Metode Penelitian Ilmiah Session 10 Teknik Pembuatan Skala Iman Muhammad, S.E., S.Kom, M.M., M.Kes
Objective Materi kuliah Hari ini : Buku yang dipergunakan : Teknik Pembuatan Skala Buku yang dipergunakan : Iman Muhammad, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah, Penerbit Citapustaka, Bandung Iman Muhammad, Pemanfaatan SPSS dalam Penelitian Sosial dan Kesehatan, Penerbit Citapustaka, Bandung
Teknik membuat skala Dalam membuat kuesioner, deskriptor yang menjadi pertanyaan dikembangkan dari variabel Tetapi pertanyaan-pertanyaan dan kolom- kolom isian belum tentu terisi semua, sehingga perlu direvisi Untuk memudahkan revisi pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen pengumpulan data, dibutuhkan teknik skala
Macam-macam teknik skala: Skala Likert Skala Guttmann Skala Bogardus Skala Thurstone Skala Semantic Skala Stipel Skala Paired-Comparison Skala rank-Order
Skala Likert Berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu Misalnya setuju-tidak setuju, senang- tidak senang
Langkah-langkah membuat skala Likert : Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas Berikan pernyataan diatas kepada responden Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka dari pernyataan, misalnya : Pernyataan Nilai sangat tidak senang 1 tidak senang 2 biasa saja 3 senang 4 sangat senang 5
Selanjutnya mencari pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian, dengan cara melihat : Pernyataan yang tidak diisi dengan lengkap oleh responden Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukkan korelasi yang substantial dengan nilai totalnya Pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner yang lebih baik
Skala Guttmann Jenis skala ini hanya mengukur satu dimensi dari satu variabel yang memiliki beberapa dimensi. Misalnya seorang peneliti ingin mengumpulkan data tentang kebutuhan mahasiswa, ditentukan 4 macam kebutuhan yaitu : Berteman Belajar Rekreasi istirahat
Misalkan salah satu dimensi dari keempat dimensi tadi akan dibagi menjadi 5 pernyataan dalam kuesioner. Skala Guttmann akan menggunakan kelima pernyataan tersebut sebagai item.
Misal dimensi Belajar dibagi menjadi 5 pernyataan (dari kebutuhan yang paling rendah dahulu) : Untuk mencari ilmu untuk melanjutkan pendidikan Untuk mendapatkan gelar Untuk mendapatkan ijazah Untuk syarat dalam mencari kerja
Hirarki kebutuhan Kebutuhan akan syarat mencari kerja Kebutuhan akan ijazah Kebutuhan akan gelar Kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan Kebutuhan akan ilmu
Dalam bentuk pertanyaan : Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mencari ilmu ? (Ya / Tidak) Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam melanjutkan pendidikan ? Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan gelar ? Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mendapatkan ijazah ? Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam memenuhi syarat mencari kerja ?
Berikut contoh hasil penilaian dari 10 responden. Dimana diatur dari kiri ke kanan, mulai dari pertanyaan yang paling banyak memiliki jawaban YA (positif) sampai yang paling sedikit.
Menguji Instrumen Menguji validitas kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dapat dilakukan dengan menganalisis item. Hal ini cukup penting karena akan menentukan tingkat ketepatan atau ketelitian kesimpulan penelitian. Pengujian instrumen : Menguji validitas instrumen Menguji reliabilitas instrumen
Menguji validitas instrumen Instrumen penelitian yang valid adalah kuesioner yang sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Bagaimana cara menguji validitas sejumlah kuesioner yang telah dibuat untuk mengukur suatu variabel ?
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur A valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalam kasus tersebut.
terdapat perbedaan pengelompokan jenis- jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity.
Validitas Rupa (Face validity). Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.
Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen- pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria.
Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu : 1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas 2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu 3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.
Perhitungan/pengujian Validitas Instrumen perhitungan statistik dapat dilakukan untuk perhitungan/pengujian validitas instrumen pengukuran. tujuannya untuk mengetahui konsistensi internal, dalam arti sampai sejauh mana item-item mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki sifat dari item pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item dalam instrumen mengukur aspek yang sama. Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total.
Dalam melakukan perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total dapat menggunakan rumus korelasi Product moment apabila nilai-nilai skala telah dilakukan konversi menjadi interval atau menggunakan rumus korelasi tata jenjang (Rank-Spearman).
Contoh menghitung validitas dengan Rumus Korelasi Product Momen Sebuah instrumen penelitian/pengukuran terdiri dari 10 item dan disebarkan pada 10 orang responden dengan hasil skor seperti dalam tabel
Dari tabel terlihat bahwa Responden berjumlah 10 orang (A,B,C,……,J) Jumlah item adalah 10 item/pertanyaan perhitungan korelasi dilakukan untuk tiap item dari item nomor 1 sampai item no 10, untuk contoh perhitungan akan diambil item no 2
X adalah item ke n (dalam contoh diambil item nomor 2) Y adalah total skor untuk masing-masing responden. Selanjutnya dibuat perhitungan
Untuk menghitung korelasi bisa dipakai rumus korelasi product moment N = jumlah responden/data pengamatan
Apabila angka-angka pada tabel dimasukkan ke dalam rumus:
Hasil perhitungan menggunakan Rumus Korelasi Product Momen untuk semua item
nilai r untuk item no 2 sebesar 0 nilai r untuk item no 2 sebesar 0.90 kemudian dibandingkan dengan tabel r pada baris ke N (10) sebesar 0.632 untuk taraf signifikansi 5%, karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel maka item no 2 adalah valid. Untuk item lainnya bandingkan nilai r untuk tiap- tiap item (Korelasi menunjukan nilai r untuk tiap- tiap item) dengan r tabel, hasilnya item no 1 dan nomor 7 tidak valid (r hitung lebih kecil dari r tabel) sedangkan item lainnya valid. Item-item yang valid saja yang dipergunakan dalam penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau diperbaiki
Menguji Reliabilitas Instrumen Merupakan derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dilakukan secara internal, dengan menganalisis konsistensi butir- butir yang ada Atau secara eksternal, dengan melakukan test-retest
suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama, menurut Elazar J. Pedhazur “reliability refers to the degree to which test score are free from errors of measurement”, kesalahan pengukuran akan berakibat pada hasil yang berbeda dalam mengukur sesuatu yang sama.
Konsistensi butir : Buat dua instrumen butir-butir pertanyaan atau pertanyaan ekivalen. Misalnya: “berapa tahun usia anda?” adalah sama saja dengan “Anda lahir tahun berapa?” Lakukan pengujian dua instrumen ini pada responden dan waktu yang sama, dan hanya sekali saja. Korelasikan data dari kedua instrumen tersebut. Bila korelasinya positif dan signifikan maka instrumen dinyatakan reliabel.
Terdapat beberapa pandangan/cara untuk menilai/menghitung reliabilitas suatu instrument: Teori pengujian klasik teori pengujian klasik mengacu pada The true-score model dari Spearman. Menurut model ini skor/nilai hasil observasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak, yang dalam bentuk simbul nampak sebagai berikut :
Test-retest (Repeated measure) Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari waktu ke waktu. Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali sesudah selang waktu tertentu. Sesudah diperoleh jawaban/respon responden untuk dua kali pelaksanaan kemudian nilai/skor dari hasil pengukuran yang pertama dikorelasikan dengan nilai/skor hasil pengukuran yang ke dua dengan menggunakan formula korelasi product momen atau korelasi tata jenjang sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh.
Misalkan sebuah instrumen pengukuran dibuat untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap akses internet di kampus kepada 10 responden mahasiswa dengan hasil sebagai mana terlihat dalam tabel berikut : Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali
Skor pengukuran pertama kemudian dikorelasikan dengan skor pengukuran kedua (cara perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas), Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar berarti instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel.
Dalam penggunaan cara ini seorang peneliti harus memperhatikan selang waktu antara pengukuran yang pertama dan yang kedua, Tidak ada patokan yang pasti, yang penting harus dihindari kemungkinan terjadinya bias akibat responden merasa diperlakukan tidak wajar jika terlalu pendek,atau terjadi perubahan jika terlalu lama, Djamaludin Ancok menyatakan bahwa selang waktu antara 15-30 hari pada umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut.
Metode paralel (Alternate Method) cara ini dilakukan dengan memberikan dua bentuk pengukuran yang identik (dalam arti sejajar) kepada responden yang sama secara serempak. Dua pengukuran identik bermakna bahwa dua instrumen pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengukur konstruk yang sama namun dengan item-item pertanyaan/pernyataan yang berbeda.
Sebagai contoh terdapat dua instrumen pengukuran motivasi yaitu instrumen A dan instrumen B, kedua instrumen tersebut dikenakan pada sepuluh responden dengan hasil sbb :
Skor pengukuran Instrumen A dikorelasikan dengan skor Instrumen B (cara perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas) koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar berarti instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel.
Pendekatan Konsistensi internal Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara untuk mengurangi kesulitan yang diakibatkan oleh dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran seperti dalam metode test-retest dan metode paralel. Dengan cara ini pengukuran hanya dilakukan satu kali (single-trial administration), sehingga dapat lebih efisien. konsistensi internal bermakna keajegan dari tiap item dengan item-item lainnya dalam suatu kerangka instrumen pengukuran. Terdapat beberapa cara untuk melakukan perhitungan reliabilitas antara lain Teknik belah dua (Split half method), Formula Rolon, KR20, KR21, dan Koefisien Alpha. Berikut ini akan dikemukakan contoh perhitungan reliabilitas.
Teknik Belah Dua (Split-half method) Metode atau teknik belah dua menggunakan formula Spearman-Brown, cara ini hanya dapat dikenakan pada instrumen pengukuran dengan jumlah item genap (pengelompokan dilakukan pada item-item yang valid
Langkah-langkahnya adalah : Kelompokan item-item menjadi dua kelompok didasarkan pada kelompok ganjil (nomor item ganjil) dan kelompok genap (nomor item genap), atau secara random. Jumlahkan skor pada setiap kelompok sehingga diperoleh skor total untuk tiap kelompok. Korelasikan skor total antar kelompok dengan formula korelasi Product moment atau tata jenjang. Masukan nilai koefisien korelasi tersebut ke dalam rumus Sperman-Brown untuk mencari koefisien reliabilitas
Rumus : Dimana : ri = koefisien reliabilitas; rb = koefisien korelasi antar kelompok
Contoh : Pada suatu perhitungan terhadap responden terdapat 10 item. 10 item tersebut dikelompokkan berdasarkan ganjil dan genap
Koefisien/angka reliabilitasnya adalah :
Menggunakan pendekatan : Selain dengan cara belah dua, prosedur pencarian nilai reliabilitas dapat dilakukan dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kelompok, sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap Menggunakan pendekatan : Formula K-R 21 (Kuder Richardson) Rumus Alpha (Cronbach)
Untuk lebih jelasnya mengenai Formula dan contoh-contoh dapat dilihat di file Doc (Ms Word) dengan nama file : pengukuran dan instrumen.doc File ini bisa dicopy di Lab A, atau download di alamat adiprtm.dikti.net