GINI RASIO kabupaten gunungkidul tahun 2010 Wonosari, 13 Desember 2011 Badan Pusat Statistik Bekerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang: Kemiskinan < == >ketimpangan distribusi pendapatan 2. Maksud & tujuan: membandingkan ketimpangan distribusi pendapatan di daerah 2010, dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan antar wilayah 3. Sumber data: Susenas 2009 - 2010 “Seandainya kemiskinan itu berwujud seorang manusia, niscaya aku akan membunuhnya” (Ali bin Abi Thalib)
MeTODE ANALISIS KETIMPANGAN PENDAPATAN Konsep Kemiskinan: tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kurva Lorenz: Conrad Lorenz (1905) diagram yang menggambarkan kumulatif distribusi pendapatan & kelompok2 penduduk Gini ratio: pengembangan Kurva Lorenz yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pengeluaran. Ketimpangan Relatif Kriteria Bank Dunia: kelompok 40% berpendapatan terendah, 40% berpendapatan menengah & 20% berpendapatan tertinggi. KEMISKINAN ADALAH MASALAH MULTI DIMENSIONAL. Sulit mengukurnya perlu kesepakatan “pendekatan pengukuran” yg dipakai.
KEMISKINAN MAKRO Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) “ Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran)”
Garis Kemiskinan Tahun 2010: Kab. Gunungkidul: Rp. 203.873 Provinsi DIY: Rp. 234.282
Ukuran tingkat kemiskinan: Formula Foster –Greer- Thorbecke [FGT] INDIKATOR KEMISKINAN Headcount Index: mengukur persentase penduduk miskin terhadap total penduduk Indeks Kedalaman Kemiskinan/ Poverty Gap Index merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin thd garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/ Poverty Severity Index semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin Ukuran tingkat kemiskinan: Formula Foster –Greer- Thorbecke [FGT]
Tabel 1: Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi D.I. Yogyakarta, 2008–2010 (ribu orang) Kab/Kota 2009 2010 Jumlah % (1) (3) (4) (5) (6) Kulonprogo 89,91 24,65 90,00 23,15 Bantul 158,52 17,64 146,90 16,09 Gunungkidul 163,67 24,44 148,70 22,05 Sleman 117,53 11,45 117,00 10,70 Yogyakarta 45,29 10,05 37,80 9,75 D.I. Yogyakarta 574,92 16,86 540,40 15,63 Sumber : Susenas Juli 2009-2010
Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) P1 dan P2 pada 2010 menurun Penurunan nilai kedua indeks ini berindikasi kecenderungan rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Gunungkidul makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Gambar 1: Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) & Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
SUBSIDI Dari indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan, dapat diperkirakan subsidi atau transfer yang dibutuhkan untuk mengentaskan penduduk miskin sampai pada batas garis kemiskinan. Kebutuhan subsidi di Kabupaten Gunungkidul diperkirakan mencapai 18,02 miliar rupiah atau turun 6,32 persen dibandingkan tahun 2009
KURVA LORENZ Kurva Lorenz distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 hampir berimpit dengan distribusi pendapatan pada tahun 2009. Hal ini berindikasi bahwa pola distribusi pendapatan penduduk tahun 2009 dan 2010 hampir sama. Kurva Lorenz di Gunungkidul lebih mendekati garis diagonal dari pada Kurva Lorenz di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Gunungkidul masih lebih merata dibandingkan di Yogyakarta.
Gambar 2: Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul Tahun 2009 dan 2010
Gambar 3: Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul dan Kota Yogyakarta, 2010
GINI RATIO Pada tahun 2010, Rasio Gini Kabupaten Gunungkidul tercatat 0,2517, lebih tinggi 0,0128 poin dibandingkan dengan Rasio Gini pada tahun 2009 Hal ini berarti distribusi pendapatan penduduk Gunungkidul pada tahun 2010 lebih timpang dibanding tahun 2009, walaupun masih masuk kategori ketimpangan RENDAH.
Gambar 4: Perkembangan Gini Rasio Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta, 2004-2010
KRITERIA BANK DUNIA Pada tahun 2010 kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah di Gunungkidul menikmati 23,94 persen pendapatan (tinggikategori ketimpangan rendah) Pada tahun 2009 di mana kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah menikmati bagian pendapatan yang lebih banyak, yaitu 24,66 persen distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 relatif semakin tidak merata.
Kelompok Penduduk 2009 2010 Kota Desa Kota+ Tabel 2 Distribusi Pendapatan Berdasarkan Kriteria Bank Dunia menurut Status Daerah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009–2010 Kelompok Penduduk 2009 2010 Kota Desa Kota+ (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 40% pendapatan terendah 21,50 25,36 24,66 21,39 24,90 23,94 40% pendapatan menengah 42,27 39,26 38,62 38,46 38,50 37,93 20% pendapatan tertinggi 36,23 35,38 36,72 40,15 36,60 38,14
KESIMPULAN Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 mencapai 148,70 ribu orang, atau 22,05 persen dari seluruh penduduk. Jumlah penduduk miskin semakin berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2009. Kurva Lorenz tahun 2009 dan 2010 hampir berimpit artinya ketimpangan distribusi pendapatan penduduk tahun 2009 dan 2010 tidak jauh berbeda Rasio Gini 2010 sebesar 0,2517 lebih tinggi daripada 2009 yg hanya 0,2389semakin timpang Pada tahun 2010 kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah menikmati 23,94 persen pendapatankategori ketimpangan rendah. Kebutuhan subsidi diperkirakan mencapai 18,02 miliar rupiah
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA Like slavery and apartheid, POVERTY IS NOT NATURAL. It is man-made, and it can be overcome and eradicated by the action of human beings” lson Mandela (2003) 3. IPM GK 2010.ppt