PEBI44405 PEMBAHARUAN Dalam PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh: Nurhasanah

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TUGAS ICT DIAJUKAN SENAGAI SALAH SATU TUGAS ILMU KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN Di Susun Oleh ELI HERLINA.
Advertisements

DESAIN KURIKULUM.
Peran Guru Dalam Membangun Budaya Sekolah
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING )
DADANG SUNDAWA JL. GEGERASIH
LESSON STUDY SEBAGAI PILIHAN SARANA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013
TELAAH KURIKULUM Fitria Yuniasih.
Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013
J Refleksi Pembelajaran dan Tindak Lanjutnya Melalui PTK
1.3a Pendekatan saintifik. 1.3a Pendekatan saintifik.
PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
C.1.3b PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM KURIKULUM 2013 Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 110 Universitas Pendidikan.
STRUKTUR KURIKULUM 2013 Pendekatan Saintifik.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING )
MODEL PEMBELAJARAN IPA
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
1. Mengenal karakteristik peserta didik
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
Pendekatan seni budaya
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Kontekstual
Konsep CBSA.
Penerapan model pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN MIKRO
LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan seni budaya
BIMBINGAN KONSELING Sy LULU ASSAGAF, S.Psi.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Making Higher Education Open to All
BIMBINGAN KONSELING.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Pendekatan seni budaya
PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM.
Problem Based Learning
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING )
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
Model problem based learning
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Pendekatan seni budaya
PERANAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
KONSEP PEMBELAJARAN BERMAKNA
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
‘.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Warahmatullahi Wabarakatuh
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1
MERANCANG DAN MENILAI PEMBELAJARAN ABAD KE 21 1 TUGAS MODUL 1 KEGIATAN BELAJAR 3 By KISWANTO.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
Transcript presentasi:

PEBI44405 PEMBAHARUAN Dalam PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh: Nurhasanah Presentasi 4 PEBI44405 PEMBAHARUAN Dalam PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh: Nurhasanah PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA DAN PEMBELAJARAN BERWAWASAN DEMOKRASI DAN HAM A. PENGERTIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan sebagai ekspresi dari komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam. Melalui pembelajaran berbasis budaya, siswa bukan sekedar meniru dan atau menerima saja informasi yang disampaikan tetapi siswa menciptakan makna, pemahaman, dan arti dari informasi yang diperolehnya. Transformasi menjadi kunci dari penciptaan makna dan pengembangan pengetahuan. Proses pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar menransfer atau menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang mata pelajaran yang dipelajarinya. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya (Goldberg, 2000).

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA Pembelajaran berbasis budaya yang berlandaskan pada konstruktivisme Berfokus pada penciptaan suasana belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan siswa dengan segala latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awalnya, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bebas bertanya, berbuat salah, bereksplorasi, dan membuat kesimpulan tentang beragam hal dalam kehidupan. Peran guru menjadi berubah, bukan sebagai satu-satunya pemberi informasi yang mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi menjadi perancang dan pemandu proses pembelajaran sebagai proses penciptaan makna oleh siswa, dan juga guru secara bersama. Guru diharapkan, bukan hanya berbicara kepada siswa, tetapi juga mendengarkan dan menghargai pendapat siswa. PERAN SISWA Ide dan pendapat siswa adalah jendela dari pola pikir mereka. Siswa bukan pasif hanya menerima pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan guru, Siswa merupakan subjek yang menciptakan makna, dan bahkan kontributor terhadap perkembangan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ilmu. Ide dan pendapat siswa adalah hasil penciptaan makna yang mereka lakukan dalam proses pembelajaran. Siswa diakui dan dihargai sebagai individu dengan latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awal yang unik, yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk belajar, dan untuk menjadi kreatif berdasarkan kaidah ilmiah dalam konteks komunitas budayanya.

Gallas (dalam Goldberg, 2000) menyatakan bahwa siswa “… show the power and range of their intellectual and creative pursuits are unbounded, when they are continuously offered opportunities to express their stories about the world through many avenues….” Adalah tantangan bagi guru untuk mampu merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menampilkan semua kreativitas dan kemampuannya secara optimal. Pembelajaran berbasis budaya menempatkan siswa pada posisi strategis dalam proses pembelajaran, dan guru sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran yang handal dan kreatif. Dalam pembelajaran berbasis budaya, “… by engaging in cultural activities, teachers and students open the door to creativity, curiosity, risk taking, discovery, and their dreams….” (Goldberg, 2002). Pembelajaran berbasis budaya yang berlandaskan pada konstruktivisme diharapkan dapat memulai proses perubahan dalam budaya pembelajaran, untuk making a difference terhadap proses pembelajaran pada umumnya, dan hasil belajar pada khususnya.

B. Model dan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Budaya Pembelajaran Berbasis Budaya merupakan pendekatan yang berbeda dari pembelajaran berbasis materi bidang studi (content based) Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berbasis budaya, yaitu substansi dan kompetensi bidang ilmu/bidang studi, kebermaknaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar, serta peran budaya. Ke empat komponen saling berinteraksi dan masing-masing memiliki implikasi untuk menjadi pembelajaran berbasis budaya yang efektif. hasil pembelajaran berbasis budaya mempersyaratkan adanya penciptaan makna oleh siswa atas substansi bidang studi dan konteksnya. Konteks dalam hal ini adalah komunitas budaya. Substansi meliputi: 1. content knowledge: konsep dan prinsip dalam bidang ilmu 2. inquiry and problem solving knowledge: pengetahuan tentang proses penemuan dan proses penyelesaian masalah dalam bidang studi 3. epistemic knowledge: pengetahuan tentang aturan main (rules of the game) yang berlaku dalam bidang studi

APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA Keunggulannya untuk membelajarkan siswa tentang bidang studi atau bidang ilmu bersamaan dengan pembelajaran tentang budaya dari komunitasnya Aplikasi pembelajaran berbasis budaya , tertuang dalam beberapa model antara lain: 1. Program SUAVE (Socios Unidos para Artes Via Education). Dalam program ini, guru merupakan perancang dan pelaksana pembelajaran dibantu oleh seniman 2. Etnomatematika: Kelompok tersebut mencoba mempelajari teori struktur aljabar yang ada pada pola tenun tradisional, pola musik, dan pola sistem persaudaraan dalam budaya 3. Pembelajaran Science, Environment, Technology and Society (SETS) Membelajarkan siswa untuk memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan empat unsur, yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

C. Pendidikan Yang Demokratis Demokrasi, dalam lingkup pendidikan, adalah pengakuan terhadap individu peserta didik, sesuai dengan harkat dan martabat peserta didik itu sendiri,karena demokrasi adalah alami dan manusiawi. Proses pendidikan harus mengakui dan menghargai kemampuan dan karakteristik individu peserta didik, tidak ada unsur paksaan atau mencetak siswa yang tidak sesuai dengan harkatnya. Demokrasi berarti perilaku saling menghargai, saling menghormati, toleransi terhadap pihak lain termasuk pengendalian diri dan tidak egois. Dalam proses pendidikan, semua pihak yang terkait menyadari akan alam atau atmosfir yang bernuansa saling menghargai tersebut, yaitu antara guru dengan guru, antara guru dengan siswa dan antara guru dengan pihak-pihak anggota masyarakat termasuk orang tua dan lain-lain. Semangat demokrasi seseorang harus tunduk kepada keputusan bersama atau kesepakatan bersama, tidak terjadi keharusan penerimaan atau unsur paksaan Demokrasi dan pendidikan, sesungguhnya, saling berkaitan satu sama lain dan mempunyai bubungan timbal balik. Pendidikan yang demokratis mempunyai ciri adanya suasana belajar yang berkemampuan optimal menumbuhkan potensi peserta didik untuk tujuan tertentu. Pendidikan yang demokrasi berfungsi menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada peserta didik.

1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat STRATEGI PEMBELAJARAN BERWAWASAN DEMOKRASI DAN HAM Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini pada dasarnya bertolak dari strategi inquiri learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning (belajar melalui penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah ). Yang dikemas dalam project ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah berikut: 1.  Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat 2.  Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas 3.  Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu 4.  Mengembangkan porto folio kelas 5.  Menyajikan porto folio 6.  Melakukan refleksi pengalaman belajar

D. Model dan Aplikasi Pembelajaran Berwawasan demokrasi dan HAM Model PKKBI di adaptasi dari model “We the People …Project Citizen” yang dikembangkan oleh Center for Civic Education Indonesia (CCEI) Model pembelajaran demokrasi dan HAM yang kini dikembangkan di sekolah-sekolah rintisan Ditjen Dikdasmen dan Center for Civic Education Indonesia (CCEI) di seluruh Indonesia adalah model “Praktik-Belajar Kewarganegaraan” profil pedagogis dari model tersebut yang di adaptasi dari Buku Panduan Guru untuk model tersebut yang diterbitkan oleh CCEI bekerjasama dengan Depdiknas (2002) Model pembelajaran yang “Praktik Belajar Kewarganegaraan ... Kami Bangsa Indonesia” (PKKBI) yang memiliki karakteristik substantif dan psikopedagogis sebagai berikut 1. Bergerak dalam konteks substantif dan sosial-kultural kebijakan publik 2. Menerapkan model portofolio-based learning atau model belajar yang berbasis pengalaman utuh peserta didik” dan portofolio-assisted assesment atau “penilaian berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” 3. Model dirancang dalam desain pembelajaran yang memadukan model-model social problem solving, social inquiry, social involvement, cooperative learning, simulated hearing, deep-dialogue and critikal thinking, dan masih banyak lagi model lainnya

Penerapan Pendidikan berwawasan Demokrasi dan HAM Pendidikan dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian bangsa Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. Pendidikan yang dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran melalui cara - cara pembelajaranyang demokratis, partisipatif, krisis, kreatif dan menantang aktualisasi diri mereka. Dalam kontek ini proses belajar menjadi milik bersama dan menjadikan sebagai wadah untuk dialog dan belajar bersama. Konsep sistem pendidikan yang demokratis terkait dengan bagaimana pendidikan tersebut disiapkan, dirancang dan dikembangkan sehingga memungkinkan terwujudnya ciri-ciri atau nilai-niklai demokrasi. Dalam penerapan sistem pendidikan berwawasan Demokrasi dan HAM perlu diperhatikan Bagaimana kurikulum atau bahan pelajaran atau proses belajar mengajar dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan dan memungkinkan terbentuknya nilai-nilai demokrasi.

Proses pendidikan atau belajar mengajar hendaknya mencerminkan nilai-nilai demokrasi yakni: Menempatkan anak didik sebagai individu yang unik (b) Pembelajaran hendaknya bersifat individual dalam arti tiap siswa mendapatkan cara penanganan sesuai dengan karakter masing-masing. (c) Sebagai konsekuensi dari pembelajaran individual tersebut perlu diterapkan sistem maju berkelanjutan “continuous progress”. Pelaksanaan sistem ini memungkinkan siswa menyelesaikan pendidikan lebih cepat, lebih lambat atau tepat pada waktunya. (d) Demokrasi menghargai kebebasan individu untuk mengekspresikan diri namun tetap menghargai norma dan etika. Proses pendidikan di sekolah bisa mewujudkan hal ini dengan sengaja dan memberikan paling tidak satu jam belajar bebas “independent study” setiap minggunya. (e) Untuk menetralisir tumbuhnya sikap individualistis perlu disiapkan pelajaran kelompok. (f) Proses belajar mengajar harus memberi kesempatan anak didik untuk mengekspresikan dirinya baik lesan maupun tertulis. Misalnya: diskusi, seminar, observasi, eksperimen perorangan maupun kelompok (g) Peran serta aktif anak didik tidak saja digalang dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun di rumah, tetapi juga menetapkan tata tertib atau aturan yang harus ditaati sendiri.

Web Supplement Development - Budi Chang (h) Grafik prestasi kelas dan grafik prestasi pribadi yang dipasang di kelas menunjukkan posisi masing-masing anak dalam mata pelajaran tertentu. Keterbukaan ini mengajarkan pada anak kejujuran untuk mengakui kelemahan atau kekurangan diri dan kekurangan atau kelebihan orang lain sekaligus memotivasi anak untuk meningkatkan diri dan motivasi berprestasi. (i) Evaluasi dalam pendidikan yang demokratis tidak hanya menilai prestasi siswa tetapi juga menilai kinerja para guru/pendidik dan sistem secara keseluruhan. Web Supplement Development - Budi Chang