AKUNTANSI BIAYA IEG3A3 Program Studi Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri Telkom University
Job order costing
Tujuan PEMBELAJARAN Memahami konsep dasar job order costing dan kapan digunakan Memahami aliran biaya bahan langsung dan dokumen utama yang digunakan dalam job order costing, serta mampu mencatat biaya dalam buku besar Memahami aliran biaya tenaga kerja langsung dan dokumen utama yang digunakan serta mampu mencatat biaya dalam buku besar Mampu menghitung applied overhead serta melakukan treatment atas under dan over applied dalam job order costing Mampu menghitung biaya total dan biaya per unit
Job Order Costing vs Process Costing Produk dibuat sesuai pesanan Produk standar Tipe proses : fleksibel, generic Tipe proses : spesial Job shop Aliran material kontinu Low volume, multiple product High volume, multiple product
Karakteristik job order Proses pengolahan produk terjadi secara terputus- putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi pemesan, sehingga pesanan yang satu dengan yang lain dapat berbeda Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan di gudang
Metode Harga Pokok Pesanan (1) Setiap jenis produk harus dihitung HPP (Harga Pokok Pesanan) secara individual Biaya produksi digolongkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
Metode Harga Pokok Pesanan (2) Biaya produksi langsung terdiri dari bahan baku dan tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut sebagai BOP. Biaya produksi langsung dihitung dalam HPP berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan BOP dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
Sistem Pembebanan Biaya Pada HPP Sistem Pembebanan biaya dalam metode harga pokok pesanan dapat dilakukan berdasarkan : Biaya Normal (Normal cost) Biaya yg ditentukan dimuka (Predetermined cost) HPP yang menggunakan predetermined cost, karena pada saat pesanan diterima harus sudah ditentukan harga pokoknya. Tetapi yang umum digunakan adalah sistem biaya normal
Karakteristik Harga Pokok Pesanan (1) Proses produksi berdasar pesanan dan produk bersifat khusus Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan, sehingga perhitungan : Total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai Biaya per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan
Karakteristik Harga Pokok Pesanan (2) Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat Kartu Pesanan (Job order cost sheet) yang memuat : Informasi umum : nama pemesan, jumlah dipesan, tgl pesan, dll Informasi biaya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead Setelah pesanan selesai dikerjakan, biasanya produk langsung diserahkan.
Manfaat Informasi HPP per Pesanan Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan Memantau realisasi biaya produksi Menghitung laba atau rugi tiap pesanan Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca
Kartu Biaya Pesanan (Job Cost Sheet) (1) Merupakan dokumen dasar dalam harga pokok pesanan yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap job (pekerjaan) Karena biaya diakumulasi untuk setiap batch atau lot, maka kartu ini dapat menunjukkan bahan langsung dan tenaga kerja langsung yg digunakan pada suatu pekerjaan, dan overhead yang dibebankan
Kartu Biaya Pesanan (Job Cost Sheet) (2) File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku besar tambahan untuk persediaan barang dalam proses
Perusahaan …. Pesanan No. …. KARTU PESANAN Nama Pemesan : …. Tanggal Pesanan : …. Keterangan : …. Tanggal Selesai : …. Bahan Baku Upah langsung Overhead Pabrik Bukti No. Jumlah …. Ikhtisar biaya produk Harga Jual Produk :
Soal 1 Perusahaan meubel ADIJAYA berproduksi atas dasar pesanan Tanggal 5 Agustus 2009. Perusahaan menerima pesanan untuk membuat meja rapat dari Hotel Santika. Harga Kontrak Rp. 20.000.000 Pesanan tersebut diberi kode pesanan No.99 Kegiatan-kegiatan yang terjadi untuk memenuhi pesanan adalah sebagai berikut :
Pembelian bahan-bahan Bahan yang dipakai untuk memproduksi Job No. 99 Jenis Bahan Satuan Harga Satuan Jumlah Kayu mahoni 20 meter Rp. 600.000 Rp. 12.000.000 Pelitur 50 liter Rp. 10.000 Rp. 500.000 Lem 10 kaleng Rp. 30.000 Rp. 300.000 Paku 5 Kg Rp. 40.000 Rp. 200.000 Rp. 13.000.000 Bahan Baku 10 meter Rp. 600.000 Rp. 6.000.000 Bahan Penolong Pelitur 6 liter Rp. 10.000 Rp. 60.000 Lem 2 Kaleng Rp. 30.000 Paku 2 Kg Rp. 40.000 Rp. 80.000
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan : Tenaga kerja langsung Rp. 4.000.000 Tenaga kerja tidak langsung Rp. 1.000.000 BOP aktual selain yang terjadi di atas Rp. 1.500.000 BOP yang dibebankan atas dasar tarif 75% dari biaya tenaga kerja langsung. Pesanan tersebut selesai dikerjakan dan diserahkan kepada pemesan, sedangkan pembayaran diterima 20 hari kemudian
Jawab Perhitungan BOP dibebankan: 75% x Rp 4.000.000,00 = Rp 3.000.000,00 Perusahaan ADIJAYA Pesanan No. 99 KARTU PESANAN Nama Pemesan : Hotel Santika Tanggal Pesanan : 05-8-2005 Keterangan : Meja, warna coklat Tanggal Selesai : 25-8-2005 Bahan Baku Upah langsung Overhead Pabrik Bukti No. Jumlah 6.000.000 4.000.000 3.000.000 Ikhtisar biaya produk Rp. 6.000.000 Harga Jual Produk : Rp. 4.000.000 Rp. 20.000.000 Rp. 3.000.000 Rp.13.000.000
Laba Kotor Rp 20.000.000 – Rp 13.000.000 = Rp 7.000.000 Selisih BOP BOP dibebankan : Rp 3.000.000 BOP sesungguhnya : Rp 2.700.000 Selisih : Rp 300.000 (overallocated)
Soal 2 Perusahaan meubel ASIA mempunyai 2 departemen produksi yaitu Dept. A dan Dept. B. Pada bulan Januari mendapat pesanan sebagai berikut: PT. UTAMA 200 buah kursi kuliah @ Rp. 60.000, total Rp. 12.000.000 Job No. K-1 PT ABC 50 buah kursi kerja @ Rp. 100.000, total Rp. 5.000.000 Job No. M-3 Pesanan K-1 dan M-3 dapat diselesaikan, namun baru pesanan K-1 yang diserahkan
Transaksi yang terjadi untuk memenuhi pesanan tsb: Pemakaian bahan baku Biaya Tenaga kerja langsung Job No Departemen A Departemen B Jumlah K-1 Rp. 4.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 5.000.000 M-3 Rp. 1.500.000 Rp. 250.000 Rp. 1.750.000 Rp. 5.500.000 Rp. 1.250.000 Rp. 6.750.000 Job No Departemen A Departemen B Jumlah K-1 Rp. 1.600.000 Rp. 800.000 Rp. 2.400.000 M-3 Rp. 500.000 Rp. 200.000 Rp. 700.000 Rp. 2.100.000 Rp. 1.000.000 Rp. 3.100.000
Dari data tersebut diminta : Biaya Overhead Pabrik Dari data tersebut diminta : Buat Job order cost sheet masing-masing pesanan Laba kotor pesanan K-1 Selisih biaya overhead untuk periode tersebut Departemen Tarif BOP BOP Aktual A 50% biaya bahan baku Rp. 2.700.000 B 80% biaya TK langsung Rp. 950.000
Departemen A Departemen B MEUBEL ANTIK Job order No. K-1 KARTU PESANAN Nama Pemesan : UTAMA Tanggal Pesanan : 05-8-2005 Keterangan : Kursi Kuliah Tanggal Mulai : 06-8-2005 Jumlah pesanan : 200 buah Tanggal selesai : 30-8-2005 Departemen A Bahan Baku Upah langsung Overhead Pabrik Bukti No. Jumlah 4.000.000 1.600.000 2.000.000 Departemen B Upah Langsung 1.000.000 800.000 640.000 Ikhtisar biaya produk Rp. 5.000.000 Harga Jual Produk : Rp. 2.400.000 Rp 12.000.000 Rp. 2.640.000 Rp.10.040.000
Departemen A Departemen B MEUBEL ANTIK Job order No. M-3 KARTU PESANAN Nama Pemesan : PT.ABC Tanggal Pesanan : 05-8-2005 Keterangan : Kursi Kerja Tanggal Mulai : 06-8-2005 Jumlah pesanan : 50 buah Tanggal selesai : 30-8-2005 Departemen A Bahan Baku Upah langsung Overhead Pabrik Bukti No. Jumlah 1.500.000 500.000 750.000 Departemen B Upah Langsung 250.000 200.000 160.000 Ikhtisar biaya produk Rp. 1.750.000 Harga Jual Produk : Rp. 700.000 Rp 5.000.000 Rp. 910.000 Rp. 3.360.000
Laba Kotor Rp 12.000.000 – Rp 10.040.000 = Rp 1.960.000 Selisih BOP BOP dibebankan : Rp 3.550.000 BOP sesungguhnya : Rp 3.650.000 Selisih : Rp 100.000 (underallocated)
Harga Jual yang Dibebankan Pemesan
Penerimaan atau Penolakan Pesanan
Memantau Realisasi Biaya Produksi
Menghitung Laba Atau Rugi Tiap Pesanan
Penyajian dalam Neraca (1) Manajamen harus membuat pertanggung jawaban keuangan secara periodik, yang disajikan dalam neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca disajikan persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan, sehingga diketahui biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan.
Penyajian dalam Neraca (2) Disamping itu dapat diketahui biaya produksi yang melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Dalam hal ini akan ada persediaan produk jadi dan terdapat barang dalam proses.
Rekening Kontrol & Rekening Pembantu Untuk merinci biaya produksi dipergunakan rekening pembantu, seperti: Kartu persediaan, Kartu harga pokok, Kartu biaya. Rekening kontrol (Buku Besar), menampung data yang bersumber dari jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan untuk menampung data yang bersumber dari dokumen sumber.
Buku besar Untuk mencatat biaya produksi, di dalam buku besar dibentuk rekening kontrol “barang dalam proses” rekening ini dipecah menurut unsur biaya produksi, sehingga terdapat 3 macam rekening: Barang dlm proses, biaya bahan baku Barang dlm proses, biaya tenaga kerja langsung Barang dlm proses, BOP
Pembelian Bahan Baku Pembelian bahan baku sebesar Rp 83.000,00 dan bahan baku penolong sebesar Rp 6.000,00 secara kredit.
Pembelian Bahan Baku Pembelian bahan baku sebesar Rp 83.000,00 dan bahan baku penolong sebesar Rp 6.000,00 secara kredit. Persediaan bahan baku Rp 83.000,00 Persediaan bahan penolong Rp 6.000,00 Utang Usaha Rp 89.000,00
Penggunaan Bahan Baku Bahan baku yang dikirim ke lokasi manufaktur: bahan baku Rp 81.000,00 dan bahan penolong Rp 4.000.
Penggunaan Bahan Baku Bahan baku yang dikirim ke lokasi manufaktur: bahan baku Rp 81.000,00 dan bahan penolong Rp 4.000. Brg. dlm. proses, bahan baku Rp 81.000,00 BOP sesungguhnya Rp 4.000,00 Persediaan bahan baku Rp 81.000,00 Persediaan bahan penolong Rp 4.000,00
Biaya Tenaga Kerja Terutang Gaji tenaga kerja langsung Rp 39.000,00 dan tidak langsung adalah Rp 15.000,00
Biaya Tenaga Kerja Terutang Gaji tenaga kerja langsung Rp 39.000,00 dan tidak langsung adalah Rp 15.000,00 Brg. dlm. proses, TKL Rp 39.000,00 BOP sesungguhnya Rp 15.000,00 Utang gaji Rp 54.000,00
Biaya Tenaga Kerja Terutang Gaji tenaga kerja langsung Rp 39.000,00 dan tidak langsung adalah Rp 15.000,00 Brg. dlm. proses, TKL Rp 39.000,00 BOP sesungguhnya Rp 15.000,00 Utang gaji Rp 54.000,00
Pembayaran Gaji Pegawai Pembayaran gaji manufaktur dengan total Rp 54.000,00 Utang gaji Rp 54.000,00 Kas Rp 54.000,00
BOP Sesungguhnya Biaya overhead manufaktur tambahan yang terjadi adalah Rp 75.000,00, dengan rincian: Upah TKTL Rp 44.000,00 Biaya renovasi pabrik Rp 11.000,00 Biaya penyusutan pabrik Rp 18.000,00 Biaya asuransi pabrik Rp 2.000,00
BOP Sesungguhnya BOP sesungguhnya Rp 75.000,00 Utang gaji Rp 44.000,00 Utang usaha Rp 11.000,00 Akumulasi penyusutan Rp 18.000,00 Asuransi dibayar di muka Rp 2.000,00
Pembebanan BOP kepada Pemesanan Alokasi overhead manufaktur ke job Rp 80.000,00
Pembebanan BOP kepada Pemesanan Alokasi overhead manufaktur ke job Rp 80.000,00 Brg. dlm. proses, BOP Rp 80.000,00 BOP dibebankan Rp 80.000,00
Harga Pokok Produk Jadi Penyelesaian barang jadi dari suatu job Rp 188.800,00
Harga Pokok Produk Jadi Penyelesaian barang jadi dari suatu job Rp 188.800,00 Persediaan produk jadi Rp 188.800,00 Brg. Dlm. proses Rp 188.800,00
Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan Rp 180.000,00
Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan Rp 180.000,00 Persediaan barang jadi Rp 180.000,00
Pendapatan Penjualan Penjualan secara kredit sebesar Rp 270.000,00
Pendapatan Penjualan Penjualan secara kredit sebesar Rp 270.000,00 Piutang usaha Rp 270.000,00 Pendapatan Rp 270.000,00
Penyimpangan BOP Sesungguhnya dengan BOP Pembebanan BOP yang dibebankan adalah Rp 80.000,00 sedangkan secara aktual BOP sebesar Rp 83.000,00
Penyimpangan BOP Sesungguhnya dengan BOP Pembebanan BOP yang dibebankan adalah Rp 80.000,00 sedangkan secara aktual BOP sebesar Rp 83.000,00 BOP dibebankan Rp 80.000,00 Harga pokok penjualan Rp 3.000,00 BOP sesungguhnya Rp 83.000,00