MEMAHAMI PROSEDUR IMUNISASI Oleh: DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST
JENIS VAKSIN 1.1. Vaksin Hidup Attenuated Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Live attenuated (kuman atau virus hidup yg dilemahkan ) Inactivated (kuman,virus atau komponennya yg dibuat tdk aktif) 1.1. Vaksin Hidup Attenuated Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild), yg akan menimbulkan kekebalan tetapi tdk menyebabkan penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (Attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang Vaksin hidup misalnya : Vaksin polio oral, MMR/Campak dan BCG Vaksin hidup bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena panas atau sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati
1.2. Vaksin Inactivated Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakan bakteri atau virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tdk aktif dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin) Vaksin inactivated selalu membutuhkan dosis multipel, karena pada umumnya, pada dosis pertama tdk menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respon imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga Vaksin dengan microorganisme mati atau yg dilemahkan,mis : Hepatitis-B, hepatitis-A, DPT, Influenza dan Hib
B. TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI 1. Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut : Memberitahukan resiko apabila tdk divaksinasi Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan Lakukan tanya jawab kpd orang tua sebelum melakukan imunisasi Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin Periksa kembali identitas penerima vaksin Periksa jenis vaksin dan tanda-tanda perubahan Yakin bahwa vaksin yg akan diberikan sesuai jadwal Berikan vaksin dengan tekhnik yg benar Setelah selesai, beri petunjuk kepada orang tua Catat imunisasi dalam rekam medik Bab 4 Penyuntikan yang Aman 4
2. PENYIMPANAN Vaksin yg disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya Intruksi (brosur) harus disertakan Vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8 c dan tidak membeku Sejumlah vaksin (DPT, Hib, hepatitis-b, dan hepatitis-a) menjadi tidak aktif bila beku
3. PENGENCERAN Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan) Perlu diperhatikan, bahwa vaksin campak yg telah diencerkan cepat mengalami perubahan pada suhu kamar Jarum ukuran 21 yg steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin
4. PEMBERSIHAN KULIT 5. PEMBERIAN SUNTIKAN Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan 5. PEMBERIAN SUNTIKAN Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan IM atau SC dalam Terdapat pengecualian pada 2 jenis vaksin, yaitu Polio diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan IC
6. Tata cara penggunaan alat suntik auto-disable Bersihkan daerah penyuntikan dengan kapas basah Pegang tabung (barrel) semprit antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Jangan menyentuh jarum. Alat penyedot (plunger) bisa bergerak maju mundur hanya sekali Suntikkan jarum pelan-pelan. Gunakan ibu jari untuk menekan alat penyedot tanpa memutar-mutar semprit. Tarik jarum dengan cepat dan hati-hati (lebih sakit jika menarik dengan pelan). Jangan menggosok daerah dimana suntikan diberikan.
Bab 4 Penyuntikan yang Aman 7. Teknik penyuntikan - Cara penyuntikan imunisasi Bab 4 Penyuntikan yang Aman 9
Bab 4 Penyuntikan yang Aman Intrakutan Suntikan BCG diberikan pada lengan kanan atas. Dosis 0,05cc, disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan pelan-pelan (intrakutan). Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat,harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26). Bab 4 Penyuntikan yang Aman 10
Bab 4 Penyuntikan yang Aman Intramuskular Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc Cara Pemberian : Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk. Masukkan jarum dengan sudut 900. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Bab 4 Penyuntikan yang Aman 11
Bab 4 Penyuntikan yang Aman Subkutan Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc Cara Pemberian : Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450. Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari telunjuk anda tetapi jangan sentuh jarum. Bab 4 Penyuntikan yang Aman 12
C. PENJELASAN KEPADA ORANG TUA MENGENAI IMUNISASI Keadaan Bayi/Anak Orangtua/pengantar bayi dianjurkan mengingat dan memberitahukan tentang hal-hal yg berkaitan dengan indikasi kontra kejadian ikutan pasca imunisasi, mis: Pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yg berat (memerlukan pengobatan khusus atau perlu perawatan di RS) Alergi terhadab bahan yg terdapat dalam vaksin Sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, radioterapi atau kemoterapi Tinggal serumah dengan orang lain yg imunitasnya menurun (leukemia, HIV/AIDS)
2. Pemberian Antipiretik Sebelum dan Sesudah Imunisasi Kepada orangtua/pengantar diberitahukan bahwa 30 menit sebelum imunisasi DPT/DT, MMR, Hib, Hepatitis B dianjurkan memberikan antipiretik parasetamol 15 mg kepada bayi/anak untuk mengurangi ketidak nyamanan pasca vaksinasi Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6x dalam 24 jam Jika keluhan masuh berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter 3. Manfaat Vaksinasi Perlu dijelaskan bahwa vaksin tidak melindungi 100% dari penyakitnya, tetapi dapat memperkecil resiko tertular dan memperingan dampak bila terjadi infeksi
4. Reaksi KIPI Perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal ditempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan & gejala tertentu, mis: demam, ruam kulit, mual, diare ringan, tergantung pada jenis vaksinnya Reaksi tersebut umumnya ringan dan akan hilang dalam 1-2 hari Ditempat penyuntikan kadang-kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal , nyeri selama 1-2 hari, kompres hangat dapat mengurangi keadaan tersebut 5. BCG 2-6 mgg setelah imunisasi dapat timbul bisul kecil (papula) dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bln, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus Bila ulkus mengeluarkan cairan, cukup dikompres dengan cairan antiseptik, tetapi bila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar orangtua hrs membawanya kedokter
6. Hepatitis-B Dapat timbul demam yg tdk tinggi Pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, cukup dikompres Dianjurkan untuk memberi minum lebih banyak Jika demam pakailah pakaian yg tipis, berika parasetamol 15 mg setiap 3-4 jam bila diperlukan Boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat 7. DPT Demam tinggi, rewel, ditempat penyuntikan timbul kemerahan, nyeri dan bengkak yg akan hilang dalam beberapa hari Dianjurkan untuk memberi minum lebih banyak (ASI / air buah), Jika demam pakailah pakaian tipis, bekas suntikan dapat dikompres Jika demam berikan parasetamol 15 mg setiap 3-4 jam bila diperlukan. Maksimal 6x / 24 jam
8. DT 9. Polio Oral 10. Campak dan MMR Reaksi yg dapat terjadi pasca vaksinasi DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan Bekas suntikan yg nyeri dpt dikompres dan biasanya tdk perlu tindakan khusus 9. Polio Oral Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio setelah mendapat vaksi polio bayi boleh makan minum seperti biasa Bila dalam 30 menit bayi muntah, segera beri lagi vaksin polio 10. Campak dan MMR Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat timbul sekitar 3 mgg pasca imunisasi MMR Gejala lain timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tdk tinggi, kulit kemerahan, pilek Dianjurkan untuk banyak minum, jika demam beri pakaian tipis, bekas suntikan kompres, jika demam beri parasetamol
D. PENCATATAN IMUNISASI Setiap anak sebaiknya mempunyai dokumen imunisasi berupa kartu imunisasi yg dipegang oleh orangtua. Setiap dokter dan tenaga paramedis yg memberikan imunisasi harus mencatat semua data yg relevan pada kartu imunisasi tersebut Orangtua diharapkan untuk senantiasa membawa kartu imunisasi setiap kali berkunjung Data yg harus dicatat pada kartu imunisasi : Jenis vaksin yg diberikan Tanggal melakukan vaksinasi Efek samping bila ada Tanggal vaksinasi berikutnya Nama tenaga medis/paramedis yg memberikan vaksin
E. PENYUNTIKAN YANG AMAN Jenis Alat Suntik Semprit auto-disable atau auto-destruct (AD) Hanya bisa dipakai 1x kemudian otomatis terkunci
b. Semprit dan Jarum Sekali Pakai (disposable) Semprit ini banyak digunakan untuk penyuntikan obat dan vaksin, mis: terumo dan BD dan biasanya digunakan untuk mencampur vaksin dan pelarutnya
c. Pre filled syringe (PFS) autodisable (AD) Alat suntik yg sudah terpasang jarum dan sudah diisi vaksin oleh pabrik sebanyak 1 dosis, untuk 1x penyuntikan, setelah disuntikkan tdk bisa diisi ulang sehingga tdk bisa dipakai lagi . Cth: vaksin hepatitis B Unijec produksi biofarma
e. Semprit dan jarum yg bisa dipakai ulang d. Pre filled syringe (PFS), pre filled injection device (PID) bukan AD Alat suntik ini sudah dilengkapi dengan jarum dan sudah diisi vaksin oleh pabrik sebanyak 1 dosis untuk 1x penyuntikan Setelah disuntikkan semprit masih bisa berfungsi Cth: Vaksin influenza, hepatitis-A, tiroid, pnemokokus e. Semprit dan jarum yg bisa dipakai ulang Semprit dan jarum jenis ini sebaiknya tidak dipakai lagi, karena sangat beresiko terjadi kontaminasi dan penyebaran infeksi melalui semprit, jaru atau vaksin yg telah terkontaminasi ketika menghisap vaksin
2. Prosedur penyuntikan : Mengunakan ADS baru dan steril. Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak & belum kedaluarsa. Tidak menyentuh jarum. Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu kering. Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin. Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan. Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas kering baru hingga darah berhenti. Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik (recapping) Bab 4 Penyuntikan yang Aman 23
Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman Meliputi: Kualitas vaksin yang terjamin Penyuntikan yang steril Melarutkan vaksin secara benar Lokasi suntikan yang tepat Penapisan indikasi kontra Teknik penyuntikan yang benar
Mengamankan semprit dan jarum bekas a. Membuang semprit dan jarum dengan menggunakan safety box berwarna kuning, terbuat dari karton tebal
b. Membakar semprit dan jarum bekas Dengan menggunakan insinerator (alat pembakar) yg bersuhu > 800 derajat C, karena dpt menghancurkan semprit dan jarum serta mematikan microorganisme Bila tdk ada insinerator, pembakaran dpt dilakukan di dlm drum bekas yg diganjal dng batu bata Kotak limbah dimasukkan kedalam drum, api dinyalakan dibawah drum tersebut Semprit dan jarum yg sudah terbakar hancur tersebut ditimbun ditempat yg aman c. Membuang semprit dan jarum bekas ke dalam lubang khusus Bila tidak mungkin dibakar, semprit dan jarum bisa dibuang ke dalam lubang kusus dengan kedalaman 2 meter dan lebar 1 meter, diatasnya ditutup dengan beton, ditengahnya ada pipa besi Semprit dan jarum dimasukkan kedalam lubang melalui pipa besi tersebut tanpa dibakar Cara tersebut kurang aman, bila banjir ada kemungkinan mengkontaminasi lingkungan
d. Menimbun semprit dan jarum bekas di dalam lubang pembuangan Gali lubang sedalam 2-3 meter dilokasi yg diperkirakan dalam 5 tahun tidak akan digali Masukkan semprit dan jarum bekas kedalam lubang, kemudian ditutup dengan tanah Cara ini masih berbahaya karena bila banjir atau tergali, maka dapat melukai atau mengkontaminasi lingkungan sekitarnya