POTRET PENDIDIKAN SAAT INI DALAM MEMENUHI KOMITMEN GLOBAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Efadoc20091 Komitmen Internasional untuk EFA Negara-negara PBB berkomitmen untuk Education for All (EFA) di Jomtien (1991) dan Dakar (2000) berisikan enam.
Advertisements

Pada bulan September tahun 2000, perwakilan-perwakilan dari 189 negara menandantangani Millennium Declaration, yang mengandung 8 butir capaian. Delapan.
ARAH DAN STRATEGI PENDIDIKAN VERSI PNPM-MP 2010.
Tujuan Lokakarya Untuk berbagi hasil konsultasi pasca 2015 Berbagi pengalaman dan kisah sukses mengenai kontribusi kerelawanan untuk memperkuat pembangunan.
Strategi pemerataan prinsip keadilan sosial di Indonesia
UI TERLALU BESAR UNTUK TIDAK PEDULI
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) ACEH
Sertifikasi Dosen dalam Perspektif Penjaminan Mutu Oleh SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSIRAS PENDIDIKAN INDONESIA.
Masalah dan Isyu Sentral dalam Pembangunan
MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Millenium Development Goals
Agenda Penanggulangan HIV Post-2015 pada era BPJS/UHC
MDG’s (Millenium Development Goals)
Produksi dan Pertumbuhan
MENDORONG KEBIJAKAN LAYANAN LAYANAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI YANG BERPIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN *dr. Delis J Hehi, MARS (*Anggota DPD RI )
MEMBANGUN DATA PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERPIHAK KEPADA MASYARAKAT MISKIN MELALUI FORUM DATA INDIKATOR MDGs KABUPATEN GRESIK PAPARAN KEPALA BAPPEDA.
Pengantar Diskusi Komisi I PAUD dan DIKMAS
PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : Dr. Zulkifli Rangkuti
Jasa Keuangan Untuk Semua
PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU
Pertemuan X PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
TUJUAN DAN EKSES PEMBANGUNAN EKONOMI
FILOSOFI PENDIDIKAN KEAKSARAAN
Dr. Anton A Lailossa Bappeda Provinsi Maluku
Pendidikan nonformal Nindhita Pangestika
Strategi Pembangunan Asia
Populasi Penduduk Dunia
KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN LITERASI
HASIL SIDANG KOMISI VIII RENSTRA DEPDIKNAS
Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal
PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN PROGRAM KULIAH KERJA
JERMAN.
PROGRAM KELUARGA HARAPAN MEMPERCEPAT PENANGGULANGAN KELUARGA MISKIN
ACARA REMBUG NASIONAL PENDIDIKAN
PARADIGMA BARU KEAKSARAAN
Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial
HASIL KEGIATAN PEMBERANTASAN KUSTA DI KABUPATEN MALANG
Eka Nurcahyani European Journal of Clinical Nutrition (2004)
GIZI BURUK.
HAK PENDIDIKAN ANAK BERDASARKAN HAM
Kualitas penduduk Oleh: Muhamad Hanif.
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
PERSPEKTIF GENDER Oleh: Iwan Setiawan.
Arahan Deputi Pelatihan dan Pengembangan pada kegiatan
Human Capital: Education and Health in Economic Development
SOCIAL WELFARE POLICY kebijakan kesejahteraan sosial
PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: DR. Mochamad Ridwan.
KOMUNITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK PEREMPUAN (KomPEP - FE Unpas) FE - Universitas Pasundan (The Community of Economic Empowerment for Women)
PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Rina Herartri
MANAJEMEN KOTA I Oleh: Al ‘ Aswad, ST, MT.
PERSPEKTIF GENDER Oleh: Iwan Setiawan.
Optimalisasi Demographic Dividend
PEMANFAATAN DATA SURVEI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Paradigma Pembangunan Gender.
ICPD dan MDGS Indikator dan Pencapaian di Indonesia
SafeMOTHERHOOD & MAKING PREGNANCY SAFER
PERMASALAHAN PENDIDIKAN INDONESIA
POLICIES ON TEACHER EDUCATION
DIGITAL DIVIDE.
Hubungan Ekonomi, Kesehatan, & Pembangunan
Materi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 30 Mei 2017 RAPAT KABINET TERBATAS 1. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN APBNP Tahun 2017.
PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL
PERMASALAHAN PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DITJEN BELMAWA-KEMENTERIAN RISTEKDIKTI
Extension in the context of rural development
Penguatan Kapasitas Kecamatan untuk Meningkatkan Pelayanan Dasar
Kebijakan dan Program Penyediaan Air Minum Terkait dengan Hak Atas Air di Indonesia Oswar Mungkasa Bappenas/Pokja AMPL.
Sustainable Development Goals (SDGs)
Visi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA:
Wednesday/ September,  There are lots of problems with trade ◦ There may be some ways that some governments can make things better by intervening.
Transcript presentasi:

POTRET PENDIDIKAN SAAT INI DALAM MEMENUHI KOMITMEN GLOBAL M. Aman Wirakartakusumah Rembuk Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional 23 Februari 2009

Apakah itu komitmen Global? Adalah janji dan tekad bersama Pimpinan Dunia di bawah Payung Organisasi2 PBB Pendidikan Untuk Semua (EFA), Tujuan Dakkar 2000 1. Memperluas kesempatan pendidikan untuk anak usia dini 2. Menyediakan Pendidikan Dasar untuk Semua secara bebas dan sebagai kewajiban 3. Promosi Pembelajaran dan Ketrampilan Hidup bagi untuk orang muda dan Dewasa 4. Meningkatkan melek aksara bagi orang Dewasa sebesar 50% 5. Meningkatkan kesamaan gender 2005 dan kesetaraan gender 2015 6. Meningkatkan mutu pendidikan

Apakah itu komitmen Global? (lanjutan) Millenium Development Goals (MDGs) 1. Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai Pendidikan Dasar Universal 3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan Kematian anak 5. Memperbaiki Kesehatan Ibu Hamil/Menyusui 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit lainnya 7. Menjamin Keberlanjutan LIngkungan 8. Membentuk Kemitraan Global untuk Pembangunan MDGs dan EFA Ada 2 MDGs yang terkait langsung dengan EFA yaitu tujuan no 2 & 3

Apakah itu komitmen Global? (lanjutan) UN Decades Ada 4 dekade PBB terkait dengan Pendidikan 2005-2014 UN Decade of Education for Sustainable Development 2003-2013 UN Literacy Decade 2001-2010 International Decade for a Culture of Peace and Non Violence for the Children of the World 1995-2004 UN Decade for Human Rights Education

Apa itu komitmen Indonesia? Aktif dalam Organisasi PBB Khusus untuk pendidikan di UNESCO Terlibat dalam Implementasi program, monitoring dan evaluasi EFA, anggota Negara E9, Peserta Aktif HLG, anggota Panel Penasehat Dirjen UNESCO untuk EFA, Anggota XB Meratifikasi Konvensi UNESCO terkait pendidikan: Konvensi Anti Diskriminasi dalam Pendidikan, Anti Doping dalam Olahraga,Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Rekognisi Studi, Diploma dan Gelar di Pendidikan Tinggi di Asia Pasifik Terkait dengan MDGs, kerja sama antar Organisasi2 di bawah PBB seperti : UNDP, UNESCP, UNICEF, WB Terkait dengan UN Decades mengadakan program dan event secara nasional

Potret Pendidikan di level Global Hasil Global Monitoring Report/GMR-2009 (berbasis data 2006) Ada Kemajuan pesat menuju tercapainya beberapa tujuan EFA, tetapi beberapa target kunci tidak akan tercapai pada 2015 Pemerintah2 belum berhasil menangani ketidaksamaan berdasarkan pendekatan reformasi yang sekarang dilaksanakan Bantuan untuk pendidikan mandeg, donor tidak memenuhi komitmennya Pencapaian 6 Target EFA

Pencapaian EFA PAUD terabaikan ~ malnutrisi, pertumbuhan ekonomi rendah, angka kematian bayi lambat menurunnya, bagi masyarakat miskin dan etnis di negara majupun menghadapi kemunduran dalam program PAUD Pendidikan Dasar Universal (UPE) ~ Pencapaian NER steady tetapi tidak merata sehingga target 2015 tidak dalam jalur Ketidaksamaan di tingkat global, regional dan nasional menjadi penghambat tercapainya UPE, Anak miskin semakin meningkat dalam kelompok putus sekolah ~ >40 % Ketidaksamaan dalam hal kekayaan, gender, lokasi (kota vs desa), minoritas, bahasa, disability

Dakar Framework 2000 Figure 2.31: Changes in gender disparities in primary gross enrolment ratios between 1999 and 2006 Indonesia 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1999 2006 (increase since 1999) 2006 (decrease since 1999) stable

Pencapaian EFA (lanjutan) Kemajuan pengurangan buta aksara untuk orang dewasa sedikit, masih 776 juta buta aksara, 2/3 perempuan (2006) ~ 16 % penduduk dunia usia dewasa Disparitas gender masih besar, hanya 59 negara dari 176 yang mencapai kesamaan untuk pendidikan dasar dan menengah, di Amerika Latin malah laki2 lebih sedikit dari perempuan Mutu Pendidikan ~ Pemilahan Pembelajaran antara negara berkembang dan maju, Penguasaan Sains dengan skor terendah di negara berkembang (PISA, The Program for International Student Asssessment), perbedaan antara kaya dan miskin

Pencapaian EFA (lanjutan) Kekurangan Guru di sub Sahara, Asia Timur, Barat dan Selatan (lebih dari 11 juta) Ratio murid/guru di tingkat nasional menutupi disparitas antara kaya-miskin, kota-desa, guru tidak terlatih kebanyakan di desa dan daerah miskin Pengukuran EDI untuk Kemajuan secara Keseluruhan: Education Development Index (EDI) adalah Index komposit yang saat ini hanya melibatkan pengukuran 4 indikator yaitu NER untuk UPE, Melek Aksara untuk Dewasa, Kesamaan Gender (Gender specific EFA Index) dan Mutu Pendidikan Data dari 129 Negara (2006)

Calculating the EDI EDI = ¼ (total primary NER) + ¼ (adult literacy rate) + ¼ (GEI) + ¼ (survival rate to Grade 5) EDI = ¼ (0.984)+1/4(0.910)+1/4(0.963)+1/4(0.844) = 0.925

Table 1: The EFA Development Index (EDI) and its components, 2006 Ranking according to level of EDI Countries/Territories EDI Total primary NER1 Adult literacy rate Gender-specific EFA index (GEI) Survival rate to grade 5 High EDI 1 Kazakhstan 0.995 0.990 0.996 0.993 1.000 2 Japan3 0.994 0.998 0.992 3 Germany2 0.989 22 Cuba 0.981 0.970 0.986 0.972 45 Malaysia 0.965 0.999 0.915 0.952 53 Mexico 0.956 0.917 0.969 0.944 55 Mongolia 0.974 0.954 0.909 Medium EDI 71 Indonesia 0.925 0.984 0.910 0.963 0.844 80 Brazil 0.901 0.896 0.948 0.805 86 Philippines 0.888 0.920 0.933 0.960 0.740 Low EDI 102 India 0.794 0.961 0.652 0.834 0.730 113 Nigeria 0.725 0.650 0.710 0.815 0.726 129 Chad 0.408 0.604 0.257 0.440 0.332

Table 2: Countries ranked according to value of EDI and components, 2006 Countries / Territories EDI Total Primary NER1 Adult literacy rate Gender-specific EFA index (GEI) Survival rate to grade 5 Medium EDI Indonesia 71 30 70 65 89

Keterkaitan EFA dan MDGs EFA sebagai dasar bagi MDGs Agenda EFA lebih luas daripada agenda pendidikan dalam MDGs Pendidikan membantu membuka kemajuan dalam MDGs misalnya untuk menurunkan kemiskinan ekstrim, menurunkan akan kematian Ibu dan anak, menangani masalah malnutrisi, memperkuat demokrasi dan kemitraan

Keterkaitan EFA dan MDGs (lanjutan) Ketidaksamaan pendidikan pada tingkat global dan nasional tetap ada Pemilahan global antara kaya dan miskin, Kesenjangan kekayaan dalam negara, anak2 keluarga kaya punya peluang 5X lebih besar daripada anak2 miskin Pemilahan mutu dimana banyak anak2 yang sekolah tapi tidak menguasai keterampilan dasar untuk membaca dan menghitung

EFA & the MDGs The global divide: between the world’s richest and poorest nations OECD countries: By age 7, almost all children are in school At 17 yrs, 70% are in secondary school Sub-Saharan Africa: At age 7, only about 40% are in school At 17 yrs, 30% are in secondary….but 20% still in primary Primary Secondary Post-secondary age 24 OECD countries Sub-Saharan Africa age 23 age 22 age 21 age 20 age 19 age 18 age 17 age 16 age 15 age 14 age 13 age 12 age 11 age 10 age 9 age 8 age 7 age 6 100% 80% 60% 40% 20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Proportion enrolled by age and level of education

EFA & the MDGs The wealth gap: Grade attainment The wealth gap: 100 OECD countries (Finland) Latin America and Caribbean, average LAC, Richest 20% South and West Asia, average SWA, Richest 20% 80 Children in the poorest 20% of households more likely to drop out that those in the richest 20% Sub-Saharan Africa, average SSA, Richest 20% Survival to grade (%) 60 LAC, Poorest 20% 40 SSA, Poorest 20% SWA, Poorest 20% Grade attainment by wealth quintile in sub-Saharan Africa, South and West Asia and Latin America and the Caribbean 20 Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 Grade 5 Grade 6 Grade 7 Grade 8 Grade 9

Monitoring EFA Education quality – the learning divide Low average level of learning in many developing countries relative to developed countries PISA assessments place over 60% of children in Brazil and Indonesia scoring in the lowest score quintile Absolute learning levels in many countries are very low Global learning divide mirrored by social-economic divide within countries 100 High achievement 80 60 40 Share of students (%) 20 20 40 60 Low achievement 80 100 Brazil Chile Japan Mexico France Finland Thailand Indonesia Argentina Kyrgyzstan United Kingdom At or above level 5 Levels 2 to 4 At or below level 1

Monitoring EFA Education quality – the learning divide Measures overall progress in four EFA goals (data for 129 countries in 2006) 56 countries Archived or close EFA by 2015 44 countries midway 29 countries furthest

Monitoring EFA Tracking country progress: changes in net enrolment ratios and survival rates for a selection of countries over a 6-year period 1999/2000 2005/2006 100 Malawi Madagascar Indonesia U. R. Tanzania Guatemala Philippines Philippines Indonesia Nicaragua Cambodia Zambia 90 Malawi High Enrolment Low Survival Iraq High Enrolment High Survival Iraq Cambodia Mauritania Guatemala Nepal Bhutan 80 Mozambique Nicaragua Burundi Ethiopia Net enrolment ratios (%) 70 Zambia Nepal Mauritania Madagascar 60 Out of school populations are a reflection of enroment and survival rates. The box at the top-right hand corner represents the optimal position: come countires have made progress, others are moving in the wrong direction. Bhutan U. R. Tanzania Mozambique 50 Burkina Faso Eritrea Low Enrolment Low Survival Low Enrolment High Survival Burundi 40 Ethiopia Burkina Faso Eritrea 30 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Survival rates to last grade (%)

Monitoring EFA Inequalities based on wealth in primary attainment Net attendance rate and primary attainment among the poorest and the richest 20% Average Poorest 20% Richest 20% Indonesia 100 Madagascar Haiti Nicaragua Rwanda Malawi Indonesia Bangladesh Nigeria 90 Rwanda Mozambique Benin Bangladesh India Madagascar Niger Haiti Indonesia Nicaragua Ethiopia Rwanda Malawi India Ghana 80 Bangladesh Burkina Faso Malawi Nigeria 70 Richest 20% Benin Poorest 20% Mozambique India Ghana 60 Madagascar Haiti Net attendance rate in primary education (%) Nicaragua 50 Niger Mozambique Ethiopia Benin Nigeria 40 Burkina Faso Ghana 30 Niger Ethiopia 20 Burkina Faso 10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Primary education completion for age group 17-22 (%)

= about 5 million adult illiterates Latin America/Caribbean Monitoring EFA Little progress in reducing numbers of illiterate adults Still 776 illiterate adults in 2006, two-thirds are women. This represents 16% of the global adult population Projected number of adult illiterates (age 15+), by gender and region, 2015 Projections for 2015 – at least 700 million illiterate adults Literacy gap –Adult literacy rates can vary up to 40 percentage points between the richest and poorest households within a given country. or = about 5 million adult illiterates Women Men South and West Asia Sub-Saharan Africa East Asia/Pacific Arab States Latin America/Caribbean

Pencapaian EFA di level Nasional (2006) PAUD 47% NER SD 95%, SLTP 66.5% Dengan Paket A, B, C, Percepatan Transisi SD ke SLTP 92%, SLTP ke SLTA 81% Melek Aksara 92%, perempuan buta aksara dari 20%11% Persamaan Gender GPI 99% Mutu Pendidikan nilai UN

TARGET ECCE Over the period of 2000-2006, there has been a significant increase to 47%. 2009 target is 60% and 75% by 2015

TARGET TARGET 2000-2006 NER has increased from 93% to 95% for primary education 2009 target is 98%, and 100% by 2015 in line with EFA 2000-2006 NER has increased from 58% to 66.5% for junior secondary education 2009 target is 75.5%, and 100% by 2015 in line with EFA

Primary to junior secondary transition rates have increased from 82% to 92%, while junior secondary to senior secondary transition rates have increased from 47% to 81% over the period of 2000-2006.

TARGET Adult literacy rates have increased from 85% in 2000 to 92% in 2006. The proportion of female illiterates has been halved from around 20% to 11%, compared to a reduction from 10% to 5% for males.

1,0 0,9 TARGET 0,8 0,7 Progress towards gender equity in higher education access is shown by increase in GPI from 0.76 to 0.99. Examinations, resulting in greater female competitiveness in gaining

TARGET TARGET Overall student performance has improved significantly in both junior and senior secondary schools

Reformasi Pengaturan Pendidikan Pengaturan Pendidikan: proses formal dan informal dimana kebijakan dibuat, prioritas diidentifikasi, sumberdaya dialokasikan, reformasi dilaksanakan dan di monitor Pengaturan yang baik akan mewujudkan: transparansi, akuntabilitas, kesempatan yang sama untuk semua WN, mendorong partisipasi dan pendapat dari WN Agenda reformasi dalam pengaturan: desentralisasi, pendelegasian wewenang ke Sekolah dan Orang Tua, mengembangkan pilihan dan kompetisi, pengangkatan dan sistem insentif finansial yang feksibel untuk guru

Reformasi Pengaturan Pendidikan (lanjutan) Pelajaran: Desentralisasi pendanaan akan disertai dengan adanya ancaman equity, pemerintah harus memainkan peran kuat dalam memberikan level untuk playing field Pengalihan kesekolah bisa mengundang ketidak samaan dan membebani kontribusi lokal Pilihan dan kompetisi bukan panacea bagi kegagalan negara dan bukan resep untuk persamaan Kenali keterbatasan untuk mengkontrak guru dan kemampuan untuk membayar Strategi pengurangan kemiskinan tidak akan jalan tanpa mengintegrasikan pendidikan

Peran Pendidikan Tinggi EFA tidak akan bisa tercapai bila tidak melibatkan Pendidikan Tinggi, Pendidikan Tinggi menjadi salah satu faktor kunci Mutu pendidikan dalam EFA dengan tingkat sains, kebudayaan, bahasa, ketrampilan komunikasi yang tinggi hanya bisa dilaksanakan bila disupport oleh PendidikanTinggi yang baik Tenaga pendidik yang terlatih dan bermutu baik sebagai hasil pendidikan tinggi yang baik, Program Capacity building bagi tenaga pendidik merupakan produk dari Pendidikan Tinggi Upaya monitoring, evaluasi, survei dan analisis pencapaian EFA serta formulasi kebijakannya perlu dukungan kemampuan riset dari Pendidikan Tinggi Peran Pendidikan Tinggi dalam pencapaian EFA dan MDGs dengan melibatkan baik dosen maupun mahasiswa yang diterjunkan di masyarakat menjadi salah satu kunci kebehasilan Keberhasilan EFA dan MDGs merupakan cermin suksesnya pembangunan Pendidikan Tinggi

Langkah Kedepan Percepatan pencapaian EFA, pelaksanaan Wajib Belajar 9 tahun dengan dukungan pendanaan yang memadai Peningkatan Mutu Pendidikan, merujuk standar internasional/benchmarking i.e. melalui PISA, akreditasi Pengisian materi Pendidikan berbasis Sains (Peran PT dan Litbang), budaya (multibudaya, toleran, Inklusif, bahasa asing/daerah) serta Teknologi Informasi, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan (wawasan lingkungan) Kerja sama Internasional, Kerja Sama Selatan Selatan Utara (Triangular) Pemberdayaan Masyarakat, kemitraan dengan sektor swasta dan LSM

Terima Kasih