Ada Singa di Pesta Kembang Api Togura

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Semuanya Indah Jangan Menangis Mama
Advertisements

ASSALAMU’ALAIKUM.
Belanja di Toko Kebahagiaan Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, “Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk.
Art, Music and Culture Musik merupakan bagian dari seni, dan seni adalah bagian dari kebudayaan.
MY DAD MY BEST EVER BY: MF to CQ.
Rian islami Inovasi es jelly ceria
KEBUTUHAN MANUSIA SABARIAWATI MANURUNG, S.Pd KELAS X SEMESTER I.
Maksud teater.. Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia
Creatif by:Nurlia Enda
Konon kabar-nya pada suatu hari yg cerah di- Surga sono SITI – HAWA, (kalo di-Jepang nama-nya pasti ANONE), nge-gerundel dan, komplein terus2an ama TUHAN.
Kenian Tradisional Kalimantan Selatan By.SELDY INDRA PRATAMA.
Jadi, jangan lupakan buah. Mari hidup sehat dengan mengonsumsinya.
ONLY FOR JOKES, ….. Tarucing Rehe !
Lukisan-lukisan dari JURANG MAUT
Dikarang oleh: putri rahma amalia Mata pelajaran: les tik{ multimedia}
Kacang Hijau: Si Hijau yang Menyehatkan
komunikasi dengan anak Anda
Bijaksana.
Nama Permainan : petani dan pencuri Dosen : Drs. Mujiyana, M.Si
Makan Sepuasnya Aneka Menu Jepang
ILMU PENGETAHUAN ALAM Referensi Glosarium Evaluasi Latihan Materi
10 Ciri Orang Yang Berpikir Positif
YANG TIDAK BISA DIUCAPKAN AYAH
Penyiar Televisi.
Intermediate Workshop Menulis
Kelapa Bakar Usir Masuk Angin
Berikut ini adalah beberapa penyakit dan cara pengobatannya:
Menyusuri Kyoto, Kota Seribu Kuil
Mengenal Tipe Kegemukan
Pembahasan Teknik Penulisan
Mimpi adalah komunikasi antara tubuh, pikiran, dan jiwa kita
KEWIRAUSAHAAN Dosen : Bapak Andi Hidayat Muhmin
Perayaan Yuanxiao Jie (元宵節) Pertemuan 9
PERSIAPAN PRESENTASI II
Mencari Kebahagiaan Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berpakaian indah dan santun, turun dari mobil.
Tari Bagandut Raka Abyantara XI-IPA.
TUGAS TEKKOM “SENI TARI SALAH SATU BAGIAN DARI KEBUDAYAAN INDONESIA”
Berusaha untuk Sehat Meski Masih Merokok
Kekayaan, Kesuksesan, dan Cinta
BERSEMANGAT UNTUK MENGAMPUNI (YUNUS)
Kedai Timbel Dago, Enak! Kalau akhir pekan tiba, jalanan di Dago, Bandung, jadi ramai sekali. Penuh dengan wisatawan lokal terutama dari Jakarta. Bandung.
SEJARAH AWAL BERDIRI NEGARA JEPANG
ILMU PENGETAHUAN ALAM RAKHMAWATI SD NEGERI 2 BOWONGSO KALIKAJAR
GROOMING Bagaimana mengenakan baju dan menjaga penampilan
Olivia Tjandra Waluya M. Si., Psi Fakultas Desain dan Industri Kreatif
Anakku, Guruku Anak-anak mengajarkan kita sesuatu setiap hari. Sebagai orang tua, aku sudah belajar menghadapi ini. Namun, kadang-kadang apa yang diajarkan.
Sebuah Cerita Kehidupan…
BUAH ROH PENGUASAAN DIRI
PUISI LAMA.
PERBEDAAN PANTUN KARMINA DAN GURINDAM
Cantik Dengan Bahan-bahan di Rumah Praktis, Murah, dan Gampang
Tiga Kisah Menggugah.
Nabi Yusuf By Ibam.
Created by Joshua Prince Sinaga
SENI BUDAYA XI MIA 1 NAMA ANGGOTA : Annisa Kusuma W.
Subtema 4 Aku Istimewa Setiap orang istimewa.
PRINSIP SANITASI, HYGIENE DAN K3
MEMAHAMI KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN JASA
PENGORGANISASIAN KELAS DAN UNGKAPAN HARAPAN PESERTA
Creatif by:Nurlia Enda
Tari Pendet.
raih sukses dari jual tas blacu murah di Jakarta
KEBUTUHAN MANUSIA KELAS X SEMESTER I ANISAK NURUL MUVIT A
Sejarah tari sajojo Asal usul Tari Sajojo ini masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun beberapa sumber banyak yang menyebutkan ba hwa tarian ini.
Ada Singa di Pesta Kembang Api Togura
Personifikasi Sesuatu benda, keadaan atau peristiwa yang diberikan perbandingannya dengan sifat manusia. Personifikasi juga merupakan satu unsur yang.
Personifikasi Sesuatu benda, keadaan atau peristiwa yang diberikan perbandingannya dengan sifat manusia. Personifikasi juga merupakan satu unsur yang.
ANAK SUSAH MAKAN DI USIA SEKOLAH
Pembahasan Tugas (dari pertemuan 1) 1. Tulisan di kelas 2. Profil blog
RIANTY NURHAFSAH ( ) ANDHIKA PRATAMA () RIZKI ARAFAT ( )
Transcript presentasi:

Ada Singa di Pesta Kembang Api Togura Setelah menceritakan indahnya kembang api di Jepang dalam menyambut tibanya musim panas yang membara di negeri Sakura ini, saya akan menceritakan sisi lain yang terdapat dalam festival atau yang dalam bahasa Jepangnya disebut matsuri. Lezatnya aneka Penganan Pesta tentunya tak jauh-jauh dengan yang namanya makanan. Maka tak heran jika setiap pesta kembang api dilaksanakan, sepanjang jalan di sekitar tempat penyelenggaraan kembang api pun akan dipenuhi oleh lapak-lapak pedagang makanan. Makanan yang dijual beraneka macam, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Yang biasa hingga yang unik. Yang enak hingga yang kurang enak, ha-ha-ha... kalau yang ini tentunya tergantung lidah dan nasib Anda dalam memilih lapak mana yang menjual makanan sesuai lidah Anda. Namun, yang menarik perhatian saya pertama-tama adalah Es Ogura. Ups .. bukan mentang-mentang saya berada di kota Togura maka es yang saya pilih adalah Es Ogura ha-ha-ha... karena ini nggak ada sangkut pautnya antara nama kota dan nama es. Namun, seperti alasan diadakannya festival ini adalah untuk menyambut musim panas, maka udara saat itu memang gerah euy … dan es serut yang kemudian dikasih sirup bernama Ogura ini menjadi begitu fokus dalam pandangan saya. "Beli 1 yang rasa melon, bang," begitulah kira-kira kata saya pada si penjual es jika diterjemahkan. Dalam tempo yang sesingkat singkatnya alias nggak sampai 10 detik, es itu pun sudah ada di tangan saya. Wow...! Siropnya enak banget… melonnya berasa seperti permen karet, wangi sekali. Benar-benar segelas es serut terasa kurang. Tapi… mau beli lagi kok sayang duit huaaaa… pasalnya tuh es serut mahal bener… Bayangkan, cuma es batu diserut halus kemudian dikasih sirop 1 sendok makan, harganya 300 yen (1 yen sekarang sekitar Rp 107). Hiks … terpaksa aku harus nahan iler ajah… Setelah sejam berjalan-jalan, perut terasa mulai berontak. Akhirnya beli daging sapi yang ditusuk-tusuk seolah sate, tapi bukan sate… karena dagingnya gede-gede, terus diasapnya juga nggak pake lama. Daging sapi ini bernama Karubi. Kalau Anda ke Matsuya (wartegnya Jepang), juga ada menu bernama Karubi. Nah, rasanya hampir sama, cuma bedanya kalau di Matsuya, dagingnya tipis-tipis, yang di model sate disini dagingnya jumbo dan ketika dimakan, “Owalaaahhhh … enak banget cui … kayak lagi makan steak tapi digigit. Dagingnya yang berlemak sangat mudah di sobek. Dagingnya yang gendut pula, membuat ketika digigit berasa banget kres gurihnya. Lalu daging berbumbu manis tersebut juga bumbunya mak cleng nyesep banget sampe kemana-mana. “Bos, beli 1 tusuk lagi bos...,” begitulah kira kira permohonan saya pada si pedagang Karubi yang setengah tua. Satu tusuk sate Karubi tersebut harganya 500 yen atau berarti yah sekitar Rp 50.000 per tusuknya. Mahal siiih … tapi enak gak nahan, jadi yah mau gimana lagi? Jalan satu-satunya ya cuma nambah he-he-he… dan 2 tusuk sate berdaging tebal itu pun menjadi pengganjal perutku malam itu. Ups … ada lagi ding… beli sate ayam .. tapi yang ini kurang enak jadi ceritanya agak malas malas gimana gitu hehehee … Padahal waktu di stasiun kereta di Tokyo, beli sate macam itu, enak sekali. Ya itu tadi seperti kata saya di depan, enak gak enak ya tergantung nasib memilih lapak he-he-hee…. Sebetulnya, ada juga lapak yang menggugah selera, yaitu sebuah lapak yang menjual permen, namun isinya asli buah buahan. Jadi misalnya rasa Jeruk, maka buah Jeruk dikupas lalu dicelupkan dalam sebuah adonan lengket semacam karamel gitu. Isi buahnya macam-macam, ada jeruk, anggur, apel dan lain lain. Tapi saya nggak beli, soalnya kerongkongan lagi kering nih, butuh air, ngga butuh yang lengket lengket he-he-he… ntar lain kali aja dicoba. Selain terdapat aneka penganan, di pesta Hanabi kali ini juga ada yang istimewa, yaitu ada Kagura. Kagura adalah pertunjukkan tarian dan nyanyian dalam sebuah matsuri (festival) yang dipersembahkan bagi dewa sebagai sebuah hiburan. Diyakini, ketika ada matsuri, maka disitulah dewa akan turun dengan cara meminjam tubuh manusia (penari kagura). Salah satu jenis Kagura yang saya lihat disini adalah Shishimai, yaitu pertunjukkan dimana penarinya menggunakan jubah dan topeng berbentuk wajah singa. Um, mirip barongsai, cuman singa yang ini nggak lincah kayak barongsai yang lompat lompat dan ngejer angpao. Singa yang ini justru lari ke kanan ke kiri kayak orang mabok, main seruduk aja. Ya, ya, ya… akhirnya terjawab sudah, mengapa dari tadi saya melihat banyak sekali pria menggunakan baju bertuliskan petugas sukarela yang kerjanya mengamankan area. Ya tentu saja supaya nggak ada pengunjung yang keseruduk. Namun meski sudah dijaga, tetep aja deh, ada peserta yang keseruduk dan jatuh, he-he-he... seru juga. Disebut-sebut, Shishimai memiliki majinai, yaitu sesuatu kekuatan gaib untuk mengusir roh-roh jahat yang membawa kesialan dan bahaya. Untuk itu, kata teman saya, jika ada pertunjukkan shishimai, banyak orang menanti untuk menonton dan beberapa berusaha untuk memegangnya, supaya jika ada roh jahat yang melekat, bisa terusir. Ups .. pantes aja, ketika waktunya pertunjukkan dimulai, para pengunjung festival atau matsuri ini langsung berbaris rapi sekali di sepanjang jalan yang akan dilewati oleh shishimai. Shishimai sendiri muncul pada abad ke-16 di daerah Ise dan kemudian pada abad ke-17 sampailah ke Edo dan akhirnya menyebar sampai ke seluruh pelosok Jepang. Oya dan yang menarik perhatian saya juga adalah bagian belakang shishimai. Yaitu terdapat gerobak 2 tingkat, dimana tingkat bawah berisi para pemain musik tradisional Jepang, lalu tingkat atasnya berisi para wanita yang biasa disebut geisha. Mereka berdandan lengkap dengan baju cantik dan rambut yang digelung. Melambai-lambaikan tangan dan sesekali berdiri untuk menari lembut. Setelah melihat iring-iringan shishimai, tak lama kemudian saya mendengar suara teriakan teriakan semacam yel-yel. Suara tersebut nyaris terdengar gaduh karena tak cuma 2 atau 10 orang saja, melainkan puluhan orang. Ketika saya menerobos gerombolan penonton di jalanan, oowww... ternyata terdapat beberapa pria dengan menggunakan pakaian adat Jepang dengan kepala di ikat kain sedang mengangkat tandu yang memiliki banyak lampion dan beratap indah. “Ini Omikoshi,” kata teman saya. Koshi artinya adalah tandu. Ini merupakan kendaraan mewah bagi para bangsawan zaman baheula sebelum ditemukannya alat transportasi semacam sepeda pancal. Nah seiring dengan berjalannya waktu dan maraknya penemuan alat transportasi yang lebih oke, tandu ini akhirnya digunakan dalam acara acara matsuri yang dimaknakan sebagai tandu untuk menandu Dewa yang datang ke acara Matsuri. Katanya sih, Omikoshi ini juga lebih dari sekadar sebuah pesta untuk menghibur para Dewa, namun lebih dari itu, menjadi pemersatu baik peserta maupun penonton, untuk terus melestarikan dan mempertahankan budaya Jepang. Hal ini terlihat dari beberapa yel yel yang diteriakkan dan juga sebuah makna, mengapa sebuah tandu harus diarak oleh sedemikian banyak orang. Luar biasa yah... Oya, setelah mendengar suara pria-pria berteriak, saya juga mendengar suara yel-yel dengan suara puluhan wanita. Ooowww... ternyata sejak tahun 1980-an, wanita sudah diperbolehkan untuk ikut mengangkat Omikoshi, bahkan kini banyak juga terdapat pengangkat Omikoshi yang terdiri dari anak-anak. Hmm... Matsuri yang sangat menarik. Saya jadi berpikir, andai Indonesia juga mau mengadakan festival-festival bernuansa kedaerahan di tiap daerahnya, … dijamin pariwisata dalam negeri akan terlihat sangat menarik dan tentunya tak akan ada budaya kita yang direbut atau diakui oleh negara lain. Sugoiiii!!!