ikan julung-julung Kab. Baoalemo Tahun 2010 sebanyak 32, 94 ton, tahun 2011 sebanyak 28,799 ton, tahun 2012 mencapai 176, 81 ton tahun 2013 sebanyak 116, 36 ton dan tahun 2014 sebanyak 114, 29ton DKP ( Boalemo, 2014)
Permasalahan Perikanan Tangkap ikan julung-julung Nelayan setempat selalu menangkap ikan tersebut secara terus-menerus tanpa memperhatikan kondisi sumberdaya ikan disekitar perairan Boalemo. Frekuensi pemanfaatan tersebut apakah sudah mencapai titik kulminasi atau masih jauh dari ketersediaan jumlah sumberdaya ikan Permasalahan pemanfataan Permasalahan pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Boalemo adalah upaya pengembangan perikanan tangkap belum memperhatikan daya dukung (MSY) perairan. Permasalahan pengelolaan
Permasalahan pokok yang sebenarnya dihadapi dalam perikanan julung-julung di Kabupaten Boalemo yaitu bagaimana mengelola sumberdaya ikan julung-julung secara bijaksana sehingga diharapkan sumberdaya tersebut tetap lestari dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.
Perumusan Masalah Bagaimana dinamika penangkapan ikan julung-julung di Kabupaten Boalemo ? Bagaimana status keberlanjutan berdasarkan aspek ekologi, sosial ekonomi, teknologi dan etika perikanan tangkap komoditas ikan julung-julung di perairan Boalemo ? Strategi apa yang tepat dilakukan untuk pengelolaan perikanan tangkap ikan julung-julung di Kabupaten Boalemo ?
Tujuan Penelitian Mengetahui beberapa aspek biologi ikan julung-julung yang tertangkap pukat roa di perairan Boalemo meliputi nisbah kelamin (sex ratio), hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad dan potensi maksimum lestari (MSY). Mengevaluasi status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas ikan julung-julung di Kabupaten Boalemo berdasarkan aspek ekologis, ekonomi, sosial, teknologi dan etika. Menentukan strategi yang tepat dalam pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan di Kabupaten Boalemo.
Kajian Pustaka Deskripsi biologi ikan julung-julung Ikan julung-julung telah banyak dikenal dan dikonsumsi bukan hanya oleh mayarakat Indonesia saja tetapi oleh sebagian masyarakat dunia, salah satunya Australia. Menurut Collete & Bruce B (1974), ikan julung-julung ukuran besar merupakan ikan ekonomis penting di Australia, lebih dari 1,5 juta lbs ikan julung-julung didaratkan di Autralia. Stewart J, et.al (2005), menyebutkan Penjualan di Fish Mart Sidney menunjukan rata-rata harga tertinggi berdasarkan ukuran ikan, semakin besar maka harganya semakin baik. Ikan julung-julung termasuk kedalam ikan pelagis kecil (small pelagic spesies) yang masuk kedalam kelompok garfishes, memiliki tubuh kecil dengan panjang antara 15 cm sampai 26 cm. Collete & Bruce B, (1974), pernah merangkum sekitar lima genus dan dua puluh satu spesies dan subspesies ikan julung-julung di perairan dunia yakni; Arhamphus, Euleptorhamphus, Hemiramphus, Hyporhamphus, Rhynchorhamphus dan Zenarchopterus.
Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati ( UU no 45. Tahun 2009).
Dahuri et al. (2004), mengungkapkan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan ambang batas (limit) pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak bersifat mutlak (absolute), melainkan merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfer untuk menerima dampak kegiatan manusia
Widodo (2003) yang diacu Supardan (2006) mengungkapkan bahwa sumberdaya ikan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu pulih namun bukan tidak terbatas. Mereka dapat mengalami penipisan kelimpahan (abundance) bahkan kemusnahan (collapse) jika dibiarkan dalam keadaan nir-kelola
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Boalemo, penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Maret - Mei 2016.
Metode Pengumpulan Data A. Data Primer : Data biologi ikan julung-julung didapatkan melalui pengamatan/pengukuran dari hasil tangkapan pukat roa di perairan Boalemo. Indentifikasi tingkat kematangan gonad , mengacu kepada petunjuk identifikasi Stewart J et.al (2005) Data untuk menentukan status keberlanjutan perikanan tangkap komiditas ikan julung-julung perikanan diperoleh langsung dari sumber melalui pengamatan dan wawancara terstruktur , menggunakan alat bantu kuisioner. Teknik sampling : purposive sampling, penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Jumlah responden : Pakar 4 orang ( DKP Boalemo), Pengolah ikan : 5 Orang ( Populasi kecil , < 10 dilakukan pendekatan sensus, Sugiyono, 2014)
Yonvitner et al (2010) dalam Budiono (2012) menyatakan bahwa pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan merupakan suatu kebijakan pemanfaatan perikanan yang berlandaskan prinsip kelestarian dengan memperhatikan daya dukung (carryng capacity) sumberdaya yang ada. Secara umum terdapat 4 (empat) kajian daya dukung, 1) Daya dukung fisik, yaitu luas total kegiatan pembangunan yang dapat didukung oleh suatu kawasan yang tersedia, 2) Daya dukung produksi, yaitu jumlah sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan secara optimal secara berkesinambungan, 3) Daya dukung ekologis, yaitu jumlah kegiatan yang dapat dikembangkan dalam batas yang tidak merugikan ekosistem, 4) Daya dukung sosial, yakni tingkat pemanfatan optimal pada suatu kawasan yang tidak merugikan secara sosial dan tidak menyebabkan terjadinya konflik dengan kegiatan lainnya. Dalam memperhatikan daya dukung (carryng capacity)
Pengkajian potensi sumberdaya ikan julung-julung di perairan Kabupaten Boalemo melalui pengkajian potensi maksimum lestari (MSY) serta aspek biologi ikan julung-julung dilakukan untuk mengetahui karakteristik sumberdaya tersebut. Selanjutnya dari hasil kajian tersebut dapat dibuatkan sejumlah rekomendasi seperti jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), upaya penangkapan optimum dan pengaturan musim penangkapan.
Jumlah responden nelayan pukat roa ditentukan menggunakan metode slovin Jumlah nelayan pukat roa sebanyak 174 nelayan, maka didapatkan sejumlah 23 responden hasil tersebut didapatkan dari rumus : Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi E = galat pendugaan (0,1)
B. Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber baik dari instansi yang berkaitan langsung dengan perikanan seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boalemo maupun instansi lainnya yang menunjang
Metode Analisis Data Analisis biologi ikan julung-julung 1. Hubungan panjang berat Menurut Effendie (1997) dalam Wahyudewantoro (2013) Rumus hubungan panjang berat ikan dinyatakan sebagai berikut : W = aLb Dimana: W = berat ikan (gram) L = panjang ikan (mm) a, b = konstanta dalam bentuk linier persamaan tersebut sebagai berikut : Log W = log a + b log L 2. Nisbah kelamin Analisa rasio kelamin dihitung dengan cara membendingkan jumlah ikan jantan dan ikan betina menggunakan rumus: X=J/B, dimana : X = rasio kelamin, J = jumlah ikan jantan (ekor) B = jumlah ikan betina (ekor). Effendi 1979 dalam Senen B (2011)
3. Tingkat Kematangan Gonad Indentifikasi tingkat kematangan gonad , mengacu kepada petunjuk identifikasi Stewart J et.al (2005)
4. MSY (Maximum Sustainable Yield) Perhitungan MSY menggunakan persamaan Schaefer Upaya optimum (opt) dihitung dengan persamaan opt = a/2b MSY dihitung dengan persamaan MSY = a 2 / 4 b
B. Analisis RAPFISH Metode RAPFISH digunakan untuk menentukan status keberlanjutan perikanan tangkap ikan julung-julung di Kabupaten Boalemo. RAPFISH (Rapid Appraisal Technique for Evaluating Fisheries Sustainability) dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia di tahun 1999. Tahapan analisis : 1. Penentuan Atribut Keberlanjutan. Penentuan Atribut Keberlanjutan. Penelitian ini menggunakan 5 dimensi yaitu : ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan etika 2. Penentuan Nilai Setiap Atribut. Setiap atribut diberikan salah satu nilai dari ketiga kategori nilai yang telah ditentukan. Pemberian nilai terhadap setiap atribut memberikan gambaran terhadap kondisi keberlanjutan sumberdaya ikan julung-julung, apakah baik ataupun buruk. Mengacu pada metode RAPFISH (Pitcher dan Preikshot 2000;), 3. Ordinasi RAPFISH(Multidimensional Scaling). Ordinasi RAPFISH dengan metode MDS (Multidimensional Scaling) digunakan untuk menentukan satu titik (nilai) yang mencerminkan posisi relatif dari perikanan ikan julung-julung. Hasil analisis yang baik menunjukkan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 (S < 0,25) 4. Penentuan status keberlanjutan. Penentuan status keberlanjutan pengelolaan perikanan ikan terbang berdasarkan pada indeks keberlanjutan perikanan. Indeks keberlanjutan perikanan mempunyai selang antara 0 – 100
Nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap Kategori 0-25 Tidak berkelanjutan >25-50 Kurang berkelanjutan >50-75 Cukup berkelanjutan >75-100 Berkelanjutan (Fauzi dan Ana, 2002).
Analisis Monte Carlo dan Analisis Laverage. Lanjutan Analisis Monte Carlo dan Analisis Laverage. Analisis Monte Carlo digunakan untuk mengetahui kestabilan hasil ordinasi RAPFISH. Analisis Monte Carlo pada metode RAPFISH dilakukan sebanyak 25 kali ulangan dengan teknik scatter plot. Kestabilan indeks keberlanjutan yang dihasilkan tercermin oleh plot yang mengumpul, sedangkan jika hasil menunjukkan plot menyebar dapat diartikan terdapat gangguan atau aspek ketidakpastian dalam hasil analisis. Analisis Laverage dilakukan untuk mengetahui atribut apa saja yang sensitif dari seluruh dimensi yang digunakan.Atribut palingsensitif akan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan dalam bentukperubahan Root Mean Square (RMS) yaitu pada sumbu X (skala keberlanjutan).
c. Analisis SWOT Dalam penelitian ini analisis SWOT digunakan untuk menyusun prioritas dalam menentukan strategi pengelolaan perikanan tangkap ikan julung-julung secara berkelanjutan di Kabupaten Boalemo. Permasalahan yang dianalisa diambil dari atribut sensitif dari hasil analisa RAPFISH.