Kebijakan Riset Dalam Mendukung Daya Saing dan Kedaulatan Bangsa

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Advertisements

Kosen S Research priority identification in three thematic areas : Health Financing, HRH and role of the non-state sector in Indonesia, Malaysia.
Satryo Soemantri Brodjonegoro Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Payung Penelitian Sumberdaya Manusia Supriyadi Asep Supena Hamidah Muktiningsih.
Jakarta Convention Centre, 29 Januari 2010
RENCANA STRATEGIS LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEPADA MASYARKAT
Information Systems, Organizations, and Strategy
RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) UNIVERSITAS DIPONEGORO
MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI SISWA MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR TENTANG BAGAIMANA CARA BELAJAR.
PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL
ANALISIS STRATEGIS: MENENTUKAN POTENSI MASA MENDATANG MODUL 6 PERT. 19 S/D 21.
Strenghtening Role of Technology and Innovation As Driver for Economic Growth and Competitiveness Rachmawan Budiarto Jurusan Teknik Fisika – FT UGM Magister.
BERDASAR TINGKAT KEKETATAN SNMPTN 2011
Nilai Keketatan Program Studi UB
KETERLIBATAN Dunia bisnis dalam meningkatkan penelitian inovatif dan interaksi produktif DENGAN UNIVERSITAS DAN PEMERINTAH Yogyakarta, 4 maret 2015.
HUMAN CAPITAL CHALLENGES ABI SUJAK DIRECTOR SEAMOLEC SEMINAR INTERNASIONAL GEDUNG SERBA GUNA UT FEBRUARI 2016.
PERUBAHAN PARADIGMA PERTANGGUNGJAWABAN PENELITIAN
RAPAT : RENCANA KEGIATAN PENELITIAN & PENGABDIAN MASYARAKAT 2017
Hal Baru di Kemenristekdikti
Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Tahun 2017
Kebijakan Riset dan Daya Saing Bangsa
Dr. Achmad Samsudin Departemen Pendidikan Fisika
Kebijakan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu PTS untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa Ocky Karna Radjasa Direktorat Jenderal Penguatan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
Arah Kebijakan Penelitian dan Inovasi UGM
Mata Kuliah TPB (Mata Kuliah Wajib)
Workshop Pengabdian Masyarakat
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH JAWA BARAT
Kebijakan Pendidikan Tinggi Prof. Munawar Ketua LP3M-UB
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP)
Inspektur Jenderal Kemenristekdikti
Monev Penelitian UT September 2016 LPPM-UT.
Panduan Pelaksanaan Penelitian dan PPM Edisi X 2016
Support Structures untuk Memperkuat Kapabilitas Manajemen Riset
18 Februari 2016 Be Brave to Dream and Make it Happens 18 Februari 2016.
Pert. 16. Menyimak lingkungan IS/IT saat ini
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Inspektur Jenderal Kemenristekdikti
Penentu Peningkatan Daya Saing
SKOPE EKONOMI POLITIK DAN PEMBANGUNAN
Organizational Environment Analysis
W1. About Social Informatics
Upaya Mengatasi Kecemasan dalam Menghadapi Masa Depan
“Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional”
Emerging Business Start up ecosystem #CEOLecturerSeries2015
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Automobile Manufacturing In G8 Countries, Trends To The Future: Ken Research.
The Global Gas Storage Industry & Trends In The Capital Investment: Ken Research.
Grow Your Social Media Communities
Rising Demand For Electron Transport Layer Market Outlook: Ken Research.
PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DITJEN BELMAWA-KEMENTERIAN RISTEKDIKTI
Agenda Riset Nasional & Laporan Pelaksanaan Fokus Tugas DRN
Direktorat Kelautan dan Perikanan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Oleh: Khudzaifah Dimyati
DRPM Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan
RIP UNAIR
Divisi Bidang Riset, Pengbdian Masyarakat dan Publikasi
Kebijakan Riset dan Pengabdian Masyarakat
By Yulius Suprianto Macroeconomics | 02 Maret 2019 Chapter-5: The Standard of Living Over Time and A Cross Countries Source: http//
Kebijakan Riset Dalam Mendorong Daya Saing Nasional
EVALUASI KINERJA PENELITIAN
ICT untuk kolaborasi internasional
Perkembangan Perubahan Regulasi Riset
Kebijakan Publikasi Ilmiah pada Subit Fasilitasi Publikasi Ilmiah
DRPM Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan
A SHORT ESSAY OF CIVIL ENGINEERING BY : ALFATIHATU RAHMI CIVIL ENGINEERING ENGINEERING FACULTY ANDALAS UNIVERSITY PADANG.
USULAN RAB Diadopsi dari Materi Workshop Peningkatan Kualitas Penelitian Ristekdikti.
TEMA DAN PROGRAM PRIORITAS
ICT untuk kolaborasi internasional
Transcript presentasi:

Kebijakan Riset Dalam Mendukung Daya Saing dan Kedaulatan Bangsa Ocky Karna Radjasa Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti

POTRET DAYA SAING SAAT INI Sumber: WEF 2015 Daya saing Indonesia (WEF) peringkat ke-34 dari 144 negara (2015 turun jadi 37), Pilar kesiapan teknologi bernilai rendah (85) dibandingkan pilar lainnya. Peringkat tertinggi: pilar market size (10), pilar inovasi pada peringkat 30. Fakta ini berarti perkembangan sumber daya Iptek belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pembentukkan keunggulan posisi Indonesia di dalam meningkatkan daya saing. Rendahnya nilai Global Innovation Index ini disebabkan oleh masih lemahnya pilar institusi (lingkungan politik, lingkungan regulator, lingkungan bisnis), human capital dan riset (pendidikan, pendidikan tersier, R&D), infrastruktur (ICT, infrastruktur umum, keberlanjutan ekologi), market sophistication (kredit, investasi, perdagangan dan persaingan), business sophistication (pengetahuan pekerja, innovation linkage, innovation absorbtion), output pengetahuan dan teknologi (penciptaan pengetahuan, dampak pengetahuan, difusi pengetahuan), output kreatif (intangible asset, barang dan jasa kreatif, kreativitas online). Berdasarkan The global competitiveness index tahun 2015 - 2016 dari World Economic Forum, Indonesia saat ini berada pada fase 2 yaitu efficiency-driven bersama dengan 30 negara berkembang lainnya, sedangkan Malaysia berhasil masuk pada transisi fase 2 menuju fase 3 bersama 19 negara lainnya. Indonesia berada pada urutan ke 37 dari 144 negara yang diukur daya saingnya. Kondisi daya saing tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013-2014 yang pada peringkat 38 dari 148 negara. Posisi daya saing Indonesia tahun 2015-2016 ini masih jauh di bawah negara-negara di kawasan asia seperti Singapura (2), Jepang (6), Malaysia (18), Korea Selatan (26), China (28), Thailand (32). Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya pilar inovasi (skor 3,9), institusi (skor 4,1), infrastruktur (skor 4,2) labor market efficiency (skor 3,7) dan kesiapan teknologi (skor 3,5) SDM SARPRAS DANA ATURAN MISMATCH

RANK COMPETITIVENESS 2015 2015 +3 47 +2 75 -15 68 -14 54 +1 41 = 102 No Indicator 2013 2014 2015 1 Availability of research and training services, 1-7 (best) 48 50 47 +3 2 Tertiary education enrollment, gross %* 87 77 75 +2 3 Availability of latest technologies, 1-7 (best) 60 53 68 -15 4 FDI and technology transfer, 1-7 (best) 39 40 54 -14 5 Firm-level technology absorption, 1-7 (best) 46 42 41 +1 6 University-industry collaboration in R&D, 1-7 (best) 30 = 7 Quality of scientific research institutions, 1-7 (best) 8 PCT patents, applications/million pop.* 103 106 102 +4 9 Availability of scientists and engineers, 1-7 (best) 31 34 -3 10 Capacity for innovation, 1-7 (best) 24 22 -8 11 Company spending on R&D, 1-7 (best) 23 12 Gov’t procurement of advanced tech products, 1-7 (best) 25 13

RISET, TEKNOLOGI, PENDIDIKAN TINGGI, DAN DAYA SAING BANGSA Higher education and training Science & Technology Dari 12 pilar Competitiveness yang ditetapkan World Economi Forum, 3 Pilar diantaranya menjadi domain/tugas fungsi Kemenrisntekdikti. Hal ini menjadi sangat penting karena Kemenristekdikti memegang peranan/andil yang cukup signifikan (1 Kementerian dengan 3 pilar) dalam meningkatkan daya saing bangsa. Quality higher education and training is crucial for economies that want to move up the value chain beyond simple production processes and products.12 In particular, today’s globalizing economy requires countries to nurture pools of well-educated workers who are able to perform complex tasks and adapt rapidly to their changing environment and the evolving needs of the production system. This pillar measures secondary and tertiary enrollment rates as well as the quality of education as evaluated by business leaders. The extent of staff training is also taken into consideration because of the importance of vocational and continuous on-the-job training—which is neglected in many economies—for ensuring a constant upgrading of workers’ skills. In today’s globalized world, technology is increasingly essential for firms to compete and prosper. The technological readiness pillar measures the agility with which an economy adopts existing technologies to enhance the productivity of its industries, with specific emphasis on its capacity to fully leverage information and communication technologies (ICTs) in daily activities and production processes for increased efficiency and enabling innovation for competitiveness. ICTs have evolved into the “general purpose technology” of our time, given their critical spillovers to other economic sectors and their role as industry-wide enabling infrastructure. Therefore ICT access and usage are key enablers of countries’ overall technological readiness. Whether the technology used has or has not been developed within national borders is irrelevant for its ability to enhance productivity. The central point is that the firms operating in the country need to have access to advanced products and blueprints and the ability to absorb and use them. Among the main sources of foreign technology, FDI often plays a key role, especially for countries at a less advanced stage of technological development. It is important to note that, in this context, the level of technology available to firms in a country needs to be distinguished from the country’s ability to conduct blue-sky research and develop new technologies for innovation that expand the frontiers of knowledge. That is why we separate technological readiness from innovation, captured in the 12th pillar, described below. Innovation can emerge from new technological and non-technological knowledge. Non-technological innovations are closely related to the know-how, skills, and working conditions that are embedded in organizations and are therefore largely covered by the eleventh pillar of the GCI. The final pillar of competitiveness focuses on technological innovation. Although substantial gains can be obtained by improving institutions, building infrastructure, reducing macroeconomic instability, or improving human capital, all these factors eventually run into diminishing returns. The same is true for the efficiency of the labor, financial, and goods markets. In the long run, standards of living can be largely enhanced by technological innovation. Technological breakthroughs have been at the basis of many of the productivity gains that our economies have historically experienced. These range from the industrial revolution in the 18th century and the invention of the steam engine and the generation of electricity to the more recent digital revolution. The latter is not only transforming the way things are being done, but also opening a wider range of new possibilities in terms of products and services. Innovation is particularly important for economies as they approach the frontiers of knowledge, and the possibility of generating more value by merely integrating and adapting exogenous technologies tends to disappear. Although less-advanced countries can still improve their productivity by adopting existing technologies or making incremental improvements in other areas, for those that have reached the innovation stage of development this is no longer sufficient for increasing productivity. Firms in these countries must design and develop cutting-edge products and processes to maintain a competitive edge and move toward even higher value-added activities. This progression requires an environment that is conducive to innovative activity and supported by both the public and the private sectors. In particular, it means sufficient investment in research and development (R&D), especially by the private sector; the presence of high-quality scientific research institutions that can generate the basic knowledge needed to build the new technologies; extensive collaboration in research and technological developments between universities and industry; and the protection of intellectual property, in addition to high levels of competition and access to venture capital and financing that are analyzed in other pillars of the Index. In light of the recent sluggish recovery and rising fiscal pressures faced by advanced economies, it is important that public and private sectors resist pressures to cut back on the R&D spending that will be so critical for sustainable growth into the future. GLOBAL COMPETITIVENESS Innovation & Technological readiness

TECHNOLOGY READINESS LEVEL IRL Technology Market Organization Partnership Risk

ASEAN POSISI RISET DAN IPTEK NASIONAL INDIKATOR IPTEK Publikasi Internasional Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, 1996-2014 Perbandingan Jumlah Paten Indonesia dengan beberapa negara ASEAN di USPTO 2005-2014 ASEAN Sumber: Scimago, 2016 Sumber: USPTO, 2015 INDIKATOR IPTEK Peringkat Paten Terdaftar di Beberapa Negara ASEAN, 2014 Publikasi Internasional: Indonesia < Thailand < Singapore < Malaysia Jumlah Paten USPTO: Indonesia < Thailand < Malaysia < Singapore Peringkat Paten Philipina < Vietnam < Indonesia < Thailand < Singapura < Malaysia < Korea Selatan Sumber: Scimago, 2016 Sumber: WIPO, 2015

Number of publications indexed by Scopus in TOP 10 (per 12/05/2016) No Institution Documents 1 ITB 5633 2 UI 4545 3 UGM 2910 4 IPB 2122 5 LIPI 1638 6 ITS 7 UB 1161 8 CIFOR 1036 9 UNDIP 1012 10 UNPAD 985

SUMBER DAYA IPTEK NASIONAL (Korelasi SDM Peneliti terhadap Kekuatan Ekonomi) 8.000 peneliti/sejuta penduduk 7.000 peneliti/sejuta penduduk 2.590 peneliti/sejuta penduduk 1.071 peneliti/sejuta penduduk 765 peneliti/sejuta penduduk Ekonomi << SDM Iptek << Jumlah Peneliti

SUMBER DAYA IPTEK NASIONAL (Korelasi GERD/PDB terhadap Kekuatan Ekonomi) 4.1% GERD/PDB 2.0% GERD/PDB 1.1% GERD/PDB < 1% GERD/PDB 0,39% GERD/PDB Ekonomi << Sumber Daya Iptek << GERD

Pemetaan Kinerja PT berbasis Kinerja Penelitian Komponen Evaluasi Sumberdaya Penelitian (30%) Manajemen Penelitian (15%) Output Penelitian (50%) Revenue Generating (5%)

Clusters of Universities based on research performances

KONDISI R&D DI INDONESIA Sumber: OECD Medium-High Tech menurun Low Tech meningkat

BANTUAN TATA KELOLA JURNAL ELEKTRONIK SOLUSI/INTERVERENSI TUJUAN INTERVERENSI Workshop Pengembangan Jurnal Elektronik & Pengelolaannya Meningkatkan kemampuan tata kelola jurnal elektronik Pengembangan Indonesian Citation Index (ICI) Meningkatkan mutu dan jumlah jurnal terakreditasi/terindeks internasional Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Meningkatkan kemampuan dosen mempublikasi di jurnal nasional dan internasional Hibah Internasionalisasi Jurnal Meningkatkan jumlah jurnal terindeks internasional Hibah Jurnal Terindeks (Scopus, Thomson, DOAJ ) Meningkatkan jumlah jurnal terindeks internasional Workshop Internasionalisasi Jurnal Penyusunan Instrumen Akreditasi Jurnal Elektronik Meningkatkan mutu dan jumlah jurnal terakreditasi Insentif untuk publikasi internasional Meningkatkan jumlah publikasi dosen di jurnal internasional Langganan E-Journals Meningkatkan kualitas riset dan publikasi dosen

(Bidang prioritas & isu strategis)

Kemana harus mencari?

Bidang Unggulan dan Program Studi PT NO 23 TEMA KEUNGGULAN PROGRAM STUDI 1 Pengentasan Kemiskinan Teknik Elektro 24 Kedokteran Gigi 47 Sosiologi 2 Perub. Iklim dan Keanekaragaman Hayati Teknik Fisika 25 Kedok. Hewan 48 Sejarah 3 Energi Baru dan Terbarukan Teknik Geodesi 26 Farmasi 49 Arkelologi 4 Ketahanan dan Keamanan Pangan Teknik Geologi 27 Keperawatan 50 Antropologi 5 Kesehatan, Penyakit Tropis, Gizi & Obat2an Teknik Industri 28 Pertanian 51 Psikologi 6 Pengelolaan dan Mitigasi Bencana Teknik Kimia 29 Kehutanan 52 Hubungan Internasional 7 Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial Teknik Mesin 30 Perikanan 53 Ilmu Komunikasi 8 Otonami Daerah dan Desentralisasi Teknik Nuklir 31 Peternakan 54 Ilmu Pemerintahan 9 Seni dan Budaya/Industri Kreatif Teknik Sipil 32 Ilmu Ekonomi 55 Fisafat 10 Infrastruktur Teknik Perminyakan 33 Akuntansi 56 Ilmu Hukum 11 Transportasi Teknik Pertambangan 34 Manajemen 57 Hukum Islam 12 Pertahanan dan Keamanan Teknik Lingkungan 35 Ekonomi Islam 58 Pendidikan MIPA 13 Teknologi Informasi dan Komunikasi Tek. Informatika/Komp. 36 Sastra Arab 59 Pendidikan Teknik 14 Material Maju Teknik Kelautan 37 Sastra Indonesia 60 Pend. Bahasa & Sastra 15 Maritim Arsitektur 38 Sastra Inggris 61 Pendidikan Olah Raga 16 Pemb. Manusia dan Daya Saing Bangsa Fisika 39 Sastra Jawa 62 Pendidikan IPS 17 MIPA Geofisika 40 Sastra Jepang 63 Pend. Ekon. dan Bisnis 18 Ilmu Tanaman Kimia 41 Sastra Prancis 64 Pendidikan Seni 19 Ilmu Hewani Biologi 42 Sastra Jerman 65 Pendidikan Agama 20 Ilmu Teknik Matematika 43 Sastra Cina 66 Perpustakaan 21 Ilmu Bahasa Statistika 44 Sastra Rusia 22 Geografi 45 Sastra Korea 23 Ilmu Pendidikan Kedoteran Umum 46 Pariwisata

PARAMETER PEMETAAN RISET PT 1 4 2 3 5 7 8 6 BUKU AJAR/TEKS Data 2015, Sumber: www.simlitabmas.dikti.go.id per 31 Januari 2016 dan www.sciencedirect.com

KEUNGGULAN RISET NASIONAL BERDASAR TOTAL 8 PARAMETER

KONDISI ENERGI DI INDONESIA 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 Tahun kWh per tahun Konsumsi Energi Listrik per Kapita Emisi Karbon NRE: New and Renewable Energy Bio Fuel: 5% Biomass, Nuclear, Hydro/Solar/Wind: 5% Geothermal: 5% Liquefaction Coal: 2% 2006 Oil 25% Gas 22% NRE 23% Coal 30% 2025 PP No. 79 Th. 2014 AKAR MASALAH BIDANG ENERGI: Regulasi yang kurang mendukung dan kurang memihak Koordinasi pengembangan IPTEK di bidang energi (Akademisi, ESDM, DEN, DRN, RISTEK) belum optimal Terlambatnya pengembangan teknologi pada sumur tua Pengaruh inovasi IPTEK terhadap pertumbuhan industri energi nasional masih kurang optimal Peran renewable energi dalam bauran energi nasional masih kurang Ketergantungan terhadap impor teknologi energi masih sangat tinggi

KOMODITAS STRATEGIS

PENDEKATAN PENGUATAN INFRASTRUKTUR MARITIM P.T.

RENCANA INDUK RISET NASIONAL Jakstranas Landasan penyelarasan kegiatan riset bagi kalangan peneliti, perekayasa, akademisi, dunia usaha dan pemerintah Agenda Riset Nasional 2015 – 2019 Jakstranas 2015 - 2019 Kementerian Ristekdikti RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040

saing dan berdaulat berbasis riset” VISI & MISI RIRN 2015-2040 VISI “Indonesia 2040 berdaya saing dan berdaulat berbasis riset” MISI Menciptakan masyarakat Indonesia yang inovatif berbasis iptek. Menciptakan keunggulan komparatif bangsa secara global berbasis riset. TUJUAN: Meningkatkan kapasitas dan kompetensi riset Indonesia di ranah global. Meningkatkan literasi iptek masyarakat. “Indonesia 2040 Berdaya Saing” Riset menjadi motor utama untuk menghasilkan invensi dan inovasi yang berujung pada peningkatan daya saing bangsa. SASARAN: Meningkatkan kontribusi riset terhadap ekonomi nasional secara signifikan. Meningkatkan kontribusi aktif pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun swasta dalam kegiatan riset. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM terkait riset yang mampu berkompetisi secara global. “Berdaulat berbasis riset” RIRN menjadi titik awal pembentukan Indonesia yang mandiri secara sosial ekonomi melalui penguasaan dan keunggulan komparatif iptek yang tinggi secara global.

Skenario pergeseran fokus pembangunan teknologi SKENARIO SHIFTING Skenario pergeseran fokus pembangunan teknologi

Bidang Fokus Rencana Induk Riset Nasional 2015-2040 Sesuai amanat RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015, serta dengan memerhatikan isu aktual, RIRN 2015-2040 difokuskan pada 10 bidang* berikut: Ketahanan Pangan Penciptaan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan Pengembangan Teknologi Kesehatan dan Obat Pengembangan Teknologi dan Manajemen Transportasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pengembangan Teknologi Pertahanan dan Keamanan Material Maju Kemaritiman Manajemen Penanggulangan Bencana Sosial Humaniora – Seni Budaya – Pendidikan Masing-masing bidang berisi 3-4 tema riset unggulan. Bidang Fokus Rencana Induk Riset Nasional 2015-2040 *Nomenklatur bidang berdasarkan Draft Dokumen RIRN versi 2016/04/04

Anggaran 2016 PENDIDIKAN LAYANAN UMUM 9 Taman Sains 900 Karyasiswa Rp0,97Triliun Rp39,66Triliun PENDIDIKAN LAYANAN UMUM Beasiswa mhs Rp 3,7 Triliun (352.000 mhs) BOPTN Rp4,5 Triliun (118 PTN) Beasiswa dosen Rp 0,9 Triliun (11.930 dosen) Sarpras PT Rp 1,8 Triliun (36 PT) PNBP Rp 10,1 Triliun Gaji dan Tunjangan Dosen/Guru Besar/Pegawai Rp 14,7 Triliun PHLN Rp 2,1 Triliun Prioritas K/L Rp 1,8 Triliun 9 Taman Sains 900 Karyasiswa 15 Prototipe Laik Industri 20 Sentra HaKI 35 Produk Inovasi 235 Paket Hasil Penelitian PAGU APBN 2016 Rp40,63 Triliun Apakah ini ada hasil surveynya?

SEBARAN PENERIMA PENUGASAN BOPTN PENELITIAN (dalam juta rupiah) SKEMA JUDUL JUMLAH DANA Biomedik 3 2,250,000,000 Ipteks 109 15,413,200,000 PKLN 219 35,841,900,000 MP3EI 292 44,779,300,000 PMDSU 56 3,351,500,000 PDD 696 29,459,400,000 PDP 3,444 39,950,400,000 PF 1,059 59,137,200,000 PHB 4,857 245,802,100,000 PEKERTI 216 17,141,400,000 HIKOM 415 47,610,300,000 STRANAS 367 30,888,800,000 PPS 186 19,674,750,000 PUPT 3,338 386,878,600,000 PUSNAS 40 26,737,500,000 RAPID 32 10,219,100,000 Grand Total 15,329 1,015,135,450,000   INSTITUSI JUDUL DANA PTN 106 9,212 785,378,150,000 PTS 761 6,117 229,757,300,000 Total 867 15329 1,015,135,450,000

SKEMA INSENTIF RISET SINAS TAHUN 2016 1. INSENTIF RISET DASAR (RD) RD adalah penelitian teoritis dan atau eksperimental guna memahami masalah dan mendapatkan pengetahuan baru tentang prinsip-prinsip dasar dari fenomena atau fakta yang teramati. RD dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan penguasaan iptek (state of the art) dan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang berkualitas (breakthrough, nobel prize). 2. INSENTIF RISET TERAPAN (RT) RT adalah riset yang mengintegrasikan teknologi secara sistematis dari hasil-hasil riset dasar. RT ditujukan untuk menghasilkan teknologi dan meningkatkan kemampuan pengintegrasian teknologi, khususnya dalam mengaplikasikan hasil-hasil riset dasar menjadi proven technology.

PROPOSAL YANG DIDANAI 2016 (PER BIDANG) No Bidang Prioritas SKEMA TOTAL RD RT 1 Energi 5 35 40 2 TIK 22 24 3 Kesehatan dan Obat 18 58 4 Material Maju 6 20 26 Pangan 15 87 102 Hankam 19 7 Transportasi 13 14 48 235 283

Temuan BPK Ada 21 Temuan BPK terhadap DRPM 2015 dengan nilai temuan 530 M Management Fee/Institutional fee Diskoneksitas data PDPT dg SIMLITABMAS Pengembalian dana riset Pembayaran Pajak Unggah laporan dan kemajuan Update status peneliti: Meninggal, pensiunan, habis masa NIDN, sekolah Honorarium peneliti

Terima Kasih atas perhatiannya MINISTRY OF RESEARCH, TECHNOLOGY AND HIGHER EDUCATION 33