INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Peserta mengerti tahap-tahap pada ADC
Advertisements

KIMIA UNSUR-UNSUR TRANSISI
PERTEMUAN 3 Algoritma & Pemrograman
Penyelidikan Operasi 1. Konsep Optimisasi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Penyusunan Data Baseline dan Perhitungan Capaian Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT.
BALTHAZAR KREUTA, SE, M.SI
PENGEMBANGAN KARIR DOSEN Disarikan dari berbagai sumber oleh:
Identitas, persamaan dan pertidaksamaan trigonometri
ANGGOTA KELOMPOK WISNU WIDHU ( ) WILDAN ANUGERAH ( )
METODE PENDUGAAN ALTERNATIF
Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf’an, M.Kom
GERAK SUGIYO, SPd.M.Kom.
Uji Hipotesis Luthfina Ariyani.
SOSIALISASI PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) POLIO 2016
PENGEMBANGAN BUTIR SOAL
Uji mana yang terbaik?.
Analisis Regresi linear berganda
PEERSIAPAN DAN PENERAPAN ISO/IEC 17025:2005 OLEH: YAYAN SETIAWAN
E Penilaian Proses dan Hasil Belajar
b. Kematian (mortalitas)
Ilmu Komputasi BAGUS ADHI KUSUMA
Uji Hipotesis dengan SPSS
OVERVIEW PERUBAHAN PSAK EFFEKTIF 2015
Pengolahan Citra Berwarna
Teori Produksi & Teori Biaya Produksi
Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
PERSIAPAN UN MATEMATIKA
Kriptografi.
1 Bab Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Dosen: Atina Ahdika, S.Si., M.Si.
Anggaran biaya konversi
Junaidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Pemodelan dan Analisis
Bab 4 Multivibrator By : M. Ramdhani.
Analisis Regresi – (Lanjutan)
Perkembangan teknologi masa kini dalam kaitannya dengan logika fazi
DISTRIBUSI PELUANG KONTINU
FETAL PHASE Embryolgy II
Yusuf Enril Fathurrohman
3D Viewing & Projection.
Sampling Pekerjaan.
Gerbang Logika Dwi Indra Oktoviandy (A )
SUGIYO Fisika II UDINUS 2014
D10K-6C01 Pengolahan Citra PCD-04 Algoritma Pengolahan Citra 1
Perpajakan di Indonesia
Bab 2 Kinerja Perusahaan dan Analisis Laporan Keuangan
Penyusunan Anggaran Bahan Baku
MOMENTUM, IMPULS, HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Theory of Computation 3. Math Fundamental 2: Graph, String, Logic
Strategi Tata Letak.
Theory of Computation 2. Math Fundamental 1: Set, Sequence, Function
METODE PENELITIAN.
(Skewness dan kurtosis)
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dasar-dasar piranti photonik
Klasifikasi Dokumen Teks Berbahasa Indonesia
Mekflu_1 Rangkaian Pipa.
Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1
SEKSI NERACA WILAYAH DAN ANALISIS BPS KABUPATEN TEMANGGUNG
ASPEK KEPEGAWAIAN DALAM PENILAIAN ANGKA KREDIT
RANGKAIAN DIODA TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016
Ruang Euclides dan Ruang Vektor 1.
Bab Anuitas Aritmetrik dan Geometrik
Penyelidikan Operasi Pemrograman Dinamik Deterministik.
Kesetimbangan Fase dalam sistem sederhana (Aturan fase)
ANALISIS STRUKTUR MODAL
Transcript presentasi:

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 17 Maret 2016 Direktur Analisis dan Pengembangan Statistik – BPS RI Sentot Bangun Widoyono, MA Values: Profesional, Integritas, Amanah

OUTLINE PAPARAN Pendahuluan Komponen dan Metodologi IPM IPM 2014 dan Interpretasi Penutup

Pendahuluan

Indeks Pembangunan Manusia Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith) Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. IPM diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan “Human Development Report (HDR)”. IPM adalah indeks yang mengukur pembangunan manusia dari tiga aspek dasar, yaitu: A Long and Healthy Life (umur panjang dan hidup sehat) Knowledge (pengetahuan) A Decent Standard of Living (standard hidup layak) Mahbub ul Haq Amartya Sen

SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM → Human Development Report (HDR) 2010: UNDP menyempurnakan metode IPM (Metode Baru). 1990: DIMENSI/INDIKATOR: Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) Pendidikan: Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Standar Hidup: PDB per kapita AGREGASI INDEKS: Rata-rata Hitung 2010: DIMENSI/INDIKATOR: Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) Pendidikan: Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Standar Hidup: PNB per kapita AGREGASI INDEKS: Rata-rata Ukur/Geometrik

IPM METODE BARU DI INDONESIA Metode Lama IPM Metode Baru Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Melek Huruf (AMH) Rata-Rata Lama Sekolah (RLS 15 th +) Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-Rata Lama Sekolah (RLS 25 th +) 27 Komoditas PPP 96 Komoditas PPP Rata-Rata Hitung Rata-Rata Ukur/Geometrik 𝑰𝑷𝑴= 𝟏 𝟑 𝑰 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 + 𝑰 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 + 𝑰 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 x 100 𝑰𝑷𝑴= 𝟑 𝑰 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 × 𝑰 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 × 𝑰 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 x100

Komponen dan Metodologi Penghitungan IPM

Variabel dalam IPM Metode Baru Angka Harapan Hidup saat Lahir – AHH (Life Expectancy – e0) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil Proyeksi SP2010 (Sensus Penduduk 2010).

Rata-rata Lama Sekolah – RLS (Mean Years of Schooling – MYS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP.

Harapan Lama Sekolah – HLS (Expected Years of Schooling – EYS) Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren. Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (PPP:Purchasing Power Paity). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao. PNB tidak tersedia di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi

𝑃𝑃𝑃 𝑗 = 𝑖=1 𝑚 𝑝 𝑖𝑗 𝑝 𝑖𝑘 1 𝑚 Penghitungan Paritas Daya Beli Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam menghitung PPP. Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan pertimbangan: Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012 Makanan: 66 Komoditas (39,8 %) Nonmakanan: 30 Komoditas (36,9 %) 96 Komoditas (76,7 %) Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP) 𝑃𝑃𝑃 𝑗 = 𝑖=1 𝑚 𝑝 𝑖𝑗 𝑝 𝑖𝑘 1 𝑚 pij : harga komoditas i di kab/kota j pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan m : jumlah komoditas Sumber : Measuring The Real Size of The World Economy, The World Bank

Hasil IPM 2014 dan INTERPRETASINYA Slide 10

World “Top Movers” in HDI Improvement: 1970-2010 POSISI IPM INDONESIA World “Top Movers” in HDI Improvement: 1970-2010 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di ASEAN, 2013 Rank Improvement in HDI Nonincome HDI Income 1 Oman China 2 Nepal Botswana 3 Saudi Arabia South Korea 4 Indonesia Libya Hongkong, China 5 Algeria Malaysia 6 Lao PDR Tunisia 7 Iran Malta 8 Ethiopia Viet Nam 9 Mauritius 10 Morocco India Sumber: HDR 2014, UNDP IPM Indonesia 2013 sebesar 68,4; peringkat dunia 108/187, di ASEAN berada pada peringkat 5/10, dan masuk dalam kategori menengah. Periode 1970-2010 Indonesia termasuk dalam World’s Top Movers in HDI improvement.

Perkembangan IPM Indonesia Tren IPM Indonesia, 1996-2014 IPM Metode Baru Tahun 2014 IPM 68,90 Angka Harapan Hidup saat Lahir: 70,59 th Rata-rata Lama Sekolah: 7,73 th Harapan Lama Sekolah: 12,39 th Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan: Rp 9.903.000 Sumber: BPS, 1996-2014

Apa Saja Manfaat IPM ? Ukuran Keberhasilan Target Pembangunan IPM merupakan indikator penting untuk MENGUKUR KEBERHASILAN dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Ukuran Keberhasilan Dalam pembahasan asumsi makro di DPR-RI, IPM dijadikan salah satu indikator TARGET PEMBANGUNAN pemerintah. Target Pembangunan IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator dalam penentuan DANA ALOKASI UMUM (DAU). Dana Alokasi Umum

Mengukur Kecepatan IPM Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun. Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya. Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑃𝑀= 𝐼𝑃𝑀 𝑡 − 𝐼𝑃𝑀 𝑡−1 𝐼𝑃𝑀 𝑡−1 ×100 Keterangan: IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)

TREN PERTUMBUHAN IPM INDONESIA IPM Indonesia tumbuh di atas 0,8 % per tahun 0,87% 0,91% 0,90% IPM 0,84% 68,90 68,31 67,70 67,09 66,53 2010 2011 2012 2013 2014

Klasifikasi Pembangunan Manusia Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pencapaian pembangunan manusia. Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu: Capaian IPM Klasifikasi Sangat Tinggi IPM ≥ 80 Tinggi 70 ≤ IPM < 80 Sedang 60 ≤ IPM < 70 Rendah IPM < 60

STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI, 2014 Papua: 56,75 DKI Jakarta: 78,39 Sangat Tinggi (>80) Sedang (60-70) Belum ada provinsi yang masuk dalam kategori ini 27 Provinsi Kecuali Riau, Kep. Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, Kaltim, Papua Tinggi (70-80) Rendah (<60) 6 Provinsi: Riau, Kep. Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, Kaltim 1 Provinsi: Papua

STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA, 2014 Kab. Nduga: 25,38 Kota Yogyakarta: 83,78 Sangat Tinggi (>80) Sedang (60-70) 1,4% kab/kota Terdapat 7 kab/kota yang masuk kelompok “sangat tinggi” 64,4% kab/kota Terdapat 331 kab/kota yang masuk kelompok “sedang” Tinggi (70-80) Rendah (<60) 24,1% kab/kota Terdapat 124 kab/kota yang masuk kelompok “tinggi” 10,1% kab/kota Terdapat 52 kab/kota yang masuk kelompok “rendah”

Penutup Slide 10

KESIMPULAN Keberhasilan pembangunan manusia ditentukan oleh keberhasilan semua dimensi. Keberhasilan satu dimensi tidak dapat menutupi kekurangan dimensi lainnya. Perbaikan IPM harus mencermati data yang mempengaruhi masing-masing komponen tersebut, (contoh pada lampiran) melakukan dekomposisi IPM, atau menganalisis setiap aspek yg berpengaruh Indonesia berpeluang menjadi negara maju 2030.

Capaian pembangunan kesehatan dilihat dari derajad kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan keturunan.

TANTANGAN: Disparitas IPM antara Wilayah Barat dan Timur Masih Tinggi IPM Indonesia Menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kota Yogyakarta Kota Kendari 60 ≤ IPM < 70 70 ≤ IPM < 80 IPM > 80 Sangat Tinggi Tinggi Sedang 1,8% Barat 0,6% Timur 29,9% Barat 12,5% Timur IPM < 60 65,1% Barat 63,6% Timur 3,3% Barat 23,3% Timur Rendah IPM 83,78 IPM 81,30 Kep. Mentawai IPM 56,73 Kab. Nduga IPM 25,38 Keterangan: Wilayah Barat: Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan Wilayah Timur: Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua

TANTANGAN: Disparitas IPM dalam Provinsi Masih Tinggi Provinsi PAPUA sebagai contoh tantangan terberat Kab. Nduga Disparitas IPM antar kab/kota di Papua sangat tinggi IPM 25,38 Kota Jayapura IPM 77,86 IPM Papua Menurut Kabupaten/Kota, 2014

Terima Kasih www.bps.go.id Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 bpshq@bps.go.id (021) 3841195, 3842508, 3810291 Badan Pusat Statistik (Page) (021) 3857046 @bps_statistics